Sukses

Fakta-Fakta LRT Jabodebek, Rampungnya Proyek Impossible Jadi Sorotan Jokowi

Berikut Liputan6.com rangkum sederet fakta LRT Jabodebek

Liputan6.com, Jakarta Presiden Joko Widodo (Jokowi) baru saja menjajal LRT Jabodebek dari Stasiun Harjamukti menuju Stasiun Dukuh Atas. Enak dan nyaman jadi komentar yang terlontar setelah selesai mencoba kereta tanpa masinis itu.
 
Komentar positif itu tak serta merta mengalihkan perhatian Jokowi. Dia juga menyoroti sejumlah aspek yang belum sempurna, padahal waktu untuk peresmian operasional LRT Jabodebek semakin dekat.
 
Melihat uji coba yang belum rampung, lalu beberapa penyempurnaan sistem, Jokowi enggan buru-buru meresmikan LRT Jabodebek. Dia ingin lebih dulu semuanya dipastikan aman.
 
Senada, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengungkap ada kemungkinan peresmian akan mundur ke akhir Agustus 2023. Awalnya, peresmian operasional akan dilakukan 18 Agustus 2023.
 
Selentingan kondisi proyek LRT Jabodebek tak luput dari perhatian. Selain sistem persinyalan yang masih terus diperbaiki, desain dari rel lengkung panjang atau longspan LRT Jabodebek juga jadi sorotan.
 
Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo menduga kalau ada salah desain dari longspan LRT Jabodebek Gatot Subroto - Kuningan tersebut. Alhasil laju LRT Jabodebek perlu melambat sementara waktu ketika melewati lengkung bentang panjang itu.
 
Kendati begitu, baik Kementerian BUMN maupun Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi sepakat kalau itu bukan salah desain.
 
Melainkan, jadi satu solusi yang dinilai ekonomis dan efisien dari segi struktur bangunan. Bahkan, melambatnya LRT Jabodebek sementara diyakini tidak memberikan kerugian, apalagi soal waktu tempuh dari kereta tanpa masinis itu.
 
Berikut Liputan6.com rangkum sederet fakta LRT Jabodebek, Jumat (4/8/2023):
 
 
 
 
2 dari 7 halaman

1. Proyek Mustahil

Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo mengatakan ada sejumlah catatan dalam proyek LRT Jabodebek yang bakal diresmikan Agustus 2023 ini. Proyek LRT Jabodebek digadang jadi bagian integrasi transportasi umum di Ibu Kota.
 
Pria yang karib disapa Tiko ini mengatakan, awalnya ini jadi proyek yang dinilai tak mungkin. Mengingat, LRT Jabodebek menjalankan kereta api tanpa masinis.
 
"Ini menarik juga, salah satu project yang impossible mission juga ini dulu. Ada project namanya LRT Jabodebek nanti 28 Agustus Commercial Operation Date (COD)," kata dia dalam InJourney Talks, Selasa (1/8/2023).
 
"Ini project juga salah kedaden juga kalau bahasa orang Jawa. Kenapa? Jadi dulu itu dengan berbagai macam teori, bikin lah ini program kereta tanpa masinis," imbuhnya.
 
Dia mengungkap ada sejumlah komponen dalam proyek ini. Diantaranya, prasarananya yang digarap Adhi Karya. Lalu, pembuatan kereta yang digarap INKA.
 
Kemudian, software developer yang digarap oleh Siemens, sistem persinyalan yang digarap LEN, serta konektivitas yang digarap Indosat.
 
"Nah proyek ini enggak ada integratornya, jadi enggak ada sistem integretor. Di semua project besar itu ada sistem integretor, ini ga ada. Jadi semua komponen project itu berjalan liar tanpa ada integrator di tengah," ungkapnya.
 
Ketika Tiko turut mengawasi proyek ini, pihaknya langsung membentuk project management officer (PMO). Tujuannya untuk memastikan adanya integrator.
 
 
3 dari 7 halaman

2. Longspan Salah Desain

Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo alias Tiko mencatat, ada proses pengerjaan longspan dari jalur LRT Jabodebek yang dinilai jadi satu masalah. Tiko menduga ada salah desain di posisi ini.
 
"Ini contohnya, kalau lihat longspan dari Gatot Subroto ke Kuningan, itu kan ada jembatan besar tuh, itu sebenernya salah desain, karena dulu Adhi udah bangun jembatannya, tapi dia enggak ngetes sudut kemiringan keretanya. Jadi sekarang kalau belok harus pelan sekali, karena harusnya itu lebih lebar tikungannya. Kalau tikungannya lebih lebar, dia bisa belok sambil speed up," paparnya beberapa waktu lalu.
 
"Karena tikungannya sekarang sudah terlanjur dibikin sempit, mau gak mau keretanya harus jalan hanya 20 km per jam, pelaan banget," tambah Tiko.
 
Bukan Salah Desain
 
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi membantah rel lengkung jembatan panjang atau longspan LRT Jabodebek salah desain. Menurutnya, yang telah dibangun saat ini adalah solusi dari hambatan yang ada.
 
Diketahui, longspan LRT Jabodebek yang dimaksud adalah longspan Gatoto Subroto - Kuningan yang membentang cukup panjang. Menhub Budi mengatakan, longspan itu jadi solusi untuk lajur kereta LRT Jabodebek.
 
"Saya ga ngomong salah dan benar, tetapi adalah suatu kelaziman bahwa pada satu tikungan harus ada solusi. Coba bayangin kalau di tengah-tengahnya ada kolom, atau dibikin segi empat, suruh berhenti? ya itu solusi desain yang optimum, saya ga katakan itu maksimum," kata dia di Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (3/8/2023).
 
"Jadi kalau saya, saya bisa katakan tidak salah, itu adalah solusi desain," tegasnya.
 
Menhub Budi mengatakan, dalam membangun jalur LRT Jabodebek, kawasan Gatot Subroto-Kuningan membutuhkan satu solusi. Yakni, dengan dibangun longspan yang membentang. 
 
Dia menyoroti kalau longspan LRT Jabodebek itu merupakan karya pertama yang dibuat dan dirancang oleh orang asli Indonesia.
 
"Yang namanya desain itu memang dengan hambatan, lalu arsitek, engineer mencari solusi, jadi kalau saya sih sebagai engineer juga mengapresiasi suatu karya anak bangsa, desain, wanita dari Bandung dengan panjang dan tikungan pertama kali," jelasnya.
 
 
4 dari 7 halaman

3. Jokowi Buka Suara

 
Presiden Joko Widodo ikut buka suara mengenai adanya dugaan desain rel jembatan panjang (longspan) tak sesuai. Dia menyebut kalau kesalahan dalam proyek garapan pertama kali wajar terjadi.
 
Dugaan salah desain longspan merujuk pada longspan Gatot Subroto - Kuningan. Dugaan kesalahannya disebut ada pada lebar lintasan yang membuat laju LRT Jabodebek mengurangi kecepatannya.
 
Jokowi mengatakan, proyek LRT Jabodebek adalah proyek yang pertama kali digarap oleh Indonesia, sama halnya dengan MRT dan Kereta Cepat Jakarta-Bandung.
 
"Tadi kan sudah saya sampaikan, ini LRT yang pertama kali dikerjakan sehingga kalau ada koreksi akan kami perbaiki, tetapi jangan senang mencari-cari kesalahan karena kesalahan pasti ada karena baru pertama kali," kata dia usai menjajal LRT Jabodebek, di Jakarta, Kamis (3/8/2023).
 
Jokowi lantas menyebut, kalau proyek LRT Jabodebek sendiri digarap oleh banyak BUMN. Diantaranya, unit kereta LRT yang digarap INKA, hingga konstruksi yang digarap Adhi Karya dan lainnya.
 
"Dan ini adalah produksi INKA, konstruksinya dikerjakan oleh kita sendiri sehingga kalau ada kurang-kurang harus dimaklumi, tetapi harus tetap diperbaiki," ungkapnya.
 
Dia membantah dugaan kurang tepatnya konstruksi merujuk pada tak adanya persiapan pembangunan. Namun, Kepala Negara menyebut kalau penyesuaian dalam pelaksanaan proyek jadi satu hal yang wajar terjadi. Artinya, ini merujuk juga pada adanya kesalahan yang terjadi.
 
"Enggak lah, semua direncanakan, semua kami hitung tetapi di lapangan, tetapi ada penyesuaian, ada adjustment, ada penyesuaian, saya kira biasa," jelasnya.
 
Jokowi menyoroti kalau setiap kesalahan dalam pelaksanaan proyek merupakan hal yang wajar. Apalagi, sebagai proyek-proyek besar yang digarap pertama kali.
 
"Sekali lagi harus kita ingat, MRT baru pertama kali di Indonesia, LRT baru pertama kali, Kereta Cepat juga baru pertama kali di Indonesia sehingga apabila ada kekurangan, ada yang perlu dikoreksi sehingga itu wajar," jatanya.
 
"Jangan mengharapkan semuanya langsung sempurna, karena pasti ada perbaikan-perbaikan sistem, perbaikan teknis, dan yang lainnya," sambung Joko Widodo.
 
 
5 dari 7 halaman

4. Longspan Solusi Efisien

 
Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga ikut buka suara soal dugaan salah desain lengkung bentang panjang atau longspan LRT Jabodebek. Menurutnya, itu bukan suatu kesalahan desain, tapi pilihan agar pembangunan lebih efisien.
 
