Sukses

USD Melemah Lagi Rabu 12 Juli 2023, Rupiah Diprediksi Sentuh Rp 15.130 per Dolar AS

USD merosot ke level terendah dalam dua bulan terhadap mata uang utama pada hari Rabu menjelang pembacaan inflasi AS.

Liputan6.com, Jakarta Indeks dolar Amerika Serikat atau USD melanjutkan pelemahan pada Rabu, 12 Juli 2023. Sebelumnya, pada Selasa kemarin USD telah melemah setelah pejabat Federal Reserve mengisyaratkan akhir siklus pengetatannya.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi mengungkapkan bahwa USD merosot ke level terendah dalam dua bulan terhadap mata uang utama pada hari Rabu menjelang pembacaan inflasi AS.

Sementara itu, mata uang Poundsterling Inggris naik ke level tertinggi dalam 15 bulan di tengah ekspektasi kenaikan suku bunga Bank of England (BoE).

"Investor fokus pada data inflasi AS yang akan dirilis pada hari Rabu, dengan ekspektasi harga konsumen inti naik 5 persen secara tahunan pada bulan Juni dan angka tersebut memberikan kejelasan lebih lanjut tentang kemajuan Federal Reserve dalam perjuangannya melawan inflasi," kata Ibrahim dalam keterangan tertulis pada Rabu (12/7/2023).

Dalam penutupan pasar sore ini, Rupiah ditutup Menguat 78 point, walaupun sebelumnya sempat menguat 85 point dilevel Rp. 15.074 dari penutupan sebelumnya di level Rp 15.142. 

"Sedangkan untuk perdagangan besok , mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup menguat direntang Rp. 15.010- Rp. 15.130," bebernya.

Ibrahim melanjutkan, inflasi yang lengket secara luas diperkirakan akan menarik lebih banyak kenaikan suku bunga dari The Fed, dengan bank sentral akan menaikkan suku bunga setidaknya 25 basis poin dalam pertemuan akhir Juli mendatang.

Selain itu, komentar terbaru dari pejabat The Fed menegaskan kembali bahwa sementara bank sentral hampir mencapai suku bunga puncaknya, suku bunga masih akan naik dalam waktu dekat.

"Suku bunga AS juga diperkirakan akan tetap lebih tinggi untuk waktu yang lebih lama. Fokus minggu ini juga pada komentar dari lebih banyak pejabat The Fed, termasuk Presiden The Fed Minneapolis Neel Kashkari dan Presiden Fed Cleveland Loretta Mester," ungkap Ibrahim.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

China Diprediksi Tingkatkan Stimulus

Di China, outlet media yang didukung Partai Komunis China, China Securities Journal melaporkan bahwa Beijing kemungkinan akan meningkatkan pengeluaran stimulus untuk mendukung perekonomian.

Laporan tersebut datang menyusul pembacaan ekonomi yang lemah dari China menunjuk pada pemulihan ekonomi pasca-COVID yang melambat, yang pada gilirannya telah merusak harga tembaga.

"Tetapi langkah-langkah stimulus lebih lanjut, terutama yang ditujukan untuk sektor properti, diperkirakan akan meningkatkan ekonomi China, dan pada gilirannya permintaan tembaga," tambah Ibrahim.

3 dari 4 halaman

Ekonomi Indonesia Semakin Menguat

Sementara di dalam negeri, Ibrahim melihat, pemulihan ekonomi Indonesia semakin kuat.

"Terutama sejak diterpa pandemi Covid-19 sejak tiga tahun lalu.Optimisme proses pemulihan ekonomi yang kuat dan stabil, mendorong Indonesia kembali masuk di dalam kelompok upper-middle income country. Sedangkan, ekonomi Indonesia pada 2022 tumbuh 5,31% atau di atas target APBN 5,2%," katanya.

Secara level, PDB riil Indonesia tahun 2022 bahkan sudah 7 persen di atas PDB sebelum terjadinya pandemi tahun 2019.

"Capaian ini menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara yang mampu terus melakukan ekspansi secara robust dan konsisten, terutama di tengah dinamika perekonomian global yang sangat volatile pada periode tersebut, yang telah menyebabkan banyak negara kembali mengalami pelemahan ekonomi," jelas Ibrahim.

Selain itu, pertumbuhan ekonomi nasional tahun 2022 terjadi secara lebih merata. Seluruh sektor produksi dan seluruh wilayah di Indonesia telah mampu bangkit dan tumbuh positif kembali, tambahnya.

4 dari 4 halaman

Tingkat Pengangguran Menurun

Adapun Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Indonesia yang juga menurun dari 6,49 persen menjadi 5,86 persen dibandingkan antara tahun 2021 ke 2022. Rasio gini tetap, tingkat kemiskinan menurun dari 9,71% menjadi 9,57% dan Indeks Pembangunan Manusia naik dari 72,29 menjadi 72,91.

"Efektivitas kebijakan penanganan pandemi dan pemulihan ekonomi, serta berbagai transformasi struktural membawa ekonomi Indonesia bertahan di dalam pertumbuhan yang relatif tinggi sejak kuartal I-2021, tumbuh terus di atas 5%," kata Ibrahim.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini