Sukses

10 Negara Konsumsi Beras Terbesar di Dunia

Berikut adalah daftar 10 negara dengan konsumsi beras terbesar di dunia.

Liputan6.com, Jakarta Beberapa waktu lalu, India mengejutkan dunia setelah mengumumkan akan memberhentikan ekspor beras putih non basmati, dalam upaya negara itu mempertahankan ketersediaan dan meredam kenaikan harga domestik.

Larangan ekspor itu mengejutkan pasar pangan global karena India dikenal sebagai pengekspor beras terbesar di dunia, menyumbang lebih dari 40 persen perdagangan beras global.

Melansir InsiderMonkey, Jumat (4/8/2023) nasi merupakan salah satu makanan pokok yang paling banyak dikonsumsi di dunia, terutama di Asia, di mana beras merupakan bagian penting dari makanan.

Menurut laporan yang dikeluarkan oleh IndustryARC, nilai industri beras global mencapai USD 293,8 miliar pada tahun 2022.

Industri ini akan berkembang dengan tingkat pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) sebesar 2,6 persen atau mencapai USD 356 miliar padda akhir dekade ini.

Secara keseluruhan, rata-rata konsumsi beras per orang setiap tahun bisa mencapai 67,5 kg pada tahun 2023. Hal ini berarti konsumsi beras per kapita per hari sebesar 184,9 gram.

Berikut adalah daftar 10 negara dengan konsumsi beras terbesar di dunia, dikutip dari laman Statista : 

  1. China : 154.946 metrik ton
  2. India:  108.500 metrik ton
  3. Bangladesh: 37.300 metrik ton
  4. Indonesia: 35.200 metrik ton
  5. Vietnam: 21.500 metrik ton
  6. Filipina: 15.750 metrik ton
  7. Thailand: 13.000 metrik ton
  8. Myanmar: 10.300 metrik ton
  9. Jepang: 8.200 metrik ton
  10. Nigeria: 7.450 metrik ton

Analis dari bank asal Inggris, Barclays menyebut, Malaysia dan Singapura berpotensi menjadi negara yang paling terdampak dari larangan ekspor beras, karena ketergantungannya yang cukup besar pada beras dari India.

 

2 dari 4 halaman

India Setop Ekspor Beras

India memutuskan berhenti ekspor beras mulai 20 Juli 2023. Langkah India itu mendorong Perum Bulog menyasar tiga negara tujuan impor beras untuk memenuhi stok nasional.

Demikian disampaikan Direktur Perum Bulog Budi Waseso saat ditemui di Istana Kepresidenan Jakarta, Rabu, (2/8/2023) dikutip dari Antara.

"Vietnam, Thailand, dengan ada kemungkinan nanti dari negara Pakistan yang masih belum menutup (ekspor) ya," ujar Budi.

Budi Waseso menuturkan, keputusan India setop ekspor beras untuk ketahanan pangan dalam negeri tidak berpengaruh pada stok beras yang dikelola Bulog. Buwas sapaan akrabnya meyakini, kalau stok cadangan beras pemerintah (CBP) yang sekarang mencapai sekitar 1,3 juta ton masih mencukupi.

Selain itu, Bulog juga masih melakukan penyerapan beras dalam negeri yang ditargetkan mencapai 2,4 juta ton hingga akhir 2023.

 

3 dari 4 halaman

Target Bulog

Bulog menargetkan paling lambat untuk pengadaan beras melalui impor sudah masuk pada 4 Desember 2023. Pemerintah alokasikan kuota impor beras sebanyak 2 juta ton kepada Perum Bulog. Sebanyak 500.000 ton di antaranya sudah direalisasikan hingga Mei 2023.

"Kita masih menyerap di dalam (negeri), sama nanti kita ada mau mendatangkan lagi untuk stok. Jadi kalau kita datangkan impor, stoknya ini sampai yang kuotanya 2 juta itu, kita punya stok akhir itu 2,3 juta ton,” tutur dia.

Adapun opsi importasi beras dilakukan pemerintah untuk menjaga ketahanan pangan akibat fenomena cuaca El Nino.

Kementerian Pertahanan (Kementan) pun telah membentuk gugus tugas dalam hadapi El Nino yang bakal terjadi sekitar Juni dan semakin intens pada Agustus 2023.

4 dari 4 halaman

IMF Sebut Larangan Ekspor Beras India Berpeluang Picu Volatilitas Harga Pangan

Sebelumnya,  International Monetary Fund (IMF) atau Dana Moneter Internasional mengatakan akan “mendorong” India untuk hapus pembatasan ekspor beras kategori tertentu. Hal ini seiring langkah India larang ekspor untuk kategori beras tertentu akan berdampak pada inflasi global.

Dikutip dari theindianexpress.com, Jumat (28/7/2023), Pemerintah India pada 20 Juli 2023 telah melarang ekspor beras putih non-basmati untuk meningkatkan pasokan domestic dan menjaga harga eceran tetap terkendali selama musim perayaan mendatang.

Beras jenis ini merupakan sekitar 25 persen dari total beras yang diekspor dari India. Dalam sebuah pernyataan, Kementerian Pangan India menyebutkan tidak akan ada perubahan dalam kebijakan ekspor beras non-basmati setengah matang dan beras basmati yang merupakan bagian terbesar dari ekspor.

Dengan lingkungan saat ini, jenis pembatasan ini cenderung memperburuk volatilitas harga pangan di seluruh dunia. Ekonom IMF Pierre-Olivier Gourinchas menuturkan, mereka juga dapat mengarah pada tindakan pembalasan.

"Jadi, itu pasti sesuatu yang akan kami dorong penghapusan jenis pembatasan ekspor ini, karena bisa berbahaya secara global," tutur dia.

Adapun total ekspor beras putih non-basmati dari India mencapai USD 4,2 juta pada 2022-2023 dibandingkan USD 2,62 juta pada tahun sebelumnya. Tujuan utama ekspor beras putih non-basmati India meliputi Amerika Serikat, Thailand, Italia, Spanyol dan Sri Lanka.

Untuk memastikan ketersediaan beras putih non-basmati yang cukup di pasar dalam negeri dan untuk menahan kenaikan harga di dalam negeri, pemerintah telah mengubah kebijakan ekspor dari bebas bea keluar 20 persen menjadi dilarang dengan segera.