Sukses

Unit Usaha Syariah Wajib Spin Off, Indonesia Mampu Saingi Malaysia dan Arab Saudi?

Posisi ekonomi syariah Indonesia saat ini berada pada urutan keempat setelah Malaysia, Uni Emirat Arab, Bahrain, dan Arab Saudi.

Liputan6.com, Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam waktu dekat akan menerbitkan ketentuan spin off unit usaha syariah (UUS) perbankan. Hal ini merupakan aturan turunan dari Undang-Undang Nomor 4/2023 tentang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (UU PPSK).

Sebagaimana diamanatkan oleh UU PPSK, OJK diberikan kewenangan untuk mengatur ketentuan UUS yang sudah waktunya memisahkan diri dari induk atau menjadi entitas perusahaan sendiri. Dalam hal ini, pihak otoritas telah memberikan sinyal ketentuan akan diatur berdasarkan besaran aset. 

Dekan Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM) IPB Irfan Syauqi Beik mengatakan, aturan terbaru mengenai ketentuan spin off UUS akan memperkuat industri perbankan syariah. 

"Jadi ke depan, industri perbankan syariah ini akan semakin menggeliat dan lebih kompetitif, karena dalam banyak hal, kinerja dan dampak BUS (Bank Umum Syariah) terhadap perekonomian jauh lebih baik," ujar Irfan, Minggu (16/7/2023).

Menurut dia, aturan spin off tersebut tidak akan menjadi masalah bagi bank-bank syariah yang sudah ada. Bagi UUS yang sudah besar, diperlukan komitmen dari pemegang saham untuk meningkatkan skala bisnis melalui spin off atau merger. 

Adapun posisi industri bank syariah di Tanah Air kian menguat. Berdasarkan Data State of Global Islamic Economy (SGIE) Report 2020/2021, posisi ekonomi syariah Indonesia saat ini berada pada urutan keempat setelah Malaysia, Uni Emirat Arab, Bahrain, dan Arab Saudi. 

Indikator yang menjadi penilaian antara lain keuangan syariah, pariwisata, industri fashion, obat-obatan, kosmetik, dan produk makanan. Misi pemerintah tersebut bukan tanpa alasan. Indeks literasi dan inklusi keuangan syariah di negara dengan mayoritas penduduk muslim ini masih tergolong rendah. 

Sebagai catatan, pada 2021, tingkat literasi keuangan syariah naik menjadi 9,14 persen dari sebelumnya 8,1 persen pada periode survei 2016. 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Pasar Belum Tergarap

Meski mengalami kenaikan, angka tersebut masih jauh di bawah indeks literasi keuangan nasional yang sebesar 49,68 persen. Dengan demikian, kue pasar perbankan syariah yang belum tergarap di Tanah Air masih sangat besar.

Adapun BSI merupakan bank syariah terbesar di Indonesia. Bermodal aset Rp 310,6 triliun per Mei 2023. BSI merupakan satu-satunya bank syariah yang masuk dalam daftar 10 bank terbesar di Indonesia. 

Dalam peringkat skala bisnis bank syariah berdasarkan aset, BSI jauh meninggalkan yang lain. Total aset PT Bank Muamalat Indonesia Tbk. yang berada di urutan kedua di bawah BSI sebesar Rp 61,6 triliun per Maret 2023. 

Selanjutnya, bank umum syariah terbesar ketiga yakni PT Bank BTPN Syariah Tbk, dimana per Mei 2023 melaporkan aset senilai Rp 21,9 triliun. 

 

3 dari 3 halaman

Unit Usaha Syariah

Dari sisi UUS, Bank CIMB Niaga Syariah menjadi yang terbesar dengan total aset Rp 64,2 triliun. Kemudian ada BTN Syariah dan Maybank Syariah yang masing-masing melaporkan aset Rp 46,5 triliun dan Rp 39,6 triliun pada periode yang sama. 

Berdasarkan data OJK terbaru, aset bank syariah sebesar Rp 788,3 triliun per April 2023. Bila dirinci, ada 13 bank umum syariah dengan total aset Rp 538,1 triliun dan 20 UUS beraset Rp 250,2 triliun. Dengan demikian, 6 bank syariah yang disebutkan menguasai hampir 70 persen dari total aset industri. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini