Liputan6.com, Jakarta Indeks dolar Amerika Serikat menunjukkan pelemahan pada Kamis, 27 Juli 2023. Penurunan USD menyusul kenaikan suku bunga Federal Reserve atau The Fed ke kisaran 5,25 hingga 5,50 persen.
"Dolar jatuh pada hari Kamis setelah Federal Reserve menyampaikan apa yang diharapkan beberapa orang sebagai kenaikan suku bunga terakhirnya, sementara fokus pasar bergeser melintasi Atlantik ke keputusan suku bunga Bank Sentral Eropa (ECB) di kemudian hari," kata Direktur PT.Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi dalam keterangan tertulis pada Kamis (27/7/2023).
Baca Juga
Seperti diketahui, The Fed pada Rabu (26/7) menaikkan suku bunga sebesar seperempat persentase poin, seperti yang diperkiran, menandai kenaikan suku bunga ke-11 bank sentral dalam 12 pertemuan terakhirnya.
Ketua The Fed Jerome Powell membuka kemungkinan untuk kenaikan selanjutnya pada bulan September mendatang. Sementara itu, para pedagang tidak yakin, mengirim dolar AS meluncur di perdagangan Asia pada hari Kamis.
Advertisement
"Di luar Fed, fokus minggu ini juga tertuju pada keputusan suku bunga dari Bank Sentral Eropa (ECB) dan Bank Jepang (BOJ)," ungkap Ibrahim.
ECB
ECB menjadi sorotan berikutnya, dengan investor mengharapkan bank sentral untuk menaikkan suku bunga yang sama sebesar 25 bps pada akhir pertemuan kebijakan moneternya pada hari Kamis, dengan fokus pada panduan ke depannya.
Sementara itu, BOJ diperkirakan akan mempertahankan suku bunga sangat rendah dan mempertahankan kebijakan dovishnya pada hari Jumat.
"Sebagian kecil pedagang juga memposisikan diri untuk potensi kejutan hawkish dari bank Jepang, mengingat tren inflasi di atas target tahunannya," imbuh Ibrahim.
Rupiah ditutup menguat 22 point dalam penutupan pasar sore ini, walaupun sebelumnya sempat menguat 35 point dilevel Rp. 15.000 dari penutupan sebelumnya di level Rp.14.022.
"Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang Rupiah fluktuatif namun ditutup menguat direntang Rp. 14.970- Rp. 15.050," papar Ibrahim.
BI Pertahankan Suku Bunga di Level 5,75 Persen
Di dalam negeri, Bank Indonesia (BI) kembali mempertahankan suku bunga acuannya atau BI7DRR di level 5,75 persen dalam Rapat Dewan Gubernur Juli 2023.
"Keputusan tersebut diyakini memadai untuk memperkuat stabilisasi nilai tukar Rupiah guna mengendalikan imported inflation dan memitigasi dampak limpahan ketidakpastian pasar keuangan global. Sehingga BI kemungkinan masih akan mempertahankan suku bunganya di 5,75 persen di sisa tahun 2023," kata Ibrahim.
Lebih lanjut, mengenai situasi global, bank sentral global utama seperti The Fed, ECB, dan BoE telah memberikan sinyal untuk melanjutkan pengetatan kebijakan moneter mereka di sisa tahun 2023.
Ibrahim melihat, hal ini menyebabkan ketidakpastian pasar keuangan global meningkat.
"Namun, baik pasar obligasi maupun saham Indonesia tetap mencatat net inflow year-to-date. Neraca perdagangan Indonesia juga terus mencatat surplus," tambahnya.
Advertisement
BI Akan Perhatikan Keputusan The Fed
Selain itu, Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2023 tentang Devisa Hasil Ekspor Hasil Ekspor Devisa Hasil Eksploitasi, Pengelolaan, dan/atau Pengolahan Sumber Daya Alam yang berlaku efektif 1 Agustus 2023 sebagai langkah strategis untuk meningkatkan likuiditas valas dan mengurangi tekanan nilai tukar Rupiah.
Selain itu, pihaknya juga mengantisipasi bahwa BI akan merespons dengan cermat keputusan The Fed dalam pertemuan FOMC Juli 2023, di mana kenaikan FFR (Fed Funds Rate) diperkirakan sebesar 25 bps.
"Dampak transmisi FFR terhadap Indonesia akan semakin nyata melalui imbal hasil obligasi pemerintah," kata Ibrahim.
Di sisi domestik, tingkat inflasi Indonesia hingga Juni 2023 turun ke kisaran sasaran BI 2 – 4 persen, atau tepatnya sebesar 3,52 persen yoy, berkat upaya pemerintah dalam mengendalikan harga dan pasokan pangan.