Sukses

USD Melemah di Senin 17 Juli 2023, Rupiah Besok Diramal Loyo ke Rp 15.070

Penurunan ini menyusul Federal Reserve yangsecara luas diperkirakan akan menaikkan suku bunga selama pertemuan akhir Juli.

Liputan6.com, Jakarta - Indeks dolar Amerika Serikat atau USD kembali melemah memasuki awal pekan pada Senin, 17 Juli 2023. Penurunan ini menyusul Federal Reserve atau The Fed secara luas diperkirakan akan menaikkan suku bunga selama pertemuan akhir Juli.

"Tetapi pasar sekarang mengantisipasi jeda yang diperpanjang dalam siklus kenaikan suku bunga Fed, mengingat pembacaan inflasi yang lemah dari minggu lalu," kata Direktur PT. Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi dalam keterangan tertulis pada Senin (17/7/2023).

Namun, dengan inflasi inti AS tetap tinggi, pasar tetap tidak yakin apakah bank sentral akan memberi sinyal jeda. Pejabat Fed juga menawarkan isyarat beragam tentang kenaikan suku bunga di masa depan.

Di Asia, PDB China tumbuh 6,3 persen pada kuartal kedua, sebagian besar berkat basis yang lebih rendah untuk perbandingan dari periode yang terkena dampak COVID tahun lalu. Tetapi pertumbuhan kali ini lebih rendah dari ekspektasi pertumbuhan 7,3 persen.

"Pembacaan menunjukkan bahwa China sedang berjuang untuk mempertahankan momentum ekonomi yang kuat yang terlihat pada kuartal pertama, dan bahwa pemerintah kemungkinan akan meluncurkan lebih banyak langkah stimulus untuk mendukung pertumbuhan dalam beberapa bulan mendatang," ungkap Ibrahim.

Tetapi People's Bank of China mempertahankan suku bunga pinjaman jangka menengah stabil pada hari Senin, kemungkinan menandai langkah serupa untuk suku bunga acuan pinjaman (LPR) akhir pekan ini. Bank sentral China telah memangkas LPR pada bulan Juni untuk merangsang pertumbuhan.

Sementara di kawasan Eropa, Bank Sentral Eropa secara luas diperkirakan akan kembai menaikkan suku bunga pekan depan, dengan tingkat inflasi di Jerman, yang dikenal sebagai negara ekonomi terbesar di zona euro, naik pada bulan Juni menjadi 6,8 persen.

Ini merupakan tingkat inflasi yang lebih dari tiga kali target jangka menengah ECB dan menyarankan kenaikan suku bunga lebih lanjut mungkin diperlukan seiring berjalannya tahun.

Dalam penutupan pasar sore ini, Rupiah ditutup melemah 51 point, walaupun sebelumnya sempat melemah 55 point dilevel Rp. 15.009 dari penutupan sebelumnya di level Rp.14.966.

"Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang Rupiah fluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp. 14.930- Rp. 15.070," kata Ibrahim.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Neraca Perdagangan RI per Juni 2023

Di dalam negeri, Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan bahwa neraca perdagangan mengalami surplus sebesar USD 3,45 miliar per bulan  Juni 2023.

Nilai ekspor Indonesia juga menyentuh USD 20,61 miliar, tetapi turun 5,08 persen dibandingkan Mei 2023.

Sedangkan nilai impor pada Juni 2023 mencapai USD 17,15 miliar, turun 19,4 persen dibanding Mei 2023.

"Neraca perdagangan di Juni 2023 terjadi surflus, sesuai dengan ekspektasi para analis walaupun surflusnya tidak terlalu besar hanya senilai USD1,33 miliar namun meningkat dari surflus USD 0,44 miliar pada mei 2023 meskipun tetap dibawah tren dua tahun terakhir," papar Ibrahim.

Adapun pertumbuhan surplus neraca perdagangan yang mencapai 708,66 perse dibandingkan Mei 2023, tapi turun 32,75 persen dibandingkan Juni 2022.

"Dengan angka ini, neraca perdagangan Indonesia telah mencatatkan surplus selama 38 bulan berturut-turut sejak Mei 2020. Surplus di Juni meningkat tajam dibandingkan bulan sebelumnya, tetapi turun dibandingkan bulan yang sama pada tahun lalu," ungkap Ibrahim.

 

3 dari 3 halaman

Penyebab Surplus

Ibrahim menyebut, surplus neraca perdagangan pada Juni 2023 lebih disebabkan penurunan impor yang lebih dalam dibandingkan penurunan ekspor.

"Penyebabnya adalah penurunan harga tahunan batubara dan minyak kelapa sawit (crude palm oil), yang merupakan komoditas ekspor utama Indonesia, juga terus terjadi pada Juni 2023," katanya.

Kemudian penurunan aktivitas manufaktur China yang terlihat dari nilai ekspor China dalam dolar AS yang mengalami penurunan signifikan sebesar 12,4 persen secara tahunan dan impor yang menurun 6,8 persen secara tahunan.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini