Liputan6.com, Jakarta - Indonesia tengah mengejar target realisasi investasi hulu migas USD 15,6 miliar, atau setara Rp 234 triliun (kurs Rp 15.000 per dolar AS) pada 2023. Namun, realisasi per semester pertama tahun ini baru mencapai USD 5,7 miliar.
SVP Petronas Malaysia Petroleum Management Firouz Asnan mengungkapkan, Indonesia harus lebih terbuka jika ingin menarik lebih banyak investasi. Jika melihat Malaysia, meskipun dari sisi ukuran jauh lebih kecil dibandingkan Indonesia, namun untuk urusan penemuan migas dan investasi yang masuk Negeri Jiran jauh lebih unggul.
Baca Juga
"Perubahan yang dibutuhkan adalah adanya kebutuhan untuk memastikan adanya investasi yang terus menerus. Bagaimana kita bertumbuh kalau pasar tidak bertumbuh untuk bisa berubah kita harus berubah kita harus lebih terbuka. Malaysia itu kecil tapi tetap saja kita punya penemuan (migas) 3 tahun lalu," ungkap Firouz di acara IPA Convex 2023 di ICE BSD, Rabu (26/7/2023).
Advertisement
Menurut dia, pemerintah juga harus lebih fleksibel. Terutama dari sisi kontrak kerja yang ditawarkan kepada para pelaku usaha. Firouz menilai kontrak yang fleksibel tidak akan berdampak negatif karena yang utama adalah adanya stabilitas dalam kebijakan.
"Selama covid kita memperkenalkan tiga term baru sekarang ini kita punya 11 PSC, yang penting adalah fundalmental kita untuk menjamin stabilitas mereka masuk sistem," jelas Firouz.
Di sisi lain, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) tetap optimistis target investasi hulu migas Rp 234 triliun di tahun ini bisa tercapai.
Â
Tren Berubah
Deputi Keuangan dan Monetisasi SKK Migas Kurnia Chairi menyampaikan, sejak 2020 tren gairah investasi hulu migas di Indonesia berubah cukup drastis dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Berdasarkan data SKK Migas 2020 realisasi investasi hulu migas USD 10,5 miliar, tumbuh di tahun 2021 menjadi USD 10,9 miliar dan tahun lalu realisasinya bahkan menembus USD 12,1 miliar. Untuk itu pemerintah optimistis dengan investasi hulu migas tahun ini yang bisa mencapai USD 15,6 miliar.
"Kalau kita lihat detail sebenarnya ada perbaikan di sana bisa dikatakan begitu karena setiap tahun ada peningkatan," kata Kurnia dalam sesi diskusi Industry Challange bertemakan.
Kurnia menilai, realisasi investasi dalam 3 tahun terakhir menunjukkan ada kepercayaan yang meningkat kepada pemerintah dan kondisi iklim investasi secara keseluruhan karena jika diselisik peningkatan gairah investasi ini berada ditengah kondisi saat banyak pihak menganggap adanya ketidakpastian sektor dari sisi hukum karena belum terbitnya revisi undang-undang migas.
Â
Advertisement
Revisi UU Migas
"Bahkan untuk isu legal dan kontraktual sebenarnya stagnan dalam beberapa tahun terakhir kita harus konfirmasi lagi revisi dari migas," beber Kurnia.
Dia menegaskan, pelaku usaha dipastikan sangat menantikan terbitnya revisi UU Migas yang sudah mangkrak pembahasannya lebih dari 10 tahun. Kurnia menuturkan SKK Migas hingga kini terus mendorong semua stakeholder yang terlibat untuk segera merampungkan pembahasan revisi UU Migas.
"Itu akan jadi prioritas disebabkan legal dan kontraktualnya stangan dalam beberapa tahun," tegas Kurnia.