Liputan6.com, Jakarta Bank investasi asal Amerika Serikat, Goldman Sachs memperkirakan rekor permintaan di pasar akan mendorong kenaikan harga minyak dunia dalam waktu dekat.
"Kami memperkirakan defisit yang cukup besar di paruh kedua dengan defisit hampir 2 juta barel per hari di kuartal ketiga karena permintaan mencapai tertinggi sepanjang masa," kata kepala penelitian minyak Goldman Sachs, Daan Struyven, dikutip dari CNBC International, Senin (24/7/2023).Â
Baca Juga
Goldman Sachs memperkirakan harga minyak mentah Brent akan naik sedikit dari kisaran USDÂ 80 per barel menjadi USD 86 per barel pada akhir tahun.
Advertisement
Sementara itu, harga patokan minyak global Brent berjangka diproyeksi akan turun 0,39 persen menjadi USD 80,75 per barel, dan West Texas Intermediate berjangka AS berdiri 0,42 persen menjad USD 76,75 per barel.
Struyven mengakui bahwa produksi minyak mentah AS telah meningkat secara signifikan selama setahun terakhir menjadi 12,7 juta barel per hari, namun laju pertumbuhan diperkirakan segera melambat di sisa tahun 2023.
"Kami memperkirakan pertumbuhan pasokan minyak mentah AS akan melambat cukup signifikan ke kecepatan berurutan hanya 200 barel per hari dari sini," katanya, menunjuk pada penurunan jumlah rig.
Metrik itu, yang menghitung jumlah rig minyak aktif, digunakan sebagai indikator aktivitas pengeboran dan keluaran di masa mendatang.
Jumlah rig minyak AS baru-baru ini mencapai level terendah dalam 16 bulan, turun 15 persen dari puncaknya di akhir tahun 2022, menurut pengamatan laporan Goldman Sachs baru-baru ini, mengutip data dari Baker Hughes dan Haver.
Pertemuan Menteri Energi Negara G20
Pekan lalu, Baker Hughes melaporkan rig minyak AS turun 7 menjadi 530 terendah sejak Maret 2022.
Struyven menyarankan bahwa kurangnya kesepakatan setelah pertemuan para menteri energi negara anggota G20 menunjukkan ketidakpastian "sangat besar" tentang permintaan minyak dunia dalam jangka panjang.
Sebagai informasi, menteri energi negara G20 bertemu di India selama akhir pekan, tetapi tidak mencapai konsensus tentang pengurangan bahan bakar fosil secara bertahap, mempersulit transisi menuju energi bersih.
"Poin kunci di sini bagi investor adalah, dengan ketidakpastian tentang permintaan minyak yang begitu tinggi, investor mungkin memerlukan premi untuk mengkompensasi risiko yang meningkat dari ketidakpastian permintaan yang meningkat tersebut," kata Struyven.
Badan Energi Internasional pada bulan Juni telah memperkirakan bahwa permintaan minyak global akan meningkat sebesar 2,4 juta barel per hari pada tahun 2023, melampaui kenaikan tahun sebelumnya sebesar 2,3 juta barel per hari.
Advertisement
Harga Minyak Dunia Bakal Hadapi Masalah Serius di Kuartal II 2023, Apa itu?
Sekretaris jenderal Forum Energi Internasional Joseph McMonigle juga memperkirakan bahwa India dan China akan menghasilkan permintaan minyak hingga 2 juta barel per hari pada paruh kedua tahun 2023.
"Gabungan India dan China akan menghasilkan 2 juta barel per hari untuk peningkatan permintaan pada paruh kedua tahun ini," ungkapnya, dikutip dari CNBC.
McMonigle mengungkapkan bahwa permintaan minyak bangkit kembali ke level sebelum Covid dengan cepat, tetapi pasokan mengalami waktu yang lebih sulit untuk mengejar permintaan.
Menurut McMonigle, satu-satunya faktor yang memoderasi harga minyak dunia saat ini adalah kekhawatiran akan ancaman resesi.
"Jadi, untuk paruh kedua tahun ini, kita akan menghadapi masalah serius dengan menjaga pasokan, dan akibatnya, Anda akan melihat harga meresponsnya," kata McMonigle di sela-sela pertemuan para menteri energi G20 di Goa, India.
Adapun harga minyak dunia yang sudah mencapai USD 80 per barel dan berpotensi naik lebih tinggi.
"Kita akan melihat penurunan persediaan yang jauh lebih tajam, yang akan menjadi sinyal bagi pasar bahwa permintaan pasti meningkat. Jadi Anda akan melihat harga meresponsnya," imbuh McMonigle.
Menanti Respon OPEC
Namun, McMonigle yakin bahwa OPEC+ akan mengambil tindakan dan meningkatkan pasokan, jika dunia pada akhirnya menyerah pada ketidakseimbangan permintaan-penawaran yang besar.
"Mereka sangat berhati-hati saat diminta. Mereka ingin melihat bukti bahwa permintaan minyak meningkat, dan akan responsif terhadap perubahan pasar," jelasnya.Â
Advertisement