Liputan6.com, Jakarta - Pelaku industri minyak dan gas atau migas kini tetap bersiap menghadapi proses transisi energi. Pun begitu, mereka tidak serta merta akan meninggalkan sektor industri migas yang masih jadi pusat perputaran uang.
Rumusan itu disiapkan dalam dokumen kajian (white paper) yang bakal jadi bahan pada Indonesian Petroleum Association Convention & Exhibition 2023 (IPA Convex 2023). White paper ini merupakan usulan dari para pelaku industri migas bagi tercapainya investasi migas yang diinginkan.
Baca Juga
Executive Director IPA Marjolijn Wajong mengatakan, white paper dalam IPA Convex 2023 akan bertumpu pada dua isu. Pertama, bagaimana caranya memperbesar investasi migas untuk mencapai keamanan energi, meskipun energi fosil ke depan akan ditinggalkan.
Advertisement
"Karena kita bilang kita mau punya energy security yang aman. Sambil Indonesia siapkan energi yang lebih bersih, investasi kan harus naik. Kita kan sekarang impor, itu akan memberatkan negara. Dengan energy security, kita harus tambah migas, sehingga investasi akan nambah," ujarnya di Jakarta, Kamis (20/7/2023).
Isu kedua, kata Marjolijn, pelaku industri migas dalam IPA Convex 2023 akan mendiskusikan masalah transisi energi, khususnya pelaksanaan penangkapan, pemanfaatan dan penyimpanan karbon (CCS/CCUS) pada wilayah kerja hulu migas.
"Dalam white paper, kita ingin tambahkan yang tidak hanya di dalam (wilayah kerja), tapi di luar. Ini isu yang tidak mudah. Aduh, keluar uang lagi, jadi berat. Di situ kami akan bahas gimana CCS/CCUS ini yang di luar bisa dilihat sebagai salah satu business opportunity. Kita punya kelebihan, punya reservoir," ungkapnya.
Â
Sinergi Pemangku Kepentingan
Senada, Ketua Panitia Convex IPA 2022 Krishna Ismaputra sepakat, untuk menaikkan produksi, Indonesia punya potensi yang harus diubah jadi sesuatu untuk diproduksi.
"Pada saat kita bicara peningkatan produksi, kata kuncinya investasi. Kita tak bisa menaikkan produksi tanpa investasi untuk eksplorasi dan eksploitasi," kata Krishna.
Krishna menyampaikan, white paper ini tujuannya untuk menyamakan persepsi antar pemangku kepentingan di sektor hulu migas. Tinggal mencari solusi untuk kemudian dieksekusi.
"Maka next-nya adalah, ayo kita carikan solusinya seperti apa. Setelah list solusinya, kita FGD-kan lagi. Setelah dapatkan semua itu, kita lakukan rumusan," kata Krishna.
Advertisement