Arya mengatakan, letak dengan membuat longspan tanpa adanya tiang penyangga, membuat proyek jadi efisien. Di sisi lain, juga memangkas biaya untuk membangun tiang-tiang tersebut, yang artinya ekonomis.
 
"Artinya dia tuh gak pake tiang-tiang untuk menjaga itu, nah menghilangkan tiang-tiang itu artinya efisiensi secara struktural (bangunan) dan secara ekonomi," jelasnya di Jakarta, Kamis (3/8/2023).
 
Arya menjelaskan, membangun lonspan Gatot Subroto - Kuningan adalah salah satu pilihan paling tepat. Mengingat, ada jalur cepat bagi mobil di bawah jalur yang dilewati oleh LRT Jabodebek.
 
"Tapi itu dari sisi ekonomi lebih untung dan dari sisi struktur pun lebih bagus. Bayangin kalau tiang-tiang di tengah jalan tol dibangun tiang, akan lebih berat dan lebih mahal," ungkap dia.
 
Pilihan ini ternyata diakui juga membawa konsekuensi yang tak mudah. Sebut saja, laju rangkaian LRT Jabodebek menjadi lebih lambat saat melewati longspan Gatot Subroto - Kuningan. 
 
Kendati begitu, Arya menegaskan, hal itu tak membawa kerugian besar. Menurutnya, panjang longspan yang ada pun tak banyak memangkas waktu tempuh dari LRT Jabodebek.
 
"Memang ada konsekuensi, efisiensi ini membuat mau gak mau harus lambat, tapi dari sisi ekonomis, ini lebih ekonomis dibandingkan harus bangun tiang, ataupun memperbesar ruang bagi LRT dan itu dari sisi waktu tidaklah begitu banyak, karena toh pendek juga belokannya itu. Jadi sebenarnya tak merugikan, walaupun lebih lambat, tapi gak rugi," ujarnya menjelaskan.
 
 
6 dari 7 halaman

5. Bisa Melaju 40 km/jam

Diberitakan sebelumnya, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi membantah adanya salah desain dari longspan LRT Jabodebek Gatot Subroto - Kuningan. Dia menyebut, dari sisi kecepatan rangkaian sendiri tidak langsung turun signifikan ketika melewati titik tersebut.
 
Sebelumnya, karena diduga salah desain, rangkaian LRT Jabodebek disebut hanya bisa melaju dengan kecepatan 20 km/jam di longspan Gatot Subroto - Kuningan. Menhub Budi bilang, meski ada penurunan, kecepatan dari LRT Jabodebek masih bisa terkendali.
 
"Saya ga tau pasti (kecepatan LRT Jabodebek lewat longspan), tapi kira-kira kan kita rata-rata kan 80 km per jam, di titik itu kira-kira separuhnya, 40 km per jam," ujar dia di Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (3/8/2023).
 
Usai menjajal kembali LRT Jabodebek dari Cibubur ke Harjamukti, Menhub Budi menyebut butuh waktu sekitar 49 menit. Padahal, targetnya ada 43 menit untuk melaju di rute tersebut.
 
Menhub Budi mengatakan, upaya ini yang nantinya perlu jadi perhatian untuk diperbaiki. Sehingga, nantinya waktu tempuh keseluruhan LRT Jabodebek bisa sesuai dengan rencana.
 
"Tapi ada satu clue yang akan kita lakukan, semacam tadi kita 49 menit, karena apa? Kita harus berhenti-berhenti, nanti automate-nya 43 menit dari Cibubur tadi Harjamukti. Itu dia diperhitungkan mana saat dia lambat, cepat. Tapi bayangin sekarang dari cibubur ke jakarta itu 1,5 jam, nanti jadi 40 menit, luar biasa," urainya.
 
 
7 dari 7 halaman

Improvisasi

 
Guna mengatasi hal ini, dia mengatakan akan ada proses asesmen lanjutan dari pihak Siemens sebagai penggarap sistem persinyalan. Utamanya memastikan waktu tempuh maksimal tidak molor jauh dari rencana awal.
 
"Kita mau asesmen, jadi 10 orang dari Siemens sudah datang, tentu saya akan memberikan suatu rambu-rambu, apa yang harus dipennuhi. Rambu pertama adalah safety, kedua security, ketiga ketepatan waktu," kata dia.
 
Meski ada pelambatan di beberapa titik, Menhub Budi meminta ada improvisasi di titik lain dimana rangkaian LRT Jabodebek bisa melaju lebih cepat.
 
"Jadi kalau nanti kita (patok waktu tempuhnya) 43 menit, ya 43 menit, ga boleh goyang. Mau di situ 20 km/jam, 40 km per jam, harus dikompensasi pada jarak-jarak yang lain," jelasnya.