Sukses

USD Perkasa 4 Agustus 2023, Rupiah Diramal Melemah ke Rp 15.240 Senin Depan

Untuk perdagangan senin depan, Rupiah diramal fluktuatif namun ditutup melemah Rp. 15.150 - Rp. 15.240.

Liputan6.com, Jakarta - Indeks dolar Amerika Serikat atau USD kembali menguat menjelang akhir pekan pada Jumat, 4 Agustus 2023.

"Pasar sekarang terfokus tepat pada data nonfarm payrolls yang akan dirilis hari ini, yang diharapkan menunjukkan bahwa pasar tenaga kerja AS tetap stabil hingga Juli," kata Direktur PT. Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi dalam keterangan tertulis pada Jumat (4/8/2023).

Ibrahim menjelaskan, tanda-tanda ketahanan di pasar tenaga kerja memberi The Fed lebih banyak dorongan untuk menaikkan suku bunga lebih lanjut, mengingat bank sentral AS itu menargetkan beberapa pendinginan dalam kondisi tenaga kerja sebagai bagian dari kampanye melawan inflasi.

"Data penggajian swasta yang dirilis awal pekan ini melampaui ekspektasi, meningkatkan kekhawatiran atas pembacaan serupa dari data resmi," ungkapnya.

Meski inflasi AS sudah mereda secara substansial tahun ini, pasar tenaga kerja negara itu masih berada di bawah tekanan.

Tetapi pembacaan nonfarm payroll bulan Juni telah turun secara substansial di bawah ekspektasi, mendorong harapan bahwa Fed memiliki ruang terbatas untuk terus menaikkan suku bunga.

"Data terbaru juga menunjukan bahwa ekonomi melihat awal yang terendah untuk kuartal ketiga 2023," Ibrahim menyebutkan.

Rupiah ditutup menguat 16 point dalam penutupan pasar sore ini, walaupun sebelumnya sempat menguat 20 point dilevel Rp. 15.170 dari penutupan sebelumnya di level Rp.15.186.

"Sedangkan untuk perdagangan senin depan, mata uang Rupiah fluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp. 15.150 - Rp. 15.240," ungkap Ibrahim.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Bank of England Lanjutkan Kenaikan Suku Bunga, China Siapkan Stimulus Ekonomi

Di Inggris, Bank of England baru saja menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin ke level tertinggi dalam 15 tahun menjadi 5,25 persen.

Ini merupakan kenaikan suku bunga ke-14 BOE dalam upayanya menahan inflasi,dan lebih kecil dari 50 basis poin bulan sebelumnya. 

Kini, muncul spekulasi bahwa bank sentral sedang mempertimbangkan untuk mengakhiri siklus pengetatannya.

NatWest Markets telah memangkas perkiraan untuk puncak suku bunga BoE menjadi 5,5 persen turun dari perkiraan sebelumnya sebesar 6 persen, mengutip pedoman baru Bank.

Berlanjut di Asia, Pejabat China diharapkan menguraikan lebih banyak langkah-langkah stimulus, terutama yang ditujukan untuk menopang pengeluaran domestik, serta pasar properti.

Seperti diketahui, importir komoditas terbesar dunia sedang berjuang untuk mendukung pemulihan ekonomi pasca-COVID tahun ini, setelah pertumbuhan melambat secara substansial pada kuartal kedua.

3 dari 4 halaman

Kinerja APBN Solid

Di dalam negergi, Kinerja Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) hingga pertengahan 2023 tetap solid untuk menjaga pemulihan ekonomi dan melindungi masyarakat yang sejalan dengan penguatan ekonomi domestik.

Pemaparan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menunjukkan, hingga semester I-2023 pendapatan negara mencapai Rp. 1.407,9 triliun atau 57,2 persen dari target APBN dan tumbuh 5,4 persen (yoy).

Sementara, belanja negara terealisasi sebesar Rp. 1. 255,7 triliun atau 41,0 persen dari pagu APBN atau tumbuh 0,9 persen (yoy).

"Terjaganya perekonomian domestik tetap solid hingga kuartal II-2023 ini, karena didukung proyeksi lembaga-lembaga keuangan dunia bahwa ekonomi Indonesia masih akan bertahan di kisaran 5 persen pada tahun ini, sehingga penerimaan negara hingga akhir tahun akan tetap tumbuh positif serta APBN cenderung masih akan mengalami surplus," papar Ibrahim.

4 dari 4 halaman

Pemerintah Perlu Optimalkan Belanja Negara

Sementara itu, belanja negara hanya tumbuh tipis 0,9 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Setelah 3 tahun dari 2020 hingga 2022, APBN bekerja keras untuk melindungi masyarakat dari guncangan pandemi dan tekanan harga komoditas global.

Oleh karena itu, Ibrahim menyarankan, pemerintah bisa mengoptimalkan belanja negara, meskipun tengah melakukan konsolidasi fiskal. khususnya belanja yang memberikan manfaat konkret bagi masyarakat.

Dijelaskannya, optimalisasi belanja diperlukan untuk menjaga daya beli masyarakat, yang selanjutnya akan mendorong daya laju ekonomi domestik agar tetap tangguh di tengah ketidakpastian perekonomian dunia. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.