Sukses

Rupiah Melemah ke 15.065 per Dolar AS Usai Data Ekonomi Amerika Membaik

Pada Jumat (28/7/2023), nilai tukar ditransaksikan antarbank di Jakarta pada melemah 0,43 persen atau 65 poin menjadi 15.065 per dolar AS dari sebelumnya 15.000 per dolar AS.

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah pada perdagangan Jumat ini. Pelemahan rupiah ini karena data pertumbuhan ekonomi AS dan klaim tunjangan pengangguran lebih baik dari prediksi.

Pada Jumat (28/7/2023), nilai tukar ditransaksikan antarbank di Jakarta pada melemah 0,43 persen atau 65 poin menjadi 15.065 per dolar AS dari sebelumnya 15.000 per dolar AS.

Pengamat pasar uang Ariston Tjendra menjelaskan, pelemahan rupiah ini setelah di luar dugaan data produk domestik bruto (PDB) dan klaim tunjangan pengangguran mingguan AS menunjukkan angka lebih bagus dari ekspektasi.

“Data PDB kuartal II 2023 sebesar 2,4 persen dengan ekspektasi 1,8 persen. (Adapun) data klaim tunjangan pengangguran mingguan AS 221 ribu dengan ekspektasi 235 ribu,” ucap Ariston dikutip dari Antara. 

Lebih lanjut, data ekonomi AS yang membaik disebut akan mendukung kebijakan suku bunga tinggi AS dan bisa membuka ekspektasi The Fed bakal menaikkan suku bunga acuan satu kali lagi tahun ini.

“Yield obligasi pemerintah AS terlihat menaik setelah data-data tersebut dirilis yang artinya ada ekspektasi kenaikan suku bunga acuan AS ke depan,” kata dia.

Dolar AS menguat secara signifikan terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), setelah rilis data ekonomi AS lebih baik dari perkiraan menggagalkan ekspektasi investor untuk kebijakan moneter yang relatif dovish dari Federal Reserve.

 

2 dari 4 halaman

Dolar AS Terdorong

Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama saingannya, terangkat 0,86 persen menjadi 101,7678 pada akhir perdagangan.

Produk domestik bruto (PDB) AS yang disesuaikan secara musiman tumbuh 2,4 persen pada tingkat tahunan di kuartal kedua, Departemen Perdagangan AS mengatakan Kamis (27/7/2023), lebih cepat dari perkiraan para ekonom.

Ukuran inflasi pemerintah dalam perekonomian, indeks harga untuk pembelian domestik bruto, naik 1,9 persen, paling lambat dalam tiga tahun. Indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) tidak termasuk makanan dan energi naik 3,8 persen, yang merupakan kenaikan terkecil sejak 2021.

Segera setelah rilis laporan PDB, imbal hasil obligasi pemerintah AS bergerak lebih tinggi, yang lebih lanjut mendorong dolar.

Sementara itu, Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan pada Kamis (27/7/2023) bahwa klaim awal untuk tunjangan pengangguran turun 7.000 ke penyesuaian musiman 221.000 untuk pekan yang berakhir 22 Juli, level terendah sejak Februari.

3 dari 4 halaman

Waspada, Rupiah Diramal Ambrol di Semester II 2023

Sebelumnya, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati memperkirakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan melemah pada semester II-2023. Perkiraan tersebut lebih tinggi dibandingkan asumsi yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2023 yakni Rp 14.800 per USD.

"Rupiah agak melemah dibandingkan asumsi," kata Sri Mulyani dalam raker bersama Badan Anggaran DPR RI, Pembahasan Laporan Realisasi Semester I dan Prognosis Semester II Pelaksanaan APBN TA 2023, di DPR, Jakarta, Senin (10/7/2023).

Berdasarkan catatan Sri Mulyani, hingga semester I-2023 rata-rata rupiah berada di level Rp 15.071/USD. Kemudian, nilai tukar rupiah pada semester II-2023 diperkirakan bisa melemah ke level Rp 14.950-15.400/USD.

"Keseluruhan tahun nilai tukar rupiah ada di kisaran Rp 15.000/USD hingga Rp 15.250/USD," tambahnya.

Menkeu menjelaskan, pelemahan nilai tukar dipengaruhi oleh situasi global yang penuh dengan ketidakpastian. Alhasil nilai tukar rupiah pun mengalami tekanan.

4 dari 4 halaman

Rupiah Masih Menguat

Dalam kesempatan yang sama, Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Destry Damayanti, menyatakan nilai tukar rupiah masih menguat 3,84 persen secara tahunan periode 2022 hingga Juni 2023.

Bahkan, nilai tukar rupiah masih lebih baik dibandingkan mata uang lain seperti rupee India, peso Filipina dan baht Thailand. Kendati demikian, Bank Indonesia optimis bahwa nilai tukar rupiah masih ada peluang untuk terus menguat.

"Ke depan BI melihat ruang apresiasi nilai tukar rupiah masih ada, di tengah surplus transaksi berjalan dan kami perkirakan masuknya aliran modal asing seiring dengan prospek pertumbuhan ekonomi yang kuat, inflasi yang rendah, serta imbal hasil aset keuangan domestik yang masih menarik," pungkas Destry.  

Video Terkini