Sukses

Sempat Dikabarkan Ahok Jadi Dirut, Ternyata RUPS Pertamina Hanya Ganti Wakil Komisaris Utama

PT Pertamina (Persero) merombak susunan komisaris dengan mengangkat Rosan P.Roeslani sebagai wakil komisaris utama.

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah melalui Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) selaku Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) PT Pertamina (Persero) mengubah susunan Anggota Dewan Komisaris Pertamina (Persero). RUPS memutuskan mengangkat Wakil Komisaris Utama PT Pertamina Rosan P.Roeslani.

Rosan P. Roeslani ditetapkan menjadi Wakil Komisaris Utama PT Pertamina (Persero) sejak 25 Juli 2023. Hal tersebut tertuang dalam Salinan Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Selaku Rapat Umum Pemegang Saham Perusahaan Perseroan (Persero) PT Pertamina Nomor SK-211/MBU/07/2023 tanggal 25 Juli 2023 tentang Pemberhentian dan Pengangkatan Anggota Dewan Komisaris Perusahaan Perseroan (Persero) PT Pertamina.

Keputusan tersebut juga mengukuhkan pemberhentian dengan hormat Pahala Nugraha Mansury dari jabatan Wakil Komisaris Utama Pertamina yang menjabat sejak 3 Februari 2021 sehubungan dengan penetapannya sebagai Wakil Menteri Luar Negeri RI.

Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero) Fadjar Djoko Santoso menuturkan, perubahan susunan Dewan Komisaris dilakukan melalui RUPS sebagai salah satu kewenangan pemegang saham.

"Dengan susunan Dewan Komisaris yang baru ini,  Pertamina siap memenuhi aspirasi pemegang saham. Kami mengucapkan selamat dan sukses kepada Wakil Komisaris Utama Bapak Rosan Roeslani, dan berterima kasih kepada Bapak Pahala Mansury atas segala pengabdiannya kepada Pertamina,” kata Fadjar dalam keterangan resmi, ditulis Senin (31/7/2023).

Saat dikonfirmasi kembali apakah ada perubahan posisi lainnya, Fadjar memastikan RUPS hanya memutuskan pengangkatan Wakil Komisaris Utama. “Iya betul hanya itu,” lewat pesan singkat yang diterima Liputan6.com.

Sebelumnya beredar kabar Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok masuk jajaran direksi Pertamina. Adapun dengan keputusan RUPS tersebut, Ahok tetap menjadi komisaris utama.

Pertamina sebagai perusahaan pemimpin di bidang transisi energi, berkomitmen dalam mendukung target Net Zero Emission 2060 dengan terus mendorong program-program yang berdampak langsung pada capaian Sustainable Development Goals (SDG’s). Seluruh upaya tersebut sejalan dengan penerapan Environmental, Social & Governance (ESG) di seluruh lini bisnis dan operasi Pertamina.

2 dari 4 halaman

Perdana, Pertamina Bor Sumur MNK di Blok Rokan Hari Ini

Sebelumnya, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) memastikan, PT Pertamina melalui Pertamina Hulu Rokan (PHR) akan melakukan pengeboran (drilling) perdana sumur migas non konvensional (MNK) di Blok Rokan, Riau.

Sumur MNK merupakan sumber minyak dan gas bumi yang diusahakan dari reservoir tempat terbentuknya migas dengan permeabilitas yang rendah.

Deputi Eksplorasi Pengembangan dan Manajemen Wilayah Kerja SKK Migas Benny Lubiantara mengatakan, pihaknya bakal melakukan monitoring selama dua bulan terkait progres drilling di lapangan tersebut.

"Blok Rokan sudah mencapai target resource yang dimulai hari ini dan tetap kita monitor. Mudah-mudahan kita dapat hasil yang baik untuk MNK," ujar Benny pada rangkaian acara IPA Convex 2023 di ICE BSD, Kabupaten Tangerang, Kamis (27/7).

