Sukses

Singapura Tahan Miliarder Ong Beng Seng Terkait Penyelidikan Anti Korupsi

Ong Beng Seng, telah diminta untuk memberikan informasi tentang interaksinya dengan menteri transportasi Singapura, Iswaran.

Liputan6.com, Jakarta Badan antikorupsi Singapura mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap seorang miliarder, yakni Ong Beng Seng sebagai bagian dari penyelidikan yang melibatkan menteri transportasi S Iswaran.

Mengutip CNBC International, Sabtu (15/7/2023) Ong Beng Seng, yang merupakan direktur pelaksana pemilik dan operator hotel yang terdaftar di Singapura, Hotel Properties Limited, telah diminta untuk memberikan informasi tentang interaksinya dengan Iswaran.

Sementara itu, dalam sebuah pengajuan, pihak HPL mengatakan tidak ada tuntutan yang diajukan terhadap Ong dan bahwa dia bekerja sama penuh dengan agensi tersebut.

Perusahaan mengatakan Ong akan menyerahkan paspornya ke Biro Investigasi Praktik Korupsi saat dia kembali ke Singapura.

HPL menambahkan bahwa Ong telah memberikan informasi yang diminta, tetapi tidak dapat memberikan rincian lebih lanjut.

"(Ong Beng Seng) terus layak untuk menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sebagai direktur pelaksana, tetapi akan terus memantau masalah tersebut dan menilai kembali kesesuaian penunjukan lanjutan," demikian keterangan HPL.

Portofolio HPL mencakup 38 hotel dan resor di 15 negara, beroperasi di bawah merek termasuk Four Seasons, Intercontinental Hotels, dan Marriott International.

Saham HPL turun sebanyak 6,7 persen pada hari Jumat, sebelum sedikit pulih.

Awal pekan ini, Perdana Menteri Lee Hsien Loong meminta Iswaran untuk mengambil cuti setelah CPIB mengungkapkan bahwa Iswaran membantu penyelidikan.

Media Singapura juga melaporkan bahwa sebagai tanggapan atas pertanyaan, kantor perdana menteri mengatakan Iswaran akan tetap berada di negara itu dan tidak akan memiliki akses ke sumber daya resmi dan gedung pemerintah selama penyelidikan sedang berlangsung.

2 dari 3 halaman

Dulu Orang Terkaya Asia, Harta Miliarder China Jack Ma Terus Merosot Tersisa Segini

Miliarder asal China, Jack Ma harus rela kehilangan kekayaan setelah komentar kontroversial tentang pemerintah negaranya dan kehadirannya yang jarang terlihat di depan publik dalam beberapa waktu terakhir.

Tiga tahun yang lalu, Jack Ma memegang gelar sebagai orang terkaya di Asia, mengumpulkan kekayaan hingga USD 61,7 miliar atau setara Rp 923,2 triliun.

Melansir laman Fortune, Kamis (13/7/2023) kekayaan bersih Jack Ma kini hanya sebesar USD 30 miliar atau Rp 448,9 triliun, setelah kekayaannya anjlok sekitar USD 4 miliar dalam sepekan terakhir.

Seperti diketahui, miliarder berusia 58 tahun mengumpulkan kekayaannya dari raksasa bisnis teknologi salah satunya Alibaba dan layanan pembayaran online Ant Group.

Kedua perusahaan tersebut telah menjadi pusat penyelidikan oleh otoritas China dalam beberapa tahun terakhir, yang terjadi setelah Jack Ma secara terbuka mengkritik regulator keuangan karena terlalu menghindari risiko.

Tekanan kuat dari Beijing pada Alibaba dan Jack Ma menyebabkan pembatalan dari IPO Ant Group dalam menit-menit terakhir, yang memecahkan rekor USD 34,5 miliar atau Rp. 516,4 triliun.

Tak hanya itu, Jack Ma juga melepaskan kendali atas raksasa fintech, dan Alibaba dihadapi dengan denda antimonopoli sebesar USD 2,8 miliar.

Pekan lalu, regulator keuangan China mengatakan mereka telah menyelesaikan penyelidikan mereka terhadap Ant Group, dan memberikan denda kepada perusahaan fintech tersebut hampir USD 1 miliar terkait pelanggaran aturan perlindungan konsumen dan tata kelola perusahaan.

Laporan Bloomberg menyebut, 9,9 persen saham Jack Ma di Ant Group sekarang diperkirakan bernilai USD 4 miliar lebih rendah dari tahun lalu, dengan valuasi perusahaan turun dari USD 315 miliar menjelang IPO menjadi sekitar USD 78,5 miliar atau Rp. 1,1 kuadriliun.

3 dari 3 halaman

Harta Miliarder India Gautam Adani Lenyap Rp 736 Triliun Dalam 6 Bulan di 2023

Bloomberg melaporkan bahwa salah satu miliarder India sekaligus Ketua Adani Group Gautam Adani telah kehilangan lebih dari Rs 4 triliun atau sekitar Rp 736 triliun dalam enam bulan terakhir 2023, dari Januari hingga Juni.

Pada 27 Januari lalu, harta Adani bahkan sempat lenyap USD 20,8 miliar atau sekitar Rp 315 triliun dalam satu hari. Itu merupakan kerugian satu hari terbesar yang pernah dicatat oleh miliarder mana pun.

Dilansir dari Business Today, Selasa (11/7/2023), kerugian tersebut dikaitkan dengan laporan oleh Hindenburg Research, sebuah perusahaan short-seller AS, yang menuduh kelompok Adani melakukan penipuan akuntansi dan manipulasi saham.

Hindenburg Research menuduh grup Adani menggelembungkan keuntungannya dan menggunakan perusahaan cangkang untuk menyembunyikan utangnya. Kemudian kelompok Adani membantah tuduhan tersebut, mereka menyebutnya "salah dan memfitnah".

Sesuai laporan, individu terkaya di dunia melihat keuntungan besar pada paruh pertama 2023. Sebanyak 500 orang terkaya di Bloomberg Billionaires Index secara total menambahkan USD 852 miliar kekayaan selama periode ini.

Miliarder dalam indeks melihat peningkatan harian harta rata-rata USD 14 juta, menjadikan ini setengah tahun paling menguntungkan untuk kelompok istimewa ini sejak paruh kedua 2020, ketika ekonomi global pulih dari dampak pandemi Covid-19.