Sukses

India Larang Ekspor Beras, Singapura dan Malaysia Menangis

India memberhentikan ekspor beras putih non-basmati pada 20 Juli lalu, dalam upayanya menjinakkan harga pangan domestik dan memastikan ketersediaan.

Liputan6.com, Jakarta Larangan ekspor beras dari India memicu kekhawatiran pada pasar beras global,  dan jutaan orang diperkirakan akan terkena dampaknya, dengan konsumen Asia dan Afrika akan menanggung beban terbesar.

Sebagai informasi, India dikenal sebagai pengekspor beras terbesar di dunia. Negara itu memberhentikan ekspor beras putih non-basmati pada 20 Juli lalu, dalam upayanya menjinakkan harga pangan domestik yang melonjak dan memastikan ketersediaan yang memadai.

Negara ini menyumbang lebih dari 40 persen perdagangan beras global.

"Skala masyarakat yang terkena dampak pelarangan beras India akan mencapai jutaan," kata Mohanty Samarendu, Direktur Regional Asia di International Potato Center, dikutip dari CNBC International, Rabu (2/8/2023).

Analisis dari bank asal Inggris, Barclays mengungkapkan, Malaysia berpotensi menjadi negara yang paling rentan, karena ketergantungannya yang cukup besar pada beras India.

"(Negara) ini mengimpor sebagian besar pasokan berasnya, dan India menyumbang bagian yang relatif besar dari impor berasnya," ungkap para analis Barclays.

Selain Malaysia, Singapura kemungkinan akan terpengaruh juga, dengan laporan yang menunjukkan bahwa India menghasilkan sekitar 30 persen dari impor beras negara kota tersebut.

Namun, Barclays mencatat bahwa Singapura sangat bergantung pada impor makanan secara umum, bukan hanya beras. Negara tersebut saat ini sedang mencari pengekspor lain.

Dilaporkan, harga beras secara global saat ini berada di level tertinggi dalam satu dekade, dengan musim panas ekstrem El Nino yang menambah risiko pada produksi global di produsen beras utama Asia lainnya seperti Thailand, Pakistan, dan Vietnam.

Barclays menyebut, Filipina juga akan menjadi negara yang rentan terhadap kenaikan harga beras global, mengingat bobot beras tertinggi dalam keranjang CPI negara tersebut.

Namun, sebagian besar impor beras negara Asia Tenggara itu berasal dari Vietnam.

 

2 dari 3 halaman

Kawasan Afrika Dikhawatirkan Ikut Terdampak

Asia bukan satu-satunya wilayah yang terkena larangan ekspor beras India, banyak negara Afrika dan Timur Tengah juga rentan.

Pasar yang sangat terpapar pembatasan ekspor India terkonsentrasi di Afrika Sub-Sahara dan di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara (MENA), menurut BMI, unit riset Fitch Solutions.

Perusahaan itu merinci, negara negara Afrika itu termasuk Djibouti, Liberia, Qatar, Gambia, dan Kuwait sebagai yang "paling terbuka".

Penarikan beras putih non-basmati oleh India terjadi setelah larangan pengiriman beras pecah pada bulan September lalu. Itu berarti hingga 40 persen dari ekspor beras India sekarang terhenti, menurut perkiraan BMI.

3 dari 3 halaman

Bergantung pada Reaksi Importir

Samarendu Mohanty, direktur regional Asia di CIP, mencatat bahwa besarnya dampak larangan ekspor itu akan bergantung pada bagaimana reaksi importir dan eksportir beras lainnya.

Dia menjelaskan, jika pengekspor beras utama seperti Vietnam dan Kamboja memberlakukan bentuk pembatasan ekspor mereka sendiri, dan importir besar seperti Indonesia dan Malaysia berebut untuk menimbun, dunia akan melihat kemungkinan krisis di pasar beras.

"Kemungkinan sangat kecil larangan ekspor ini dicabut," kata Mohanty, seraya menambahkan bahwa larangan itu berlaku setidaknya sampai pemilihan umum India pada April tahun depan.