Sukses

Peringkat logistik Indonesia Turun, Pengusaha Minta Jangan Bandingkan dengan Singapura

Kadin Indonesia juga memproyeksikan industri logistik Indonesia tahun ini berpotensi tetap tumbuh di atas 6 persen. Potensi tersebut ditunjang oleh pasar e-commerce yang masih bertumbuh.

Liputan6.com, Jakarta - Kamar Datang dan Industri Indonesia (Kadin Indonesia) meminta sejumlah pihak termasuk pengamat tidak membandingkan kualitas logistik dengan Singapura sebagai akibat dari turunnya peringkat Logistics Performance Index (LPI) Indonesia karena kondisi kedua negara tidak sebanding.

Ketua Badan Logistik dan Rantai Pasok Kadin Indonesia Akbar Djohan mengatakan, shipping internasional Singapura dengan shipping internasional Indonesia tidak bisa dibandingkan. Hal ini karena Indonesia adalah final destination sedangkan di Singapura sebagai transhipment shipping.

"Dari situ saja kita lihat, seharusnya diukur dengan aspek negara kepulauannya," kata Akbar Djohan kepada media di Kantor Kadin Indonesia, Jakarta, dikutip dari Antara, Kamis (20/7/2023).

Akbar menyampaikan bahwa kondisi Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan 17.50 lebih pulau merupakan berkah sekaligus tantangan yang sangat besar. Sehingga standar empat pilar LPI yang mencatatkan penurunan, dinilainya, harus diukur kembali agar hasilnya lebih konkrit.

“Jadi empat pilar itu harus di ukur kembali. Supaya ada batas marking yang tepat dan juga bisa menggambarkan situasi yang konkrit,” ucapnya.

Lebih lanjut ia menuturkan bahwa sektor logistik terus menunjukkan kinerja yang baik. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat sektor transportasi dan pergudangan tumbuh paling tinggi pada kuartal pertama 2023 dengan 15,93 persen (yoy).

Kadin Indonesia juga memproyeksikan industri logistik Indonesia tahun ini berpotensi tetap tumbuh di atas 6 persen. Potensi tersebut ditunjang oleh pasar e-commerce yang masih bertumbuh serta mulai normalnya aktivitas masyarakat pasca pencabutan status pandemi COVID-19.

 

2 dari 3 halaman

Tantangan Besar

Kendati demikian, Akbar mengakui bahwa belum meratanya infrastruktur konektivitas yang menyebabkan biaya logistik menjadi tinggi masih menjadi salah satu tantangan besar di Indonesia. Maka, pembangunan konektivitas infrastruktur dinilainya harus mengedepankan efisiensi biaya logistik dinilai sangat penting.

“Bagaimana standarisasi negara kepulauan itu yg harus kita kejar. Bagaimana ada dashboard yang bisa menyajikan secara transparan dan real time sehingga pemangku kepentingan setempat bisa melakukan kebijakannya secara cepat dan tepat,” ucapnya.

Adapun Bank Dunia menurunkan peringkat LPI Indonesia dari posisi 46 ke 63 dengan skor menjadi 3,15. Indeks tersebut kalah jauh dengan Singapura yang berada di posisi pertama dengan skor 4,3 dan Jepang di peringkat 15 dengan skor 3,9.

 

3 dari 3 halaman

Laporan Bank Dunia

Dalam laporan Bank Dunia yang dikutip pada Selasa (18/7), skor LPI Indonesia pada tahun ini turun menjadi 3,15, kalah jauh dari Singapura yang ada di posisi pertama dengan skor 4,3 dan Jepang di peringkat ke-15 dengan skor 3,9.

Enam indikator yang menjadi patokan Bank Dunia dalam memberikan skor LPI adalah kepabeanan, infrastruktur, pengiriman internasional, kompetensi dan kualitas logistik, timeliness, serta tracking dan tracing.

Dua indikator yakni kepabeanan naik dari 2,67 pada 2018 menjadi 2,8 di 2023 dan infrastruktur mendapat 2,9. Sedangkan empat indikator lainnya turun yakni pengiriman internasional melemah menjadi 3, kompetensi dan kualitas logistik 2,9, timeliness menjadi 3,3 dan tracking dan tracing mendapat 3.