Liputan6.com, Jakarta Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Suharso Monoarfa, mengatakan pendalaman materi terhadap isu terkait demografi terus menerus dilakukan oleh Kementerian PPN/Bappenas. Hal ini demi mensukseskan Indonesia Maju 2045.
"Pendalaman ini dilakukan dalam banyak sekali sesi diskusi. Seperti FGD yang dilakukan di Bappenas," kata Suharso dikutip dari instagram pribadinya @suharsomonoarfa, Rabu (2/8/2023).
Menurutnya, langkah pertama dalam mewujudkan Indonesia maju pada tahun 2045 adalah optimalisasi bonus demografi. Maka, penduduk Indonesia didorong harus menjadi orang kaya sebelum memasuki usia tua.
Advertisement
"Penduduk kita harus kaya sebelum tua. Apabila penuaan penduduk dianggap sebagai beban, bonus demografi akan berakhir di tahun 2037," katanya.
Bisa Permanen
Suharso menegaskan, apabila penduduk usia produktif dan penduduk usia lanjut terus meningkat produktivitasnya, maka bonus demografi akan dapat terus dipertahankan dan bersifat permanen.
Hampir semua negara maju memperpanjang usia pensiun, dan ini berimplikasi pada tempat kerja, dan memperluas jaminan pensiun. Disamping itu, ageing population dapat dimanfaatkan sebagai sumber pertumbuhan baru.
"Contohnya membuat layanan smart-home environments untuk monitor kesehatan lansia," ujarnya.
Langkah kedua yang harus ditempuh adalah menciptakan pekerjaan kelas menengah secara masif. Puluhan juta pekerja perlu pindah ke pekerjaan dengan produktivitas yang lebih tinggi.
Jokowi Cerita Pengangguran di Afrika Melonjak 33% Dampak Bonus Demografi, Ada Lulusan S2 Jadi Tukang Sapu
Indonesia akan mengalami puncak bonus demografi. Dalam hitungannya, puncak bonus demotrafi tersebut akan terjadi pada 2030. Untuk itu, pemerintah sudah harus bersiap sejak dini.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjelaskan, di 2030 saat Indonesia mencapai puncak bonus demografi sebanyak 68,3 persen dari total penduduk Indonesia berada di usia produktif.
Momentum ini hanya akan dialami sebuah negara satu kali saja.
“68,3 persen total penduduk Indonesia berusia produktif dan ini hanya sekali dalam peradaban sebuah negara. Hanya sekali dalam peradaban sebuah negara,” kata dia Jokowi dalam acara Indonesia Emas 2045 di The Ballroom Djakarta Theater, Jakarta Pusat, Kamis (15/6/2023).
Jokowi mengatakan puncak bonus demografi bisa menjadi peluang sekaligus bencana jika tidak bisa dikelola negara dengan baik. Dia mencontohkan negara-negara di Afrika yang 2015 mengalami puncak demografi namun gagal mengelolanya.
“Di sebuah negara Afrika 2015 mendapatkan bonus demokrasi, lalu dalam 7 tahun pengangguran melonjak 33,6 persen,” kata Jokowi.
Saking sulitnya lapangan kerja, ada lulusan S2 di negara Afrika yang bekerja sebagai tukang sapu. Padahal dengan tingkat pendidikan yang tersebut seharusnya bisa menjadi guru atau pengajar.
“Saya baca berita di negara lain saking sulitnya cari kerja, lulusan S2 harusnya bisa jadi guru saat ini menjadi tukang sapu,” kata Jokowi.
Advertisement
Siapkan Strategi
Untuk itu, Jokowi tak ingin hal serupa terjadi di Indonesia. Makanya, bonus demografi harus dimanfaatkan dengan optimal agar Indonesia bisa menjadi negara maju di tahun 2045.
“Dan kita gak ingin terjadi seperti itu makanya harus bekerja keras memanfaatkan peluang ini. Kita harus punya perencanaan taktis. Visinya juga taktis,” kata dia.
Lebih lanjut Kepala Negara ini meminta para menterinya untuk menyiapkan visi, misi hingga strategi yang taktis. Mengingat dalam waktu bersamaan Indonesia juga berkompetisi dengan negara lain.
“Kita harus punya strategi taktis karena kita berkompetisi dengan negara lain,” kata dia.