Liputan6.com, Jakarta Badan cuaca Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) telah mengumumkan awal dari mulainya musim kekeringan ekstrim atau El Nino.
"Awal dari El Nino akan sangat meningkatkan kemungkinan memecahkan rekor suhu dan memicu panas yang lebih ekstrem di banyak bagian dunia dan di lautan," kata Petteri Taalas, sekretaris jenderal Organisasi Meteorologi Dunia, dikutip dari CNBC International Senin (10/7/2023).
Baca Juga
Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengungkapkan bahwa pihaknya telah menyusun peta jalan bersama pemangku kepentingan di berbagai daerah untuk memitigasi risiko yang ditimbulkan dari el nino.
Advertisement
"Jadi Kementerian Pertanian membangun gugus tugas dan penanggung jawab wilayah untuk berkonsultasi dengan kita tentang apa yang harus dilakukan (dengan datangnya el nino)," kata Mentan Syahrul Yasin Limpo kepada Liputan6.com di sela sela acara Festival 6.
Mentan menjelaskan, Kementerian Pertanian sudah membuat pemetaan wilayah yang di bagi dalam 3 kategori. Ketiga kategori ini mencakup daerah hijau, di mana daerah tersebut memiliki kondisi alam dengan sumber air yang cukup.
"Kemudian ada daerah yang masuk kategori kuning, yaitu daerah yang tidak terlalu banyak air tetapi air disana masih bisa dimanfaatkan dengan berbagai pendekatan pendekatan teknologi. emudian ada daerah merah, yang kita yakin bahwa daerah ini harus ada perlakukan khusus oleh kita," jelasnya.
Selain itu, Mentan juga membeberkan sejumlah langkah yang dipersiapkan Pemerintah menjelang musim kekeringan atau el nino.
Mempersiapkan varitas, dari komoditas komoditas yang akan didorong yang tentu yang tahan kekeringan. Kedua, memperbaiki dan menyimpan air semaksimal mungkin melalui embun embun, pompa air, sumur resapan, dan sumur dalam," imbuhnya
Persipan lainnya, adalah percepatan tanam, dengan harapan sisa sisa dari ketersediaan air bisa dimanfaatkan untuk menanam lagi.
"Percepatan tanam itu kami sekarang polakan pada setiap kabupaten ada seribu hektar yang melakukan percontohan. dari seribu hektar itu berharap 540 ribu hektar bisa kita maksimal untuk persiapkan (risiko el nino) dengan baik," pungkasnya.
Mempersiapkan Cadangan Komoditas
"Hal lain adalah mendorong alsintan kita untuk bekerja dengan maksimal, dengan Kredit Usaha Rakyat yang disiapkan Presiden (Joko Widodo), pemerintah dan kabupaten bisa memanfaatkan untuk menghadirkan mekanisasi dan teknologi yang ada, dan tentu saja bagaimana mempersiapkan opteker atau lumbung lumbung pangan masing masing," lanjut Mentan SYL.
"Paling tidak dengan lumbung pangan itu komoditas komoditas yang sekarang ini panen raya jangan langsung mengalir keluar daerah. Sehingga masing masing bupati dan gubernur bisa membuat cadangan cadangan (komoditas) sampai 5 atau 6 bulan ke depan," jelasnya.
Selain itu, dalam memitigasi risiko dari dampak el nino, menurut Mentan adalah kesadaran dari para penanggung jawab wilayah.
"Kalau mereka semua merasa (el nino) ini tidak boleh dianggap over confidence, tentu saja harus ada langkah yang dilakukan," ujarnya.
Advertisement
El Nino Tiba, Mentan : Kita Masih Bisa Bertanam, Jangan Menyerah
Namun, Mentan masih optimis, petani di Indonesia masih bisa melakukan penanaman meski el nino sudah datang.
"Tetapi sekarangkami di Kementerian Pertanian membangun berbagai pendekatan, jadi meski ada el nino pun kita bisa bertanam kok, jadi jangan menyerah. Dengan el nino pun kita harus bisa bertanam," katanya.
Di sisi lain, Mentan juga mengakui, pencegahan dampak el nino harus dilakukan dengan teliti mengingat kondisi dunia yang baru pulih dari Pandemi Covid, termasuk perubahan iklim di seluruh dunia.
"Tetapi, tentu saja Indonesia sebagai negara besar dengan 17 ribu pulau kita berharap el nino tidak harus membuat kita grogi berlebihan. Kalaupun tidak bisa pede, karena peringatan ini menunjukkan bahwa sebagian besar lahan lahan produktif kita akan bersoal dengan ketersediaan air," ungkapnya.