Liputan6.com, Jakarta Badai Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) tampaknya belum berakhir di Amerika Serikat. Kali ini, sebuah perusahan farmasi yang berbasis di Rhode Island, CVS memberhentikan ribuan karyawannya.
Melansir CNN Business, Rabu (2/8/2023) CVS melakukan Pemutusan Hubungan Kerja terhadap sekitar 5.000 karyawan dalam upaya pemotongan biaya.
Dalam sebuah pernyataan, pihak CVS mengatakan bahwa pemangkasan karyawan akan terjadi pada posisi yang tidak menghadapi pelanggan secara langsung.
Advertisement
"(Perusahaan) berkembang untuk beradaptasi dengan kebutuhan dan harapan kesehatan konsumen baru, dan harus mengambil langkah-langkah sulit untuk mengurangi biaya," ungkap CVS.
"Kami tidak berharap akan ada dampak apa pun terhadap kolega kami yang berhadapan dengan pelanggan di toko, apotek, klinik, atau pusat layanan pelanggan kami," jelas perusahaan farmasi itu.
The Wall Street Journal, yang pertama kali melaporkan berita PHK tersebut, mengatakan bahwa perubahan tersebut merupakan bagian dari upaya CVS untuk fokus pada layanan kesehatan.
Dalam beberapa tahun terakhir, CVS telah menambahkan lebih banyak penawaran perawatan primer dan memperluas tata letak toko "HealthHub".
"Sepanjang sejarah perusahaan kami, kami terus beradaptasi dengan dinamika pasar untuk memimpin industri. Keputusan sulit yang kami buat akan membuat perusahaan meraih kesuksesan jangka panjang," ungkap CVS.
Diketahui, perusahaan ini mempekerjakan sekitar 300.000 orang di seluruh Amerika Serikat. Tak hanya PHK, CVS pada tahun 2021 juga mengumumkan akan menutup 900 toko, hampir 10 persen dari bisnisnya, sebagai tanggapan atas perubahan pola pembelian konsumen.
Utang Menggunung, Perusahaan Truk Berusia 99 Tahun Terpaksa Tutup dan PHK Karyawan
Yellow Corp, perusahaan angkutan truk di Tennesse, Amerika Serikat (AS) menghentikan operasi dan melakukan PHK massal setelah gagal mengelola pendanaan tenaga kerjanya.
Melansir CNN Business, Selasa (1/8/2023) berhentinya operasi angkutan truk berusia 99 tahun itu berujung pada pemutusan hubungan kerja (PHK) besar besaran pada 30.000 pekerjanya.
Pekan lalu, beberapa hari sebelum berhenti beroperasi, serikat pekerja membatalkan ancaman pemogokan yang dipicu oleh kegagalan Yellow Corp untuk berkontribusi pada rencana pensiun dan asuransi kesehatan pekerjanya. Serikat pekerja memberi perusahaan satu bulan tambahan untuk melakukan pembayaran yang diminta.
Tetapi pada pertengahan minggu lalu, perusahaan telah berhenti mengambil barang dari pelanggannya dan hanya melakukan pengiriman barang yang sudah ada dalam sistemnya, menurut keterangan dari serikat pekerja dan Satish Jindel, konsultan industri angkutan truk.
Meski serikat pekerja memutuskan untuk tidak melakukan pemogokan, mereka tidak dapat mencapai kesepakatan kontrak baru dengan Yellow Corp, menurut sebuah memo yang dikirim ke serikat pekerja lokal p oleh komite negosiasi Teamsters.
"Berita hari ini sangat disayangkan tetapi tidak mengejutkan. Yellow secara historis membuktikan bahwa ia tidak dapat mengelola dirinya sendiri meskipun ada miliaran dolar dalam bentuk konsesi pekerja dan ratusan juta dana bailout dari pemerintah federal. Ini adalah hari yang menyedihkan bagi para pekerja dan industri pengangkutan Amerika" ungkap Presiden Teamsters Sean O'Brien dalam sebuah pernyataan.
Sementara itu, pejabat Yellow Corp menanggapi permintaan komentar terkait penutupan bisnisnya.
Advertisement
Dibayangi Lonjakan Utang
Yellow Corp yang berbasis di Nashville, Tennessee, adalah perusahaan nasional dengan terminal dan karyawan yang tersebar di lebih dari 300 terminal di seluruh Amerika Serikat.
Menurut para ahli di lapangan, perusahaan itu menutup bisnisnya terutama karena jumlah hutang yang tidak terjangkau, di sisi lain harus membayar biaya kontrak serikat pekerja.
"Teamsters telah membuat serangkaian konsesi yang menyakitkan yang membuat mereka mendekati paritas upah dengan operator non-serikat," kata Tom Nightingale, CEO AFS Logistics, sebuah perusahaan logistik pihak ketiga yang menempatkan pengiriman barang senilai sekitar USD 11 miliar setiap tahun dengan berbagai perusahaan angkutan truk.
Dia menyebut, perusahaan mulai mengambil sejumlah besar utang 20 tahun lalu untuk mengakuisisi perusahaan angkutan truk lainnya.
"Sekarang layanan utang mereka sangat besar,” katanya, menunjuk utang senilai USD 1,5 miliar di pembukuannya.
Pekan lalu, Yellow Corp sempat dilaporkan akan mengajukan kebangkrutan pada 31 Juli, meskipun perusahaan mengatakan bahwa mereka terus melakukan pembicaraan dengan Teamsters dan sedang mempertimbangkan semua opsinya.