Sukses

Commonwealth Bank PHK 200 Karyawan di Australia

Secara global, Commonwealth Bank diketahui mempekerjakan sekitar 50 ribu karyawan.

Liputan6.com, Jakarta Commonwealth Bank dikabarkan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap sekitar 200 karyawannya di Australia. 

Melansir US News, Kamis (27/7/2023) juru bicara Commonwealth Bank menolak untuk mengonfirmasi kebenaran kabar PHK tersebut, namun menegaskan tidak ada pemangkasan karyawan di unit yang berhubungan langsung dengan pelanggan bank.

"Sebagai bagian dari fokus kami pada peningkatan bisnis, kami secara rutin meninjau keterampilan yang kami butuhkan dan bagaimana kami terorganisir," kata juru bicara Commonwealth Bank.

"Artinya, dari waktu ke waktu, beberapa peran dan pekerjaan dapat berubah atau mungkin tidak diperlukan lagi," ungkapnya.

Laporan Australian Financial Review menyebut, bank itu akan memangkas sekitar 251 pekerja di seluruh unit teknologi informasi, bank bisnis, dan unit perbankan ritel untuk mengurangi biaya.

Secara global, Commonwealth Bank diketahui mempekerjakan sekitar 50 ribu karyawan.

Laba bersih Commonwealth Bank di Australia setelah pajak mencapai sekitar 2,60 miliar dolar Australia pada Maret 2023, naik dari 2,40 miliar dolar tahun lalu.

Sebelum Commonwealth Bank, sektor perbankan di Australia telah mengalami gelombang PHK atau pemangkasan karyawan dalam beberapa pekan terakhir.

Pada pertengahan Juni 2023, rekan CBA yang lebih kecil Westpac Banking Corp memberhentikan 300 pekerja di segmen perbankan konsumen dan bisnisnya.

PHK itu terjadi meski Westpac mencatat pertumbuhan laba yang kuat di tengah kenaikan suku bunga dan lonjakan inflasi.

2 dari 3 halaman

Westpac PHK 300 Karyawan Padahal Catatkan Laba

Pemberi pinjaman asal Australia, Westpac Banking Corp mengungkapkan akan melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap sekitar 300 pekerjanya. 

Mengutip US News, Senin (12/6/2023) karyawan yang terkena PHK di Westpac mencakup segmen perbankan konsumen dan bisnis.

Serikat Sektor Keuangan Australia (FSU) mengatakan bahwa bank terbesar ketiga di negara itu akan mengurangi jumlah karyawan dari Divisi Perbankan Bisnis dan Konsumen, mengutip memo internal Westpac yang dilihat oleh serikat pekerja.

Potensi PHK mewakili 0,8 persen dari total tenaga kerja penuh waktu Westpac sebanyak 37.476 orang, per September 2022.

Namun, Sekretaris Nasional FSU Julia Angrisano mengecam PHK tersebut. 

"Pekerja Westpac telah berjuang dengan tuntutan beban kerja yang berlebihan, dan pemotongan ini berarti mereka yang tertinggal perlu melakukan lebih banyak dengan lebih sedikit tenaga," ujarnya.

Pada Mei 2023, Westpac bersama pemberi pinjaman utama termasuk ANZ Group, National Australia Bank serta DBS Group Singapura memperingatkan tentang tekanan pada margin bunga bersih bank, karena siklus suku bunga mendekati puncaknya.

Sebelum PHK, Westpac melaporkan kenaikan laba bersih semester pertama sebesar 22 persen menjadi 4,00 miliar dolar Australia di tengah lingkungan inflasi tinggi.

3 dari 3 halaman

Standard Chartered PHK Karyawan di Hong Kong hingga London

Sebelumnya, bank asal Inggris, Standard Chartered juga melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) terhadap karyawannya di Singapura, London, dan Hong Kong. 

Langkah PHK bank yang terdaftar di London itu adalah yang terbaru di antara bank-bank besar yang memangkas jumlah pekerjanya.

Mengutip Channel News Asia, Kamis (8/6/2023) PHK di Standard Chartered merupakan bagian dari rencana bank untuk memangkas biaya senilai lebih dari USD 1 miliar atau setara Rp. 14,9 triliun hingga 2024.

Bank Inggris itu sebelumnya mengatakan akan mengurangi biaya sebesar USD 1,3 miliar sebagai bagian dari program efisiensi biaya.

Secara total, pengurangan karyawan di Standard Chartered diperkirakan bisa mencapai lebih dari 100 tenaga kerja, meskipun jumlah akhir belum diputuskan, menurut laporan Bloomberg News, mengutip sumber yang mengetahui kabar PHK tersebut.

Laporan Bloomberg juga menyebut, Standard Chartered telah mulai memangkas posisi di bagian middle-office termasuk sumber daya manusia dan transformasi digital di Asia dalam beberapa pekan terakhir.

Video Terkini