Sukses

Banyak Petani Tembakau Terjerat Rentenir, Mendag Siap Pasang Badan

Mendag Zulkifli Hasan menggelar audiensi dengan petani tembakau di Kudus, Jawa Tengah dan Kediri, Jawa Timur, Rabu (2/8/2023).

Liputan6.com, Jakarta Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan alias Zulhas berkomitmen merespons setiap keluhan perusahaan dan petani untuk memastikan perdagangan berjalan dengan baik. Jika perusahaan dan petani maju dan sejahtera, pertumbuhan ekonomi nasional semakin baik dan negara juga pasti maju.

Mendag mengatakan, akan terus mendengar dan melalukan aksi setiap keluhan demi alur perdagangan bisa dipastikan berjalan dengan sesuai. Serta, hal ini membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia berjalan dengan baik serta berkembang pesat sehingga berdampak baik bagi perusahaan dan juga petani semakin sejatera

Hal itu di sampaikan oleh Mendag Zulhas di saat audiensi dengan petani tembakau di Kudus, Jawa Tengah dan Kediri, Jawa Timur, Rabu (2/8/2023). Acara itu digelar untuk mendengar aspirasi petani tembakau serta pelaku usaha di industri hasil tembakau.

Ketua Partai Amanat Nasional itu, mengatakan akan mengupayakan untuk menengahi dan menampung aspirasi petani tembakau juga bagi pelaku usaha, sehingga juga terjalinnya komunikasi yang baik dengan pemerintah ini sangatlah penting.

“Kalau ada petani atau perusahaan datang mengeluh, saya biasanya merespons dengan cepat. Kalau perusahaan dan petani maju, negara pasti maju. Kalau perusahaannya maju, nanti dapat untung. Jika untungnya banyak, nantinya akan membuat pabrik lagi. Jika membuat pabrik, akan menambah pegawai yang bekerja. Selain itu, perusahaan yang untung juga akan membayar pajak,” kata Mendag Zulhas, ditulis Kamis (3/8/2023).

Dukungan Kemendag

Kemudian, Mendag Zulhas juga menyatakan Kemendag siap sedia untuk memberi dukungan penuh kepada petani tembakau dan juga industri hasil termbakau untuk terciptanya kemitraan yang lebih erat. 

Bukan tanpa alasan, ia ingin memastikan agar pasokan tembakau bisa di serap petani tembakau lokal dengan harga yang pas juga memotong maga rantai dalam perdagangan tembakau. Hal itu disampaiakan dalam acara lanjutan audiensi dengan para petani tembakau di Hotel Grand Surya, Kota Kediri, Jawa Timur, Rabu, (2/7/2023). 

“Misi kami datang kemari adalah membawa teman-teman petani tembakau dari Wonosobo dan Temanggung untuk mendengar aspirasi mereka. Para petani ini mengeluhkan harga, terkait dengan tengkulak dan semacamnya. Oleh karena itu, kami pertemukan para petani tembakau dengan industri hasil tembakau agar didapatkan solusi bersama. Jika ada kekurangan, para petani juga minta dibina,” ungkap Mendag Zulkifli Hasan.

 

2 dari 3 halaman

Keluhan Petani

Salah satu keluhan petani adalah sisi permodalan. Ketiadaan permodalan yang memadai memaksa para petani tembakau untuk menggantungkan diri dari pinjaman rentenir. 

“Petani itu juga ternyata sebagian besar memakai uang rentenir yang bunganya 10 persen per bulan. Bayangkan, berapa untungnya? Kapan untungnya? Hal itu nanti kita bantu. Daripada tengkulak, lebih baik ke bank. Bank BRI ada pinjaman Kredit Usaha Rakyat (KUR), bunganya hanya setengah persen sebulan atau enam persen setahun,” kata Mendag Zulkifli Hasan.

Industri tembakau dalam negeri memiliki rangkaian masalah yang panjang. Untuk memenuhi kebutuhan petani, penilaian tembakau oleh petani seringkali dilakukan oleh pedagang perantara seperti pengepul, koordinator petani, perata dan penjual.

Utamakan Pasokan Dalam Negeri

Mantan Menteri Kehutanan itu berharap industri tembakau mengutamakan pasokan tembakau dari dalam negeri. Hal ini penting untuk menjaga sifat ekosistem industri tembakau yang padat karya. Menurut Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan, industri tembakau bisa terus menarik pekerja rumah tangga. 

“Kata kuncinya adalah kerja sama. Harus ada kerja sama yang baik antara petani dan industri. Jika ada masalah, cari jalan keluarnya bersama-sama. Itulah gunanya pemerintah, mempertemukan berbagai pihak untuk berembuk. Sehingga jika produksi bagus, harga juga akan bagus,” jelas Zulhas.

“Misi kami datang kemari adalah membawa teman-teman petani tembakau dari Wonosobo dan Temanggung untuk mendengar aspirasi mereka. Para petani ini mengeluhkan harga, terkait dengan tengkulak dan semacamnya. Oleh karena itu, kami pertemukan para petani tembakau dengan industri hasil tembakau agar didapatkan solusi bersama. Jika ada kekurangan, para petani juga minta dibina,” ungkapnya.

 

3 dari 3 halaman

Terjerat Rentenir

Disisi lain juga, para petani mempersoalkan dari sisi permodalan yang membuat para petani tembakau bahkan terpaksa meminjam dari pinjaman rentenir karena ketidaksanggupan modal yang besar.

“Petani itu juga ternyata sebagian besar memakai uang rentenir yang bunganya 10 persen per bulan. Bayangkan, berapa untungnya? Kapan untungnya? Hal itu nanti kita bantu. Daripada tengkulak, lebih baik ke bank. Bank BRI ada pinjaman Kredit Usaha Rakyat (KUR), bunganya hanya setengah persen sebulan atau enam persen setahun,” pungkasnya