Sukses

USD Menguat 3 Agustus 2023, Rupiah Masih Diprediksi Melemah ke 15.260

USD mencapai puncak empat minggu terhadap rekan-rekan utamanya pada 3 Agustus, mengabaikan penurunan peringkat kredit AS yang meragukan prospek fiskal negara itu.

Liputan6.com, Jakarta Indeks dolar Amerika Serikat atau USD melanjutkan penguatan pada Kamis, 3 Agustus 2023.

"Dolar mencapai puncak empat minggu terhadap rekan-rekan utamanya pada hari Kamis, mengabaikan penurunan peringkat kredit AS yang meragukan prospek fiskal negara itu, dan malah mendapat dukungan dari data penggajian swasta yang kuat," kata Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi dalam keterangan tertulis pada Kamis (3/8/2023).

Data per Rabu (2/8) menunjukkan penggajian swasta AS naik lebih dari yang diharapkan pada bulan Juli. Hal ini meningkatkan USD karena menunjukkan ketahanan pasar tenaga kerja yang berkelanjutan.

Namun, peningkatan itu juga mendorong Dolar Australia ke level terendah dalam dua bulan di perdagangan Asia dan terhadap yen, greenback mencapai level tertinggi sejak 7 Juli.

Imbal hasil Treasury AS masih tinggi karena prospek yang lebih tinggi untuk suku bunga A.S. yang lebih lama, dengan imbal hasil Treasury 10-tahun patokan mencapai level tertinggi hampir sembilan bulan di 4,1360 persen.

Adapun lembaga pemeringkat Fitch yang menurunkan peringkat kredit tertinggi pemerintah AS dapat menghasilkan beberapa pembelian safe-haven, kata yang lain, yang secara paradoks juga memberikan dukungan kepada dolar.

Langkah tersebut, yang menuai tanggapan marah dari Gedung Putih dan mengejutkan beberapa investor, telah memicu aksi jual di Wall Street pada sesi sebelumnya.

Sementara itu, mata uang rupiah ditutup melemah 11 point dalam penutupan pasar sore ini, walaupun sebelumnya sempat melemah 40 point dilevel Rp. 15.186 dari penutupan sebelumnya di level Rp. 15.175.

"Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp. 15.170- Rp. 15.260," ungkap Ibrahim.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Menanti Keputusan Suku Bunga Bank of England

Sedangkan Inggris masih menanti keputusan kebijakan moneter Bank of England pada hari Kamis, yang diperkirakan akan menaikkan suku bunga ke level tertinggi 15 tahun sebesar 5,25 persen dari 5 persen.

"Selain itu, data pada hari Kamis menunjukkan bahwa aktivitas jasa negara berkembang pada kecepatan yang sedikit lebih cepat pada bulan Juli, meskipun investor terus mencari langkah-langkah dukungan lebih lanjut dari Beijing setelah pertemuan Politbiro minggu lalu," papar Ibrahim.

3 dari 4 halaman

Sektor Manufaktur RI Lanjutkan Ekspansi

Sementara di Indonesia, sektor manufaktur secara konsisten melanjutkan ekspansi selama 23 bulan berturut-turut di bulan Juli 2023, tercermin dari PMI manufaktur yang tercatat 53,3, meningkat dari sebelumnya 52,5 pada Juni 2023.

Hal itu juga didorong oleh meningkatnya pemintaan baru baik di dalam negeri maupun ekspor.

Sementara, perkembangan kinerja manufaktur beberapa negara mitra dagang utama seperti Tiongkok dan Jepang terkontraksi yaitu masing – masing di level 49,2 dan 49,6. Negara ASEAN lainnya seperti Malaysia dan Vietnam masih terkontraksi di level 47,8 dan 48,7.

"Secara keseluruhan sentimen pelaku usaha di sektor manufaktur Indonesia tetap positif di bulan Juli. Pulihnya permintaan ekspor ke level ekspansif meningkatkan permintaan agregat secara keseluruhan sehingga diharapkan dapat menopang kinerja pertumbuhan ekonomi pada Semester II," kata Ibrahim.

4 dari 4 halaman

Inflasi RI Juli 2023 Lanjutkan Tren Penurunan

Adapun angka inflasi Indonesia per Juli 2023 yang melanjutkan tren penurunan.

Indonesia mencatat inflasi naik hanya menjadi 3,08 persen yoy, menurun signifikan dari angka per Juni 2023 sebesar 3,52 persen yoy.

"Penurunan ini dipengaruhi perlambatan kenaikan harga pada seluruh komponen," kata Ibrahim.

Ada juga inflasi inti yang masih melanjutkan tren penurunan menjadi 2,43% yoy dibandingkan Juni sebesar 2,58% yoy, disebabkan oleh perlambatan kenaikan harga pada hampir seluruh kelompok barang dan jasa.

"Dalam hal ini, pemerintah terus berkomitmen untuk mengendalikan inflasi secara nasional. Berbagai kebijakan melalui Tim Pengendalian Inflasi Pusat (TPIP) dan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) dilakukan secara konsisten guna menjaga stabilitas harga pangan," jelas Ibrahim.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini