Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki memandang ada potensi besar dalam sektor ikan hias di Indonesia. Guna memanfaatkan potensi itu, Teten ingin para pengusaha membentuk wadah koperasi.
Bukan tanpa alasan, dia ingin para pelaku usaha skala kecil dari ikan hias ini bisa naik kelas. Caranya, dengan membentuk bisnis secara bersama, dan tak lagi sendiri-sendiri.
Baca Juga
"Yang kecil-kecil akan kita konsolidasi dan agregasi, sehingga skala ekonominya membaik dengan memperbaiki standar produknya. Untuk itu, kami akan dorong mereka untuk berkoperasi," ujar Teten Masduki mengutip keterangan resmi, Senin (17/7/2023).
Advertisement
Soal potensi, Teten meyakini Indonesia bisa menjadi pusat ikan hias tropik dunia karena potensi SDM dan ekosistem budidayanya yang besar.
"Saya kira, kita juga perlu menjadikan ikan hias sebagai satu keunggulan ekonomi nasional berbasis keunggulan domestik," ucapnya pada penutupan acara Nusantara Aquatic (Nusatic) 2023: Indonesia Ornamental Fish and Aquatic Plant Show 2023 dengan tema The Aquarium Fish Industry Moving Forward After Covid-19.
Dia menilai banyak pemijah atau breeder yang ulung dan paham benar cara memijah ikan hias. Bahkan, semua jenis ikan hias di dunia, bisa dipijahkan di Indonesia.
"Kita tinggal meningkatkan standardisasi produk, yang akan kita lakukan bersama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan," ucapnya.
KUR Klaster
Terkait masalah pembiayaan, MenKopUKM menyebutkan ada skema pembiayaan KUR Kluster bagi para breeder hingga mencapai Rp500 juta. Belum lagi, ada perkuatan permodalan dana bergulir dari LPDB-KUMKM.
"Dalam posisi seperti ini, Nusatic sebagai ekosistem besarnya. Dan saya yakin itu bisa menghidupkan ekonomi rakyat," kata Menteri Teten.
"Jangan sampai pasar kita direbut produk dari luar. Kita akan perbaiki dari sisi hulunya, dari sisi para breeder-nya, pemasarannya, hingga menciptakan offtaker," sambungnya.
Menteri Teten juga berharap ajang akbar Nusatic seperti ini harus lebih disiapkan secara lebih matang agar bisa menjadi kalender event dunia. Seperti misalnya festival fesyen di Jember, Jatim, yang bahkan bisa masuk dalam kalender event dunia.
"Event seperti ini juga diharapkan menjadi ekosistem yang baik bagi industri ikan hias nasional," kata dia.
Advertisement
Pameran 15 Ribu Ikan Hias
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Umum Nusatic Sugiarto Budiono menjelaskan, event yang sudah digelar sejak 2016 ini menjadi pameran dan kontes Ikan hias serta Aquatic Plants yang terbesar di dunia dengan menghadirkan lebih dari 15 ribu ekor ikan hias.
"Dengan digelarnya Nusatic 2023 yang cakupannya internasional, saya berharap ikan-ikan hias khas Indonesia bisa dikenal di seluruh dunia," kata Sugiarto.
Di samping itu, kata Sugiarto, event yang diikuti 14 komunitas ikan hias seluruh Indonesia ini, juga diikuti peserta dari Jepang, India, Srilanka, Malaysia, dan China.
"Tak hanya itu, ada juga kegiatan kontes ikan hias. Ada delapan jenis ikan hias yang dilombakan, yakni ikan Koi, Koki, Louhan, Arwana, Betta, Discus, Guppy dan Killifish, juga ada kontes aquascape terbaik," kata Sugiarto.
Peluang Lapangan Kerja
Diberitakan sebelumnya, Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengungkap mandat dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) soal hilirisasi produk selain berbasis mineral. Itu merujuk pada produk hasil dari perkebunan, pertanian, hingga kelautan.
Menurut Teten, ketiganya menjadi peluang bagi UMKM untuk dikembangkan. Dia membidik, ada dampak terhadap pembukaan lapangan kerja yang lebih luas nantinya.
"Sekitar 97 persen lapangan kerja terserap pada segmen usaha mikro di sektor informal, karena itu kita diminta Presiden agar segera melakukan hilirisasi, selain mineral. Dengan melakukan hilirisasi berbasis perkebunan, pertaninan, dan kelautan, yang juga melibatkan koperasi dan UMKM, maka akan melahirkan lapangan kerja yang lebih berkualitas," kata Teten dalam Gernas BBI dan BBWI di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Jumat, (14/7/2023).
Menteri Teten mengungkapkan, Indonesia kaya akan keunggulan domestiknya. Misalnya di Kalimantan, ada 10.000 ton rotan per bulan yang hingga saat ini baru terserap ke dalam industri furnitur sebesar 1.000 ton. Selain itu, terdapat tanaman obat-obatan lainnya yang bisa dimanfaatkan sebagai ekstrak untuk kebutuhan industri farmasi.
"Jika komoditas unggulan daerah bisa dihilirisasi dengan baik, ini akan membuka lapangan kerja. Jadi nanti kita akan bekerja sama dengan kepala daerah untuk menghadirkan investor, termasuk mengembangkan inovasi produknya," ungkapnya.
Menteri Teten menambahkan, suksesnya program Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (Gernas BBI) dan Gerakan Bangga Berwisata di Indonesia (Gernas BBWI) menjadi pemantik dalam menumbuhkan semangat bukan hanya bagi kementerian/lembaga dan BUMN dalam mengalokasikan belanja APBN 40 persen namun juga meningkatkan penggunaan produk lokal di kalangan masyarakat.
"Peran pemerintah daerah sangat strategis dalam mendukung suksesknya Gernas BBI dan Gernas BBWI. Dengan begitu kita bisa semakin optimistis ekonomi Indonesia semakin kuat, karena konsumsi masyarakat dalam penggunaan produk lokal meningkat, juga belanja pemerintah," ujar Menteri Teten.
Advertisement