Sukses

Ekonomi Maluku Utara Meroket Berkat Hilirisasi, Jokowi: Jangan Ada yang Nulis Kemiskinan Masih Ada

Data yang dikantongi Jokowi, pertumbuhan ekonomi di Maluku Utara rata-rata sebesar 5,7 persen sebelum adanya hilirisasi. Tapi, bisa melonjak tinggi ke angka 23 persen setelah ada hilirisasi.

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengungkap peningkatan pertumbuhan ekonomi di Provinsi Maluku Utara yang melesat dampak dari hilirisasi. Bahkan, dia menegaskan hal itu membuat kemiskinan di Maluku Utara terus berkurang.

Data yang dikantongi Jokowi, pertumbuhan ekonomi di Maluku Utara rata-rata sebesar 5,7 persen sebelum adanya hilirisasi. Tapi, bisa melonjak tinggi ke angka 23 persen setelah ada hilirisasi.

"Jangan sampai ada terus yang menulis bahwa kemiskinan di Maluku Utara masih ada, ya. Itu urusannya Pemprov, kabupaten dan kota yang diselesaikan lewat APBD. Karena APBD yang dapat manfaat dari adanya perusahaan-perusahaan yang ada di sana," ujarnya dalam Pengukuhan Pengurus Apindo, di Jakarta, Senin (31/7/2023).

Kepala Negara ini juga menegaskan kalau pengusaha di daerah punya peran penting. Terutama dengan melibatkan pengusaha-pengusaha skala kecil guna membangun daerah.

Hal itu, menurutnya bisa dilakukan guna mendongkrak tingkat ekonomi di wilayah tersebut. Misalnya, proyek-proyek yang bisa digarap oleh UMKM daerah.

"Saya selalu menyampaikan kepada Pemda untuk meminta kepada perusahaan-perusahaan itu misalnya kateringnya biar dikerjakan oleh UMKM di daerah, suplai sayur, telur, daging, semua diberikan kepada pengusaha-pengusaha kecil di daerah, akan menumbuhkan daerah di mana ada hilirisasi," ungkapnya.

Melihat kisah sukses dari hilirisasi industri nikel ini, Jokowi ingin melakukan di sektor tambang lainnya. Misalnya untuk tembaga, bauksit, hingga timah.

"Kita akan terus ke tembaga, bauksit, timah dan nilai tambah itu akan semakin besar dari program hilirisasi ini," tegasnya.

 

2 dari 4 halaman

Hilirisasi Bawa Untung Besar

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan sikapnya untuk terus mendorong hilirisasi di berbagai sektor. Mulai dari pertambangan, pertanian, hingga perkebunan.

Jokowi mencatat, dari hilirisasi nikel saja, mampu mencapai USD 33,8 miliar atau setara Rp 510 triliun. Padahal, pada 2014 hasil nikel hanya mampu mencatatkan USD 2,1 miliar saja.

Hitungan Jokowi, angka ini tak hanya menguntungkan pengusaha. Tapi juga menguntungkan bagi negara melalui berbagai pos pungutan.

"Dari situ ada yang bertanya 'loh pak negara dapat apa? itu kan yang untung pengusaha', sebentar, tadi angkanya Rp 31 triliun, pemerintah pasti akan mungut pajak dari angka Rp 31 triliun. Kemudian lompat jadi Rp 510 triliun juga dipungut PPN, PPh, royalti, gede mana negara akan dapat?," ujarnya dalam Pengukuhan Pengurus Apindo, di Jakarta, Senin (31/7/2023).

Ternyata, Jokowi memegang angka yang lebih besar lagi dari hilirisasi nikel di Morowali, Sulawesi Tengah. Namun, dia enggan membeberkannya ke publik.

"Saya sebetulnya mau buka (pendapatan) yang di Morowali negara negara dapat berapa, tapi ini rahasia dari Dirjen Pajak, tapi besar sekali. Saya kaget juga dapet angkanya, besar sekali. Ini sekali lagi baru urusan nikel," tegasnya.

Kepala Negara itu membeberkan pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Tengah mengalami peningkatan pesat. Sebelum ada hilirisasi, rata-rata pertumbuhan ekonominya mencapai 7,5 persen, tapi setelah hilirisasi melompat ke 15 persen.

 

3 dari 4 halaman

Tak Gentar Hilirisasi Digugat

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan sikapnya terkait hilirisasi mineral hingga pertanian. Dia tak gentar meski berulang kali digugat di Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) dan diperingati Dana Moneter Internasional (IMF).

Dia menegaskan, hilirisasi di berbagai sektor menjadi kunci bagi Indonesia untuk bisa menjadi negara maju. Pasalnya, sumbangan secara ekonominya bisa meningkat berkali lipat.

"Hilirisasi apapun harus kita teruskan meskipun kita digugat oleh WTO meskipun kita diberikan peringatan oleh IMF apapun barang ini harus kita teruskan," ujar dia dalam Pengukuhan Pengurus Apindo, di Jakarta, Senin (31/7/2023).

Menurut dia, ada 2 hal penting untuk membawa Indonesia menjadi negara maju. Pertama, pengembangan sumber daya manusia (SDM). Kedua, adalah hilirisasi di mineral, pertanian, perikanan.

"Semuanya bisa dihilirisasi kalo itungannya World Bank, IMF itu di 2040-2045 saya yakin ini bisa agak maju," ungkapnya.

Pada kesempatan ini, dia kembali menguraikan kesuksesan dari hilirisasi nikel yang dimulai sejak 2020 lalu. Dia mencatat, hilirisasi Nikel di Sulawesi Tenggara saja mampu menyerap 71.500 tenaga kerja di sisi pengolahan nikel.

 

4 dari 4 halaman

Keuntungan Hilirisasi Nikel

Kemudian, di Maluku Utara ada peningkatan serapan tenaga keeja dari 500 orang menjadi 45.600 orang setelah hilirisasi.

"Kemudian kalau kita liat ini untuk seluruh produk turunan nikel, tidak hanya besi saja. USD 1,1 miliar, itu hanya besi baja ini untuk seluruh produk turunan nikel. 2014 hanya USD 2,1 billion. Setelah hilirisasi jadi Rp 510 triliun, dari USD 2,1 billion. melompat jadi USD 33,8 billion," katanya.

"Berarti melompatnya berapa kali. Ini baru berapa turunan saja. Kalau nanti turunannya sudah berkembang, bapak ibu dan sdoara2 bisa membayangkan berapa angka yang akan muncul, dan ini baru nikel," imbuhnya.