Liputan6.com, Jakarta Blok Masela merupakan kawasan kilang minyak dan gas yang terletak di laut Arafura, Maluku. Tepatnya, Blok Masela terletak di lepas pantai Laut Arafura sekitar 155 kilometer (km) arah barat daya Kota Saumlaki yang berbatasan langsung dengan Australia dan Timor Leste.
Kini, keberadaan Blok Masela kembali menjadi sorotan. Terkait keinginan Pemerintah Indonesia menambah kepemilikan saham dan pengelolaan pada blok gas abadi ini.
Teranyar, PT Pertamina (Persero) melalui Subholding Upstream yaitu PT Pertamina Hulu Energi (PHE), dan Petronas secara resmi menandatangani pengalihan participating interest (PI) 35 persen Blok Masela dari Shell Upstream Overseas Services Ltd.
Advertisement
Penandatangan sales purchasing agreement (SPA) itu dilakukan oleh Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati, disaksikan langsung Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif pada Indonesian Petroleum Association Convention & Exhibition (IPA Convex) ke-47 di ICE BSD, Kabupaten Tangerang, Selasa (25/7/2023).
Adapun dalam perjanjian jual beli Blok Masela, PHE mendapat porsi saham 20 persen. Sementara Petronas Masela Sdn Bhd sebesar 15 persen. Sedangkan 65 persen sisa berada di bawah kendali Inpex Masela Limited.
Sebelumnya, hak partisipasi Masela, dimiliki Inpex Masela Ltd yang sekaligus bertindak sebagai operator sebesar 65 persen dan sisanya punya Shell Corporation sebesar 35 persen.
Blok Masela ditargetkan dapat memproduksi gas 421 juta kaki kubik per hari (mmscfd) dan minyak 8.400 barel per hari.
Blok Masela diperkirakan memiliki estimasi GIIP 3P sebesar 27,9 TCF. Adapun estimasi produksi di masa depan sekitar 9,5 juta ton LNG per tahun dan sekitar 35.000 barel kondensat per hari.
Perjalanan Pengelolaan Blok Masela
Menilik perjalanan Blok Masela yang dirangkum Liputan6.com, Inpex, perusahaan asal Jepang, mendapatkan hak melakukan kegiatan eksplorasi di Blok Masela melalui penandatanganan kontrak Masela PSC pada 16 November 1998.
Sejak saat itu Inpex melalui Inpex Masela Ltd melakukan kegiatan eksplorasi hidrokarbon di Blok ini, dengan kepemilikan saham 100 persen.
Cadangan gas Blok Masela secara resmi ditemukan tahun 2000. Saat itu Inpex Masela Ltd telah mengebor sumur eksplorasi pertama yaitu sumur Abadi-1 yang terletak di tengah-tengah struktur Abadi dengan kedalaman laut 457 meter dan total kedalaman 4.230 meter.
Kemudian perusahaan pada 30 Desember 2008 memiliki persetujuan sementara POD 1 dari Menteri ESDM di bawah kabinet Presiden Susilo Bambang Yudhyono (SBY).
Untuk pengembangan lapangan gas abadi ini, Inpex Masela Ltd melakukan beberapa studi detail yang meliputi penghitungan cadangan (reserve calculation), skenario pengembangan (development scenario) dan studi pemasaran gas (gas marketing study) untuk pengembangan blok ini.
Advertisement
Eksplorasi di Darat
Kegaduhan pengembangan Blok Masela sempat muncul mengenai posisi kilang pengembangan Blok Masela. Apakah itu dibangun di darat atau di laut. Silang pendapat pilihan lokasi berdasarkan biaya pembangunan.
Pada Desember 2010 atau di era pemerintahan SBY sebenarnya posisi kilang sudah diputuskan di laut atau terapung. Hal ini tertuang pada rencana pengembangan pengembangan (Plan of Development/POD) Masela yang disetujui pemerintah pada Desember 2010 atau 12 tahun setelah kontrak ditandatangani pada November 1998.
Akhirnya silang pendapat selesai usai pada Rabu (23/3/2016), Presiden Joko Widodo (Jokowi) memutuskan lokasi eksplorasi Blok Masela akan dilakukan di darat (onshore).
