Sukses

Budidaya Jamur Merang Bawa Cuan, Petani Bisa Sekolahkan Anak hingga Kuliah

Budidaya jamur merang (volvaria volvacella) dapat menjadi penghasilan sampingan yang cukup lumayan.

Liputan6.com, Jakarta Budidaya jamur merang (volvaria volvacella) dapat menjadi penghasilan sampingan yang cukup lumayan. Yasin Efendy salah satunya. Bersama tiga orang warga desa lainnya, mereka mendirikan usaha budidaya jamur merang bernama Kelompok Usaha Bersama Karya Mandiri Sejahtera di Desa Sinar Harapan Mulya, Kecamatan Teluk Gelam, Kabupaten Ogan Komiring Ilir (OKI), Palembang. 

Usaha yang telah dirintis sejak 2015 tersebut saat ini telah mengelola delapan kumbung (rumah jamur) yang menghasilkan sekitar 8 kwintal jamur merang per bulan.

Dengan harga jual Rp 20 ribu per kg, kelompok usaha itu mampu meraup Rp 16 juta per bulan. Jumlah tersebut menjadi penghasilan sampingan bagi mereka yang sehari-hari bermata pencaharian sebagai petani.

 “Penghasilan dari jamur cukup lumayan sambil menunggu panen. Hasil dari jamur sangat membantu,” kata Yasin yang juga menjabat sebagai ketua Kelompok Usaha Bersama Karya Mandiri Sejahtera saat ditemui baru-baru ini.

Dia mengungkapkan, penghasilan dari budidaya jamur tersebut juga membantunya membiayai sekolah keempat anaknya hingga bangku kuliah.  Dengan pendidikan tinggi, dia berharap mereka mendapatkan masa depan yang cerah. 

Dijual ke Pasar Tradisional

Jamur tersebut dijual ke pasar tradisional. Sebelumnya, mereka dapat menjual 20 kg jamur per hari. Sayangnya, harga komoditas perkebunan turun sehingga berdampak terhadap omzet jamur merang sehingga turun 30 persen, menjadi hanya 16 kg per hari. “Kalau dijual di pasar besar masih bisa sampai 20 kg,” ujar Yasin.

Untuk memproduksi jamur, pihaknya membutuhkan 40 ton tandan kosong (tankos) kelapa sawit per bulan. Tankos tersebut dimanfaatkan sebagai media tanam.

Awalnya, pihaknya membeli tankos Rp 500 ribu per mobil. Jika dalam satu bulan kelompok usaha itu membutuhkan 10 mobil atau setara 40 ton, maka mereka harus menggelontorkan Rp 5 juta per bulan atau 50 persen dari total biaya produksi.

 

2 dari 4 halaman

Tingkatkan Kesejahteraan Masyarakat

Kelompok usaha tersebut kemudian mendapatkan tawaran dari PT Tania Selatan, Wilmar Group untuk menerima pasokan tankos. Bantuan tersebut termasuk dalam Program Peningkatan Ekonomi Masyarakat yang telah berlangsung sejak 2016.

“Kami menyambut baik karena sangat bermanfaat bagi kami,” kata dia.

Community Development Supervisor PT Tania Selatan Sunardi Reza menjelaskan, bantuan pasokan tankos itu merupakan salah satu implementasi dalam membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitar wilayah operasional perusahaan.

Selain di OKI, pihaknya telah membantu dua kelompok usaha budidaya jamur merang lainnya di Kabupaten Musi Banyuasin dan Banyu Asin. Selain memasok tankos untuk media tanam, perusahaan juga memfasilitasi pembangunan kumbung senilai Rp 5,3 juta per unit.   

PT Tania Selatan juga telah melaksanakan pemberdayaan masyarakat lainnya, seperti usaha ikan keramba, budidaya kambing, budidaya ikan belut dan lainnya. “Kami berharap keberadaan perusahaan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitar operasional kami,” ujar Sunardi. 

 

 

3 dari 4 halaman

Thailand Batasi Penanaman Padi, Pasar Beras Global Bisa Makin Terguncang

Thailand, pengekspor beras terbesar kedua di dunia, mendorong para petaninya untuk menanam lebih sedikit dalam upaya untuk menghemat air. 

Langkah tersebut dikhawatirkan dapat mengguncang pasar beras global lebih lanjut menyusul larangan ekspor beras putih non-basmati oleh India, yang bertujuan untuk memastikan ketersediaan yang memadai di pasar domestik serta menekan kenaikan harga.

Saat ini, Thailand tengah menghadapi serentetan curah hujan yang rendah.

Dalam upaya menghemat air untuk konsumsi, Kantor Sumber Daya Air Nasional (ONWR) negara itu telah mengimbau para petani untuk beralih ke penanaman yang menggunakan lebih sedikit air agar dapat dipanen dengan cepat.

"Curah hujan kumulatif sekitar 40 persen lebih rendah dari biasanya, yang berisiko tinggi pada kekurangan air," kata sekretaris jenderal ONWR, Surasri Kidtimonton, dikutip dari CNBC International, Kamis (3/8/2023).

Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh Administrasi Air Nasional Thailand, Kidtimonton mengatakan bahwa pengelolaan air negara itu perlu berfokus untuk konsumsi dan budidaya, "terutama untuk tanaman tahunan."

Sebagai informasi, tanaman tahunan adalah tanaman yang tumbuh kembali setelah panen dan tidak perlu ditanam kembali setiap tahun, tidak seperti tanaman musiman. Padi dikategorikan sebagai tanaman tahunan.

Untuk setiap kilogram padi gabah yang ditanam, dibutuhkan rata-rata 2.500 liter air. Sebagai perbandingan, tanaman alternatif seperti jawawut membutuhkan antara 650 hingga 1.200 liter air untuk jumlah panen yang sama.

4 dari 4 halaman

Harga Beras Global Bakal Naik Jika Thailand Turunkan Produksi

India merupakan pengekspor beras terbesar di dunia dan menyumbang 40 persen dari perdagangan beras global, dan larangan ekspor terbarunya diperkirakan akan mempengaruhi jutaan orang.

"Harga beras global akan berpotensi meningkat lebih lanjut jika produksi beras di Thailand turun secara signifikan dari tahun ke tahun,” ungkap analis senior Rabobank, Oscar Tjakra.

Namun, masih harus dilihat apakah petani di Thailand akan mengikuti arahan tersebut, katanya.

"Petani Thailand mungkin masih memilih untuk menanam padi di tengah tingginya harga ekspor beras global saat ini," katanya.

Ditambah lagi, harga beras secara global sudah berada di level tertinggi satu dekade, sebagian karena pasokan yang lebih ketat ketika bahan pokok menjadi alternatif yang menarik karena harga biji-bijian utama lainnya melonjak setelah perang Rusia Ukraina.

"Thailand sering mendorong konservasi air, tetapi itu tidak banyak berpengaruh pada penggunaan air karena sistem hak air belum dikembangkan," kata Jeremy Zwinger, CEO The Rice Trader kepada CNBC melalui sebuah pesan email.

Video Terkini