Sukses

2024 Ganti Presiden, Proyek Jalan Tol Trans Sumatera Bakal Mandek?

Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo berharap proyek Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) masih tetap berlanjut pada pemerintahan selanjutnya.

Liputan6.com, Jakarta Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo berharap proyek Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) masih tetap berlanjut pada pemerintahan selanjutnya. Mengingat, Hutama Karya sebagai penggarap proyek masih perlu menyelesaikan JTTS tahap 3 dan 4 agar bisa terhubung seluruhnya.

Pria yang karib disapa Tiko ini menerangkan, saat ini Hutama Karya tengah mengejar penyelesaian proyek tahap 2. Proyek ini akan menyambungkan JTTS hingga wilayah Jambi.

"Saat ini Hutama Karya sedang menyelesaikan tol trans Sumatera tahap 2 yang diharapkan nanti akan menyelesaikan sampai dengan Jambi di akhir 2024," ujar dia dalam Penandatanganan Penyelesaian Transaksi Investasi, di Menara Danareksa, Jakarta, Kamis (13/7/2023).

"Tentunya kita berharap bahwa di pemerintahan berikutnya kita akan melanjutkan tahap 3 dan tahap 4," sambung Tiko.

Jika pembangunan berlajut, kata Tiko, artinya seluruh proyek inti dari JTTS akan rampung dalam 4-5 tahun kedepan sesuai dengan rencana.

"Sehingga nantinya seluruh rencana jalan trans Sumatera baik di sisi tulangnya maupun di sisi sirip-siripnya semua bisa diselesaikan dalam waktu 4 sampe 5 tahun ke depan," jelasnya.

Tiko meyakini dengan konektivitas yang tersambung di JTTS, mampu menumbuhkan kegiatan ekonomi di sekitar Sumatera. Bisa dibilang, dengan JTTS yang semakin tersambung juga turut berkontribusi pada pergerakan masyarakat.

"Kita sudah bisa melihat dengan data bahwa dengan terjadinya Trans Sumatera ini telah banyak pusat-pusat ekonomi baru dan traffic terus meningkat. Saya juga paham pada waktu covid-19 tentunya kita semua concern dengan traffic, tapi saat ini traffic telah kembali normal," paparnya.

 

2 dari 4 halaman

INA Akuisisi 2 Ruas Tol

Proses transaksi pembelian 2 ruas Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) oleh Indonesia Investment Authority (INA) resmi rampung. Total nilai transaksinya mencapai Rp 20,5 triliun.

Dua ruas tol milik Hutama Karya yang diakuisisi diantaranya Jalan Tol Medan - Binjai, dan Tol Bakauheni - Terbanggi Besar. Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo mengungkap transaksi divestasi tol ini telah berjalan selama 2 tahun.

"Kami bersyukur transaksi yang telah kami jajaki selama 2 tahun ini telah diselesaikan hari ini, yaitu transaksi investasi kerjasama antara dua ruas jalan tol yaitu trans Sumatera Medan - Binjai dan Bakauheni - Terbanggi Besar," ujar dia dalam Penandatanganan Penyelesaian Transaksi Investasi, di Menara Danareksa, Jakarta, Kamis (13/7/2023).

 

3 dari 4 halaman

Dampak Positif

Proses transaksi dilakukan oleh anak usaha INA, Swarna Investasi Indonesia dan Abhinaya Investasi Indonesia yang mengambil alih kepemilikan Hutama Karya di dua ruas tol tersebut. Menurut Tiko, sapaan akrabnya, kedua ruas tol ini memiliki potensi dampak positif terhadap perekonomian.

"Ruas tol Bakauheni-Terbanggi Besar merupakan salah satu terpanjang di Indonesia dan Medan-Binjai merupakan infrastruktur utama yang mempercepat sosial ekonomi di Sumatera dan sekitarnya," ungkapnya.

Dia membidik, adanya pusat-pusat ekonomi baru yang hadir berkat tersambungnya konektivitas dari JTTS ini.

"Tentunya dua tol ini memiliki posisi yg strategis di Sumatera untuk bisa memperkuat konektivitas dan juga meningkatkan aktivitas ekonomi dan meningkatkan efisiensi logistik, di mana kita tahu Sumatera sangat penting bagi perekonomian Indonesia," ujarnya.

"kita sudah bisa melihat dengan data bahwa dengan terjadinya Trans Sumatera ini telah banyak pusat2 ekonomi baru dan traffic terus meningkat," sambungnya.

 

4 dari 4 halaman

Bukan Utang

Pada kesempatan yang sama, Ketua Dewan Direktur INA Ridha Wirakusumah memyebut, kalau proses transaksi ini bukan sebagai utang. Artinya, hal ini tak akan membebani dari sisi keuangan kedua pihak.

"Proyek ruas dua yang totalnya 157 km salah satu transaksi penting di Indonesia. kami berharap proyek ini dapat membawa beberapa manfaat besar bagi Indonesia di antaranya karena yang pertama pembiayaan ini bersifat ekuitas dan bukan utang," ungkapnya.

"Kedua, membuka peluang untuk investor luar negeri dan juga dalam negeri untuk berpartisipasi dalam pembangunan infrastruktur di Indonesia dengan nilai imbal balik yang sepadan dengan risiko investasi," imbuhnya.