"Terkait dengan Blok Masela, setelah melalui banyak pertimbangan, setelah melalui banyak sekali masukan-masukan dan input yang diberikan pada saya. Kita putuskan dibangun di darat (onshore)," ujar Jokowi kala itu.
Jokowi mengatakan eksplorasi di darat diputuskan setelah melihat besarnya dampak pelaksanaan proyek tersebut dan biaya yang dikeluarkan.
"Ini proyek jangka panjang, tidak hanya setahun, dua tahun, tidak hanya 10 tahun 15 tahun, tetapi proyek yang sangat panjang, yang menyangkut ratusan triliun rupiah," kata dia.
Shell Hengkang
Dalam perjalannya ternyata Shell Upstream Overseas Ltd memutuskan keluar dari pengelolaan dari Proyek Abadi Blok Masela pada 202 lalu.
Vice President Corporate Services Inpex Henry Banjarnahor mengatakan, alasan peningkatan portofolio perusahaan menjadi pemicu hengkangnya Shell seperti yang tertuang dalam surat resmi yang dikirim oleh perusahaan asal Belanda tersebut. Sehingga Shell memilih untuk melakukan investasi di negara lain yang lebih menguntungkan untuk keuangan perusahaan.
"Alasannya seperti yang sudah disampaikan Bapak Kepala SKK Migas, dimana mereka telah lihat global portofolio perusahaan dan menganggap bahwa investasi di negara lain lebih menguntungkan mereka. Jadi mereka mengutamakan itu," ujar dia, Senin (24/8/2020).
Henry menambahkan, proses divestasi dalam kegiatan usaha hulu migas itu adalah sesuatu hal yang wajar terjadi. Dimana hal itu lumrah terjadi dalam urusan investasi. "Jadi, tidak masalah kalau Shell memilih hengkang," imbuh dia.
Namun, ia memastikan pihaknya tetap berkomitmen menjalankan proyek Abadi Blok Masela bersama dengan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas). "Meski ditinggal Shell, Inpex tetap akan menjalankan proyek ini ya," ujarnya.
Saham Shell ini yang kemudian dikuasai Indonesia melalui PT Pertamina Hulu Energi (PHE) bersama dengan Petronas.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati penguasaan Blok Masela antara lain demi memenuhi kebutuhan energi nasional dibutuhkan komitmen untuk menjaga pasokan migas dari sisi hulu.
“Selain mengelola lapangan eksisting maka diperlukan strategi untuk mengembangkan lapangan baru, salah satunya adalah Lapangan Abadi di Blok Masela,” ungkap Nicke.
PHE sebagai Subholding Upstream Pertamina memiliki pengalaman panjang dalam kegiatan eksplorasi, pengembangan, dan produksi minyak dan gas laut dalam baik di Indonesia maupun di luar negeri. Selain itu, PHE, melalui salah satu anak usahanya, juga memiliki pengalaman yang terbukti dalam pengembangan dan pengoperasian Kilang LNG Badak dan juga pemasaran LNG domestik dan internasional.
“Kemampuan dan kehandalan PHE yang menjadi bukti kuat bahwa Pertamina selaku BUMN dapat membangun kerjasama dengan partner global. Kedepannya Pertamina berharap dapat melakukan kerjasama strategis pengembangan bisnis dan potensi lainnya di masa mendatang, ” ungkap Nicke.
Kedepannya, Lapangan Abadi Blok Masela berpotensi menyerap hingga 10.000 tenaga kerja. Pengembangan Blok Masela diharapkan dapat membantu percepatan pengembangan area lokal sehingga dapat menciptakan lapangan kerja baru dan dapat menyerap tenaga kerja lokal. Hal ini tentunya akan berdampak langsung pada pengembangan ekonomi di wilayah Indonesia Timur.
Pertamina sebagai pemimpin di bidang transisi energi, berkomitmen dalam mendukung target Net Zero Emission 2060 dengan terus mendorong program-program yang berdampak langsung pada capaian Sustainable Development Goals (SDG’s). Seluruh upaya tersebut sejalan dengan penerapan Environmental, Social & Governance (ESG) di seluruh lini bisnis dan operasi Pertamina.
Advertisement