Liputan6.com, Jakarta Badan Pangan Nasional (Bapanas/NFA) mencatat sejumlah harga komoditas pangan masih dalam kategori yang stabil. Salah satunya harga pangan didapat di Kota Bandung, menyusul adanya kunjungan dari Presiden Joko Widodo beberapa waktu lalu.
Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi menegaskan, hal utama yang dicek adalah pergerakan harga komoditas pangan di pasaran. Tercatat, sejumlah bahan pangan pada harga wajar, namun, minyak goreng kemasan sederhana merek Minyakita dijual Rp 16.000, sedikit diatas harga eceran tertinggi (HET).
Baca Juga
“Hampir keseluruhan, sekitar 75 persen harga komoditas pangan strategis masih sesuai atau tidak terpaut jauh dengan HAP, itu artinya stok dan keseimbangan harga relatif masih terkendali," tuturnya.
Advertisement
Daftr Harga Pangan
Menurut datanya, daging sapi tercatat Rp 120.000 - Rp 140.000/kg (HAP yang ditetapkan NFA Rp 140.000/kg), daging ayam ras Rp 42.000/kg (HAP Rp 36.750/kg), telur ayam Rp 32.000/kg (HAP 27.000/kg), beras SPHP Rp 9.450/kg, beras premium Rp 14.000/kg (HET Rp 13.900/kg).
Kemudian, cabai merah keriting Rp 40.000/kg (HAP Rp 37.000-55.000/kg), cabai rawit merah Rp 32.000/kg (HAP Rp 40.000-57.000/kg). Lalu, bawang merah Rp 32.000/kg (HAP Rp 36.500-41.500/kg), bawang putih Rp 40.000/kg.
Selanjutnya, minyak goreng (Minyakita) Rp 16.000/liter (HET Rp 14.000/liter), dan gula konsumsi Rp 15.000/kg (HAP Rp 13.500-Rp 14.500/kg).
Kendati demikian, dia berpesan beberapa komoditas harus mendapat perhatian khusus, karena harganya masih terpantau tinggi seperti minyak goreng Minyakita.
"Untuk menjaga stabilitas harga Minyakita, kita sudah minta Perum BULOG Kantor Wilayah Jawa Barat untuk tambah stok dan pasokan Minyakita ke pasar-pasar di Jabar, khususnya Kota Bandung," tegasnya.
Harga Ayam dan Telur
Sedangkan untuk daging ayam dan telur ayam, ia mengatakan, saat ini NFA sedang melakukan kontrol agar terbentuk harga kesetimbangan baru. Melalui harga kesetimbangan tersebut, akan muncul harga yang wajar di setiap lini karena disesuaikan dengan kondisi biaya produksi saat ini.
"Jadi sesuai arahan Bapak Presiden, kita diminta untuk menyeimbangkan harga, sehingga wajar di petani/peternak, pedagang, dan konsumen. Dengan harga wajar di setiap lini, maka petani dan peternak bisa terus berproduksi, dengan demikian ketersediaan akan terjaga," ujarnya.
Selanjutnya, Arief mengatakan, upaya pemantauan stok dan harga pangan di pusat perdagangan akan terus digencarkan seiring semakin meningkatnya kewaspadaan terhadap el nino. Pihaknya juga telah menginstruksikan kepada seluruh jajaran pimpinan dan pegawai NFA serta dinas urusan pangan provinsi dan kabupaten/kota agar secara rutin lakukan pemantauan stok dan harga di lapangan secara detail.
“Kita ingin pastikan betul kondisi stok dan harga pangan di lapagan aman di tengah semakin dekatnya el nino. Dengan pemantauan secara harian di seluruh kota/kabupaten kita bisa mengetahui kondisi lapangan secara presisi, sehingga langkah pengambilan keputusan bisa dilakukan tepat dan akurat,” tuturnya.
Advertisement
Antisipasi El Nino
Arief menambahkan, Badan Pangan Nasional bersama sejumlah stakeholder pangan juga telah menyiapkan langkah antisipasi lainnya untuk mengantisipasi kondisi kedaruratan saat terjadi el nino. Diantaranya melalui pengintegrasian data neraca pangan daerah dengan pusat, pemanfaatan dan pengembangan potensi pangan lokal, pendataan Champion produsen pangan wilayah untuk menjaga rantai pasok pangan di daerah.
Kemudian, penyediaan sarana dan fasilitas untuk memperpanjang masa simpan produk pangan, terus menjalankan program rutin Gerakan Pangan Murah (GPM) dan Fasilitasi Distribusi Pangan (FDP), serta penambahan periode penyaluran bantuan pangan. Langkah antisipasi tersebut juga paralel dengan upaya pengendalian inflasi nasional.
“Apa yang kita sama-sama lakukan untuk mengantisipasi dampak el nino juga sejalan dengan upaya pengendalian inflasi pangan. Seperti kita ketahui, upaya pengendalian inflasi nasional saat ini telah berjalan baik dengan tren penurunan yang signifikan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), angka inflasi nasional bulan Juni 2023 secara tahun ke tahun (y-on-y) berada di angka 3,52 persen, atau turun dibanding Mei 2023 yang berada di posisi 4,00. Hal ini turut dikontribusikan dengan penurunan Kelompok pangan atau Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau,” paparnya.