Sukses

Donald Trump Buka-bukaan Gurita Bisnis di 87 Negara, Indonesia Ada Banyak

Donald Trump dan perusahaannya memegang 119 merek dagang di China daratan—ditambah 21 lainnya di Hong Kong dan Makau. Sedangkan di AS terdapat kurang lebih 56 merek dagang.

Liputan6.com, Jakarta - Untuk pertama kalinya, mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump merincikan secara mendetail kerajaan bisnis dengan berbagai merek dagang yang dimilikinya di seluruh dunia. 

Mengutip Forbes, Senin (17/7/2023), Donald Trump tak hanya mengungkapkan proyek-proyek besar di beberapa negara, tetapi dia juga memperlihatkan nama dan merek kerajaan bisnis di setiap benua di dunia selain Antartika.

Dalam laporan pengungkapan keuangan yang dirilis pada Kamis kemarin, tokoh penting Partai Republik ini telah mengungkapkan bahwa dirinya memiliki sekitar 600 merek dagang di 87 negara, wilayah, dan badan internasional di seluruh dunia, termasuk sekutu dan musuh AS.

Negara dengan merek dagang terdaftar terbanyak bukanlah negara yang dia pimpin selama empat tahun kemarin yaitu AS, tetapi justru negara yang terus-meneris dia serang yaitu China.

Trump dan perusahaannya memegang 119 merek dagang di China daratan, ditambah lagi 21 lainnya di Hong Kong dan Makau. Sedangkan di AS ia hanya memiliki kurang lebih 56 merek dagang. Tentu saja perbandingan yang sangat besar.

Setelah dua negara terbesar di dunia, Donald Trump juga mengungkapkan bahwa ia memegang merek dagang terbanyak di Inggris (33), Uni Emirat Arab (31), Kanada (19), Turki (18), Uni Eropa (17), Panama (16), Republik Dominika (13) dan Indonesia (12).

Portofolio kekayaan intelektual Trump menjangkau hampir setiap wilayah di mana Amerika Serikat memiliki kepentingan geopolitik yang signifikan. Dia memiliki 10 merek dagang di Korea Selatan, yang tetangga utaranya suka berperang dilaporkan baru saja meluncurkan rudal balistik antarbenua ke Laut Jepang.

Dia memiliki enam merek dagang di Rusia, sebuah negara yang saat ini mengobarkan perang berdarah melawan Ukraina – di mana Trump memiliki tiga merek dagang lainnya. Dia memiliki merek dagang di saingan berat seperti Kuba, Iran dan Venezuela.

Selain itu, dia juga memiliki tiga di Taiwan, yang mungkin membutuhkan bantuan AS jika terjadi invasi oleh China daratan — di mana Trump memiliki lebih banyak merek dagang daripada negara lain mana pun di Bumi.

Akan tetapi, perwakilan dari Organisasi Trump tidak segera menanggapi permintaan komentar.

2 dari 3 halaman

Donald Trump Resmi Hadapi 37 Dakwaan terkait Kasus Dokumen Rahasia Negara

Sebelumnya, Donald Trump dituduh salah menangani ratusan dokumen (file) rahasia negara. Trump dikenai 37 dakwaan, termasuk menyimpan file-file itu di rumahnya, Mar-a-Lago, Florida, Amerika Serikat, berbohong kepada penyelidik, dan menghalangi penyelidikan atas penanganan dokumen-dokumen tersebut.

Trump, yang mencalonkan diri sebagai presiden dalam Pilpres AS 2024, membantah melakukan kesalahan. Sementara para ahli hukum mengatakan bahwa tuntutan pidana terhadap Trump dapat menyebabkan hukuman penjara yang cukup lama jika terbukti bersalah.

Seperti dilansir BBC, Sabtu (10/6/2023), dokumen-dokumen rahasia yang disimpan Trump berisi informasi tentang:

  • Program nuklir AS
  • Kemampuan pertahanan dan senjata AS maupun negara asing
  • Potensi kerentanan AS dan sekutunya terhadap serangan militer
  • Rencana pembalasan dalam menanggapi serangan asing

Jaksa mengatakan bahwa ketika Trump keluar dari Gedung Putih, dia membawa sekitar 300 file rahasia ke rumahnya, Mar-a-Lago.

Dakwaan mencatat bahwa Mar-a-Lago menyelenggarakan acara yang mengundang puluhan ribu orang, termasuk di ballroom tempat sejumlah dokumen rahasia negara tersebut ditemukan. Selain itu, file-file rahasia disimpan pula di kamar mandi dan kamar tidur Trump.

Trump, menurut dakwaan, mencoba menghalangi penyelidikan FBI atas dokumen yang hilang dengan menyarankan pengacaranya menyembunyikan atau menghancurkan file-file itu atau memberi tahu penyelidikan bahwa dia tidak menyimpannya.

"Bukankah lebih baik jika kita memberi tahu mereka bahwa kita tidak menyimpan satu pun di sini?" demikian menurut dakwaan mengutip perkataan Trump kepada salah satu pengacaranya.

Sidang pertama Trump dalam kasus penanganan dokumen rahasia negara ini akan berlangsung di Miami, Florida, pada Selasa (13/6).

Dakwaan juga telah diajukan terhadap Walt Nauta, asisten pribadi Trump. Mantan pelayan militer Gedung Putih itu dituduh memindahkan file-file rahasia untuk menyembunyikannya dari FBI.

Sebelum dakwaan terhadap Trump resmi diungkapkan ke publik oleh Kementerian Kehakiman AS, mayoritas media menyebutkan Trump menghadapi tujuh dakwaan di bawah Undang-Undang Spionase. Adapun terkait dakwaan resmi, Insider menyebutkan bahwa 31 dakwaan didasarkan pada Undang-Undang Spionase, sisanya melanggar tiga undang-undang berbeda terkait dengan menahan dan menyembunyikan dokumen pemerintah.

3 dari 3 halaman

Trump Colek Kasus Biden

Penasihat khusus Jack Smith, yang mengawasi penyelidikan terkait dokumen rahasia mengatakan pada Jumat (9/6) bahwa undang-undang yang melindungi informasi pertahanan nasional sangat penting dan harus ditegakkan.

"Kami memiliki satu set undang-undang di negara ini dan itu berlaku untuk semua orang," katanya dalam pernyataan singkat di Washington.

Dalam sebuah unggahan media sosial, Trump mengecam Smith sebagai "orang gila".

"Dia adalah pembenci Trump - 'psiko' gila yang tidak boleh terlibat dalam kasus apa pun yang berkaitan dengan 'Keadilan'," tulis Trump di platform Truth Social miliknya.

Trump juga mengingatkan bahwa file-file rahasia juga ditemukan di bekas kantor Presiden Joe Biden dan rumahnya di Delaware.

Terkait kasus Biden, Gedung Putih mengatakan bekerja sama dengan pihak terkait segera setelah file-file rahasia itu ditemukan, berbeda dengan dugaan upaya Trump untuk menghalangi penyelidik.

Investigasi federal atas penanganan dokumen rahasia oleh Biden dipimpin oleh penasihat khusus Robert Hur dan masih berlangsung.

Ini adalah kasus kriminal kedua bagi Trump. Pada April 2023, jaksa wilayah Manhattan mendakwa Trump dengan 34 dakwaan pemalsuan catatan bisnis.

 Â