Liputan6.com, Jakarta Harga minyak dunia diprediksi akan naik pada paruh kedua tahun ini karena pasokan berjuang untuk memenuhi permintaan
Hal itu diungkapkan oleh Sekretaris Jenderal Forum Energi Internasional (IEF), Joseph McMonigle.
Baca Juga
Melansir CNBC International, Senin (24/7/2023) McMonigle mengungkapkan bahwa permintaan minyak bangkit kembali ke level sebelum Covid dengan cepat, tetapi pasokan mengalami waktu yang lebih sulit untuk mengejar permintaan.
Advertisement
Menurut McMonigle, satu-satunya faktor yang memoderasi harga minyak dunia saat ini adalah kekhawatiran akan ancaman resesi.
"Jadi, untuk paruh kedua tahun ini, kita akan menghadapi masalah serius dengan menjaga pasokan, dan akibatnya, Anda akan melihat harga meresponsnya," kata McMonigle di sela-sela pertemuan para menteri energi G20 di Goa, India.
Selain itu, dia juga mengaitkan dorongan harga minyak dengan meningkatnya permintaan dari China, yang merupakan importir minyak mentah terbesar dunia setelah India.
"Gabungan India dan China akan menghasilkan 2 juta barel per hari untuk peningkatan permintaan pada paruh kedua tahun ini," ungkapnya.Â
Adapun harga minyak dunia yang sudah mencapai USD 80 per barel dan berpotensi naik lebih tinggi.
"Kita akan melihat penurunan persediaan yang jauh lebih tajam, yang akan menjadi sinyal bagi pasar bahwa permintaan pasti meningkat. Jadi Anda akan melihat harga meresponsnya," imbuh McMonigle.
Namun, McMonigle yakin bahwa OPEC+ akan mengambil tindakan dan meningkatkan pasokan, jika dunia pada akhirnya menyerah pada ketidakseimbangan permintaan-penawaran yang besar.
"Mereka sangat berhati-hati saat diminta. Mereka ingin melihat bukti bahwa permintaan minyak meningkat, dan akan responsif terhadap perubahan pasar," jelasnya.
Harga Minyak Dunia
Minyak mentah berjangka Brent dengan kedaluwarsa bulan September terakhir menetap di USD 81,07 per barel pada penutupan Jumat, sementara minyak mentah West Texas Intermediate dengan pengiriman September mengakhiri hari perdagangan di USD 76,83.
McMonigle juga berbicara tentang pasar gas alam cair, memuji stabilitas di pasar energi Eropa pada musim dingin yang lebih hangat dari perkiraan pada tahun 2022.
"Cuaca mungkin adalah hal paling beruntung yang pernah terjadi,"katanya, tetapi memperingatkan bahwa bukan hanya musim dingin ini, (tetapi) beberapa musim dingin berikutnya.
Â
Advertisement
Transisi Energi Masih Harus Berjalan
McMonigle mengingatkan, pembuat kebijakan global tidak dapat berpuas diri hanya karena harga LNG telah turun, dan lebih banyak investasi dalam energi terbarukan diperlukan.
"Kita pasti harus terus mengejar transisi energi, dan semua opsi harus ada," tegasnya, seraya menambahkan bahwa harga dan volatilitas di pasar energi harus diawasi dengan ketat.
"Saya khawatir jika publik mulai menghubungkan harga tinggi dan volatilitas di pasar energi dengan kebijakan iklim atau transisi energi, kita akan kehilangan dukungan publik," ujar McMonigle.
"Kita akan meminta publik untuk melakukan banyak hal yang sulit dan menantang untuk memungkinkan transisi energi. Kita perlu mempertahankan mereka," tambahnya.