Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah pada perdagangan hari Senin ini. Pelemahan rupiah ini bisa berubah menjadi penguatan jika data AS memperlihatkan adanya kenaikan inflasi.
Pada Senin (17/7/2023), nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta melemah 0,27 persen atau 40 poin menjadi 14.998 per dolar AS dari sebelumnya 14.958 per dolar AS.
Baca Juga
Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra menyatakan, pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dapat tertahan hari ini apabila fokus pasar ke pengumuman suku bunga AS pekan depan.
Advertisement
“Probabilitas lebih dari 96 persen bahwa suku bunga acuan AS akan dinaikkan 25 basis poin menurut survei CME FedWatch Tool,” ujar dia dikutip dari Antara.
Selain itu, data ekonomi AS pada Jumat malam 14 Juli 2023 menunjukkan bahwa tingkat keyakinan konsumen AS yang disurvei Universitas Michigan masih tinggi terhadap perekonomian dan hal tersebut bisa mendorong kenaikan inflasi.
Di samping itu, data ekonomi China pagi ini mengenai data produksi industri dan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal II 2023 bisa menjadi penggerak pasar.
“Rupiah bisa terbantu menguat bila data-data ekonomi China tersebut lebih bagus dari ekspektasi, di tengah perkiraan pelambatan ekonomi China,” ucap Ariston.
Sentimen Internal
Meninjau dari dalam negeri, pasar disebut akan memperhatikan data trade balance bulan Juni 2023. Apabila memperlihatkan surplus yang lebih tinggi dari perkiraan, ucap dia, maka tentunya dapat menjaga nilai tukar rupiah.
“Potensi pelemahan (rupiah) ke arah resisten 15.000 per dolar AS dengan potensi support di kisaran 14.930 per dolar AS,” katanya.
Waspada, Rupiah Diramal Ambrol di Semester II 2023
Sebelumnya, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati memperkirakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan melemah pada semester II-2023. Perkiraan tersebut lebih tinggi dibandingkan asumsi yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2023 yakni Rp 14.800 per USD.
"Rupiah agak melemah dibandingkan asumsi," kata Sri Mulyani dalam raker bersama Badan Anggaran DPR RI, Pembahasan Laporan Realisasi Semester I dan Prognosis Semester II Pelaksanaan APBN TA 2023, di DPR, Jakarta, Senin (10/7/2023).
Berdasarkan catatan Sri Mulyani, hingga semester I-2023 rata-rata rupiah berada di level Rp 15.071/USD. Kemudian, nilai tukar rupiah pada semester II-2023 diperkirakan bisa melemah ke level Rp 14.950-15.400/USD.
"Keseluruhan tahun nilai tukar rupiah ada di kisaran Rp 15.000/USD hingga Rp 15.250/USD," tambahnya.
Menkeu menjelaskan, pelemahan nilai tukar dipengaruhi oleh situasi global yang penuh dengan ketidakpastian. Alhasil nilai tukar rupiah pun mengalami tekanan.
Advertisement
Rupiah Masih Menguat
Dalam kesempatan yang sama, Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Destry Damayanti, menyatakan nilai tukar rupiah masih menguat 3,84 persen secara tahunan periode 2022 hingga Juni 2023.
Bahkan, nilai tukar rupiah masih lebih baik dibandingkan mata uang lain seperti rupee India, peso Filipina dan baht Thailand. Kendati demikian, Bank Indonesia optimis bahwa nilai tukar rupiah masih ada peluang untuk terus menguat.
"Ke depan BI melihat ruang apresiasi nilai tukar rupiah masih ada, di tengah surplus transaksi berjalan dan kami perkirakan masuknya aliran modal asing seiring dengan prospek pertumbuhan ekonomi yang kuat, inflasi yang rendah, serta imbal hasil aset keuangan domestik yang masih menarik," pungkas Destry.