Sukses

Harga Beras Global Melonjak Gara-Gara India Tutup Keran Ekspor

Harga beras Bangkok diperdagangkan pada USD 607,50 per ton pada 27 Juli 2023, dengan patokan melonjak ke USD 62,50.

Liputan6.com, Jakarta Harga beras dan gandum internasional telah melonjak ke level tertinggi dalam beberapa pekan terakhir, didorong oleh larangan ekspor dari India pada beras putih non basmati.

Melansir laman Nikkei Asia, Jumat (4/8/2023) harga beras Bangkok diperdagangkan pada USD 607,50 per ton pada 27 Juli 2023, dengan patokan melonjak ke USD 62,50.

Kenaikan ini terjadi sepekan setelah India mengumumkan larangan ekspor beras putih non-basmati pada 20 Juli lalu, mencapai harga tertinggi sejak Mei 2012.

Sebagai informasi, India merupakan pengekspor beras terbesar di dunia, dengan pengiriman 22,5 juta ton atau 40 persen dari total global untuk musim tanam 2022-23, menurut laporan Departemen Pertanian AS.

Thailand menempati peringkat kedua sebagai pengekspor beras terbesar di dunia, dengan 8,5 juta ton pengiriman.

Larangan ekspor terjadi di tengah kondisi El Nino yang kembali terjadi untuk pertama kalinya dalam tujuh tahun, meningkatkan risiko kelangkaan beras.

Stok Beras Global

Persediaan beras global diperkirakan turun menjadi 170,42 juta ton pada akhir musim panen 2023-2024, terendah sejak musim 2017-18, karena mengantisipasi penurunan pasokan.

Jika kondisi cuaca di masa depan mendorong penurunan lebih lanjut pada proyeksi persediaan, harga beras global diprediksi akan naik lebih tinggi lagi karena pasar mengantisipasi pasokan yang lebih ketat di masa mendatang.

Selain beras, gandum juga ikut naik harga setelah Rusia membatalkan kesepakatan ekspor di Laut Hitam bulan lalu. Harga gandum berjangka di Chicago Board of Trade, patokan internasional, telah melampaui USD 7,70 per gantang di akhir Juli, menandai harga tertinggi sejak akhir Februari.

2 dari 4 halaman

Harga Beras Melonjak Picu Kekhawatiran Krisis Pangan di Afrika

Harga beras relatif stabil tahun lalu, mengurangi krisis pangan global karena harga gandum dan biji-bijian lainnya melonjak setelah pecahnya perang Rusia Ukraina. 

Harga beras, gandum, dan tanaman lainnya melonjak selama krisis "agflasi" 2007-20008. Kembalinya agflasi akan berdampak paling parah pada negara-negara berkembang di Afrika dan di negara miskin lainnya sangat bergantung pada impor pangan.

Dalam skenario itu, negara-negara tersebut akan kekurangan mata uang asing yang cukup untuk mengimpor makanan yang cukup, memicu inflasi dan menyebabkan lebih banyak orang menderita kelaparan.

Kelaparan menimpa 19,7 persen masyarakat di Afrika, menurut laporan The State of Food Security and Nutrition in the World tahun ini yang diterbitkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa dan organisasi lainnya.

Ini berarti kenaikan pada sekitar 281 juta orang, naik 77 persendari tahun 2010. Jika kondisi ini memburuk, hal itu berisiko menyebarkan gejolak politik dan sosial di negara-negara Afrika.

Tren ini dapat mempengaruhi Jepang juga. Meskipun negara ini hampir swasembada beras untuk makan, negara ini bergantung pada beras impor untuk menghasilkan makanan olahan seperti miso dan kerupuk beras.

Pemerintah Jepang sendiri membeli sekitar 770.000 ton beras yang diimpor setiap tahun di bawah sistem kuota akses minimum, dan sekitar 400.000 ton berasal dari Thailand pada tahun fiskal 2022, menurut laporan kementerian pertanian Jepang.

Karena itu, harga beras Bangkok yang tinggi dapat mempengaruhi harga makanan di Jepang.

3 dari 4 halaman

Melihat Daftar 10 Negara Produsen Beras Terbesar di Dunia

India mengejutkan pasar pangan dunia setelah mengumumkan akan memberhentikan ekspor beras putih non basmati. Penutupan keran ekspor itu dilakukan dalam mempertahankan ketersediaan dan meredam kenaikan harga domestik.

Sebagai informasi, India dikenal sebagai pengekspor beras terbesar di dunia, menyumbang lebih dari 40 persen perdagangan beras global.

Mengutip laman World Population Review, Jumat (4/8/2023) beras merupakan bahwa makanan  yang paling banyak diproduksi ketiga di dunia, setelah tebu dan jagung.

Untuk lebih dari setengah populasi dunia, beras menjadi makanan pokok utama, terutama di kawasan Asia, Afrika Sub-Sahara, dan Amerika Selatan yang menjadi konsumen terbesarnya.

Pada tahun 2022, tercatat 10 produsen beras terbesar berada di negara Asia di antaranya adalah China dan India yang menyumbang lebih dari setengah beras yang diproduksi secara global.

Padi juga merupakan tanaman utama yang ditanam di Thailand dan Indonesia, serta negara-negara Asia Tenggara lainnya.

Pada akhir tahun 2022 diperkirakan sekitar 515 juta ton beras akan diproduksi di seluruh dunia. Angka tersebut mewakili peningkatan 0,23 persen dalam produksi global. India tetap menjadi pengekspor beras terbesar di dunia, sementara wilayah Afrika Sub-Sahara mengimpor beras paling banyak.

Lebih dari 80 persen beras dunia dipanen di 10 negara. Karena populasi global terus meningkat, beras akan terus menjadi sumber utama kalori dan nutrisi.

Berikut adalah daftar 10 negara dengan produksi beras terbesar di dunia, menurut World Population Review :

1. China: 148, 9 juta metrik ton

2. India: 129 juta metrik ton

3. Bangladesh: 35,8 juta metrik ton

4. Indonesia: 34,4 juta metrik ton

5. Vietnam: 27,1 juta metrik ton

6. Thailand: 19,7 juta metrik ton

7. Myanmar: 12,6 juta metrik ton

8. Filipina: 12,4 juta metrik ton

9. Pakistan: 8,7 juta metrik ton

10. Jepang: 7,5 juta metrik ton

4 dari 4 halaman

10 Negara dengan Konsumsi Beras Terbesar di Dunia

Berikut adalah daftar 10 negara dengan konsumsi beras terbesar di dunia, dikutip dari laman Statista : 

1. China : 154.946 metrik ton

2. India:  108.500 metrik ton

3. Bangladesh: 37.300 metrik ton

4. Indonesia: 35.200 metrik ton

5. Vietnam: 21.500 metrik ton

6. Filipina: 15.750 metrik ton

7. Thailand: 13.000 metrik ton

8. Myanmar: 10.300 metrik ton

9. Jepang: 8.200 metrik ton

10. Nigeria: 7.450 metrik tonAd

Video Terkini