Sukses

LRT Jabodebek Sanggup Melaju 40 Km per Jam Lewat Longspan Gatot Subroto-Kuningan

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi membantah adanya salah desain dari longspan LRT Jabodebek Gatot Subroto - Kuningan. Dia menyebut, dari sisi kecepatan rangkaian sendiri tidak langsung turun signifikan ketika melewati titik tersebut.

Liputan6.com, Jakarta Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi membantah adanya salah desain dari longspan LRT Jabodebek Gatot Subroto - Kuningan. Dia menyebut, dari sisi kecepatan rangkaian sendiri tidak langsung turun signifikan ketika melewati titik tersebut.

Sebelumnya, karena diduga salah desain, rangkaian LRT Jabodebek disebut hanya bisa melaju dengan kecepatan 20 km/jam di longspan Gatot Subroto - Kuningan. Menhub Budi bilang, meski ada penurunan, kecepatan dari LRT Jabodebek masih bisa terkendali.

"Saya ga tau pasti (kecepatan LRT Jabodebek lewat longspan), tapi kira-kira kan kita rata-rata kan 80 km per jam, di titik itu kira-kira separuhnya, 40 km per jam," ujar dia di Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (3/8/2023).

Usai menjajal kembali LRT Jabodebek dari Cibubur ke Harjamukti, Menhub Budi menyebut butuh waktu sekitar 49 menit. Padahal, targetnya ada 43 menit untuk melaju di rute tersebut.

Menhub Budi mengatakan, upaya ini yang nantinya perlu jadi perhatian untuk diperbaiki. Sehingga, nantinya waktu tempuh keseluruhan LRT Jabodebek bisa sesuai dengan rencana.

"Tapi ada satu clue yang akan kita lakukan, semacam tadi kita 49 menit, karena apa? Kita harus berhenti-berhenti, nanti automate-nya 43 menit dari Cibubur tadi Harjamukti. Itu dia diperhitungkan mana saat dia lambat, cepat. Tapi bayangin sekarang dari cibubur ke jakarta itu 1,5 jam, nanti jadi 40 menit, luar biasa," urainya.

Improvisasi

Guna mengatasi hal ini, dia mengatakan akan ada proses asesmen lanjutan dari pihak Siemens sebagai penggarap sistem persinyalan. Utamanya memastikan waktu tempuh maksimal tidak molor jauh dari rencana awal.

"Kita mau asesmen, jadi 10 orang dari Siemens sudah datang, tentu saya akan memberikan suatu rambu-rambu, apa yang harus dipennuhi. Rambu pertama adalah safety, kedua security, ketiga ketepatan waktu," kata dia.

Meski ada pelambatan di beberapa titik, Menhub Budi meminta ada improvisasi di titik lain dimana rangkaian LRT Jabodebek bisa melaju lebih cepat.

"Jadi kalau nanti kita (patok waktu tempuhnya) 43 menit, ya 43 menit, ga boleh goyang. Mau di situ 20 km/jam, 40 km per jam, harus dikompensasi pada jarak-jarak yang lain," jelas Menhub.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Bantah Longspan LRT Jabodebek Salah Desain

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi membantah rel lengkung jembatan panjang atau longspan LRT Jabodebek salah desain. Menurutnya, yang telah dibangun saat ini adalah solusi dari hambatan yang ada.

Diketahui, longspan LRT Jabodebek yang dimaksud adalah longspan Gatoto Subroto - Kuningan yang membentang cukup panjang. Menhub Budi mengatakan, longspan itu jadi solusi untuk lajur kereta LRT Jabodebek.

"Saya ga ngomong salah dan benar, tetapi adalah suatu kelaziman bahwa pada satu tikungan harus ada solusi. Coba bayangin kalau di tengah-tengahnya ada kolom, atau dibikin segi empat, suruh berhenti? ya itu solusi desain yang optimum, saya ga katakan itu maksimum," kata dia di Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (3/8/2023).

"Jadi kalau saya, saya bisa katakan tidak salah, itu adalah solusi desain," tegasnya.

Menhub Budi mengatakan, dalam membangun jalur LRT Jabodebek, kawasan Gatot Subroto-Kuningan membutuhkan satu solusi. Yakni, dengan dibangun longspan yang membentang.

Lebih lagi, dia menyoroti kalau longspan LRT Jabodebek itu merupakan karya pertama yang dibuat dan dirancang oleh orang asli Indonesia.

"Yang namanya desain itu memang dengan hambatan, lalu arsitek, engineer mencari solusi, jadi kalau saya sih sebagai engineer juga mengapresiasi suatu karya anak bangsa, desain, wanita dari Bandung dengan panjang dan tikungan pertama kali," jelasnya.

 

3 dari 3 halaman

Jokowi: Jangan Cari-Cari Kesalahan

Presiden Joko Widodo ikut buka suara mengenai adanya dugaan desain rel jembatan panjang (longspan) tak sesuai. Dia menyebut kalau kesalahan dalam proyek garapan pertama kali wajar terjadi.

Dugaan salah desain longspan merujuk pada longspan Gatot Subroto - Kuningan. Dugaan kesalahannya disebut ada pada lebar lintasan yang membuat laju LRT Jabodebek mengurangi kecepatannya.

Jokowi mengatakan, proyek LRT Jabodebek adalah proyek yang pertama kali digarap oleh Indonesia, sama halnya dengan MRT dan Kereta Cepat Jakarta-Bandung.

"Tadi kan sudah saya sampaikan, ini LRT yang pertama kali dikerjakan sehingga kalau ada koreksi akan kami perbaiki, tetapi jangan senang mencari-cari kesalahan karena kesalahan pasti ada karena baru pertama kali," kata dia usai menjajal LRT Jabodebek, di Jakarta, Kamis (3/8/2023).

Jokowi lantas menyebut, kalau proyek LRT Jabodebek sendiri digarap oleh banyak BUMN. Diantaranya, unit kereta LRT yang digarap INKA, hingga konstruksi yang digarap Adhi Karya dan lainnya.

"Dan ini adalah produksi INKA, konstruksinya dikerjakan oleh kita sendiri sehingga kalau ada kurang-kurang harus dimaklumi, tetapi harus tetap diperbaiki," ungkapnya.

Dia membantah dugaan kurang tepatnya konstruksi merujuk pada tak adanya persiapan pembangunan. Namun, Kepala Negara menyebut kalau penyesuaian dalam pelaksanaan proyek jadi satu hal yang wajar terjadi. Artinya, ini merujuk juga pada adanya kesalahan yang terjadi.

"Enggak lah, semua direncanakan, semua kami hitung tetapi di lapangan, tetapi ada penyesuaian, ada adjustment, ada penyesuaian, saya kira biasa," jelasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.