Sebelumnya, EVP Upstream Business PHR WK Rokan Edwil Suzandi mengatakan, pihaknya telah menjajaki nota kesepahaman dengan mitra internasional yang punya kapabilitas dalam mengembangkan sumur MNK.

Menurut dia, kerjasama ini sangat dibutuhkan lantaran pengembangan sumur MNK di WK Rokan butuh teknologi dan investasi.

 

3 dari 4 halaman

Potensi Sumber Daya

"Oleh karena itu diperlukan tahapan eksplorasi, appraisal, termasuk pilot dan demonstrasi yang terintegrasi dan terencana dengan baik," kata Edwil beberapa waktu lalu.

Adapun potensi sumber daya MNK di wilayah kerja (WK) Rokan berada pada formasi pematang brown shale, yakni batuan induk utama hidrokarbon di Sumatera Bagian Tengah. Kemudian lower red bed, formasi bebatuan di bawah brown shale. Potensi MNK itu berada di kedalaman lebih dari 6.000 kaki.

MNK sendiri merupakan hidrokarbon yang terbentuk dan terkekang pada batuan reservoir klastik atau pecahan batuan dan sisa-sisa kerangka organisme yang telah mati, berbutir halus, dan punya permeabilitas yang rendah.

Perbedaan utama eksplorasi migas konvensional dengan eksplorasi MNK terletak pada lokasi minyak di lapisan bumi. Dalam hal ini, eksplorasi migas konvensional lebih mudah terlihat mengingat letaknya yang tidak jauh dari permukaan, sedangkan MNK berada di lapisan yang lebih dalam.

 

4 dari 4 halaman

Kawal Target Bebas Emisi Karbon, Pertamina Gandeng UEA, Korea hingga Jepang

Sebelumnya, PT Pertamina (Persero) menandatangani empat perjanjian kerjasama dengan perusahaan global asal Uni Emirat Arab (UEA), Korea Selatan dan Jepang untuk pengembangan proyek teknologi penangkapan, utilisasi dan penyimpanan karbon (CCS/CCUS).

Pertamina menjalin kerjasama dengan Mubadala Energy, Japan Petroleum Exlporation Co Ltd (Japex), Japan Organization for Metals and Energy Security (Jogmec), dan POSCO International.

Nota kesepahaman itu terjadi dalam rangkaian acara Indonesian Petroleum Association Convention & Exhibition (ICE Convex) ke-47 di ICE BSD, Kabupaten Tangerang, Banten, Selasa (25/7/2023).

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan, perjanjian itu juga strategis bagi pencapaian program emisi bebas karbon, atau net zero emission.

"Ini sangat penting, merupakan game changer bagi Indonesia. Karena dengan target penurunan karbon emisi hingga mencapai NZE 2060, program dekarbonisasi atau pengembangan renewable energy saja tidak cukup. Karena sampai 2060 fossil energy masih ada, walau porsinya sudah berkurang," jelasnya.

Oleh karenanya, kata Nicke, perlu ada inisiatif yang sifatnya mengarah kepada target negative carbon dan negative emission, yakni melalui penangkapan karbon.

"Indonesia Alhamdullilah memiliki storage capacity yang cukup besar, yaitu 400 giga tonnes. Sehingga banyak negara, industri yang tertarik kerja sama dengan Pertamina," ungkapnya.

Terlebih Pertamina telah sukses mengimplementasi CCUS, dengan melakukan injeksi CO2 di lapangan Jatibarang bersama partner dari Jepang. Proyek CCUS kedua pun akan dilakukan di lapangan Sukowati.

"Dengan demikian, dengan adanya kompetensi atau pengalaman Pertamina mengembangkan CCUS dan potensi yang dimiliki Indonesia untuk CCUS, ini langkah yang sangat besar yang dilakukan Pertamina. Khususnya untuk Indonesia. Karena dengan cara ini, Indonesia bisa mencapai NZE tahun 2060 atau lebih cepat," tuturnya.