Sukses

Badai PHK Makin Mengerikan, Credit Suisse Pangkas 80 Persen Karyawan di Hong Kong

PHK merupakan salah satu bagian dari langkah integrasi Credit Suisse dengan UBS Group.

Liputan6.com, Jakarta Gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) melanda sektor perbankan di Hong Kong, kali ini pada cabang Credit Suisse di wilayah tersebut.

Mengutip Channel News Asia, Senin (7/8/2023) dua sumber mengungkapkan bahwa sekitar 80 persen staf perbankan investasi Credit Suisse yang berbasis di Hong Kong akan diberhentikan pekan ini.

Diketahui, Hong Kong merupakan wilayah bisnis terbesar bankir investasi Credit Suisse di Asia.

Kedua sumber menyebut, PHK merupakan salah satu bagian dari langkah integrasi Credit Suisse dengan UBS Group.

Disebutkan juga, hanya sekitar 20 bankir yang kemungkinan akan terhindar dari PHK yang akan berdampak pada 100 karyawan di tim perbankan investasi Credit Suisse di Hong Kong.

Namun, baik Credit Suisse maupun UBS menolak berkomentar terkait kabar PHK tersebut.

Pemotongan terjadi setelah UBS mencapai kesepakatan yang didukung pemerintah Swiss untuk membeli Credit Suisse pada bulan Juni lalu.

Sejak kesepakatan itu diumumkan, UBS menegaskan akan mengurangi risiko dalam operasi perbankan investasi Credit Suisse.

Sebelumnya, UBS memberhentikan karyawan dari Credit Suisse di New York pekan lalu. Bank asal Swiss itu juga menutup kantor Credit Suisse di Houston.

Pelaku pasar mengharapkan UBS akan mengungkap lebih spesifik akhir bulan ini tentang rencana untuk integrasinya. Target dan indikasinya dari orang dalam dan analis menunjukkan bank itu kemungkinan akan memangkas sekitar sepertiga dari tenaga kerjanya secara global.

2 dari 3 halaman

Badai PHK Kembali Melanda Perbankan AS, Kali Ini Karyawan Credit Suisse di New York

Badai Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di sektor perbankan di Amerika Serikat tampaknya belum berakhir. Kali ini, UBS Group memberhentikan karyawan dari bank investasi Credit Suisse pekan ini di cabangnya di New York, AS.

Namun, Melansir US News, Kamis (3/8/2023), sumber itu menolak untuk mengungkap jumlah karyawan Credit Suisse New York yang terdampak PHK, dan bisnis tertentu yang mungkin terpengaruh.

Selain PHK terhadap karyawan di New York, UBS juga memutuskan untuk menutup kantor Credit Suisse di Houston. Diketahui, kantor itu memimpin bisnis dengan industri minyak, yang sekarang akan diliput oleh New York.

Sementara itu, pihak UBS dan Credit Suisse juga menolak berkomentar terkait kabar PHK dan penutupan kantor.

Namun, laporan media bisnis Bloomberg sebelumnya sempat mengabarkan tentang adanya penutupan sebuah kantor di Houston pada Selasa malam (1/8).

PHK terjadi setelah UBS menyelesaikan kesepakatan yang didukung pemerintah untuk membeli Credit Suisse pada bulan Juni 2023. Sejak pengumuman kesepakatan tersebut, UBS telah menjelaskan akan mengurangi risiko di Credit Suisse.

Dua bulan lalu, bank asal asal Swiss itu telah PHK terhadap 35.000 pekerja di Credit Suisse. Jumlah karyawan yang terdampak PUN setara lebih dari separuh tenaga kerja bank tersebut.

PHK saat itu termasuk pada bankir, pedagang, staf pendukung di cabang Credit Suisse di London, New York, dan di beberapa negara Asia.  

3 dari 3 halaman

Credit Suisse Miliki 45.000 Karyawan Sebelum Dilanda Krisis

Melansir Channel News Asia, Credit Suisse memiliki sekitar 45.000 staf sebelum dilanda krisis karena kekhawatiran investor tentang solvabilitasnya, yang mendorong bailout besar-besaran yang diatur oleh pemerintah Swiss.

Jika digabungkan, kedua grup tersebut memiliki sekitar 120.000 karyawan pada akhir tahun lalu, dengan 37.000 di antaranya berada di Swiss.

Laporan Bloomberg, mengutip sumber yang dekat dengan perusahaan, mengatakan karyawan telah diberitahu tentang tiga gelombang PHK tahun ini – yang pertama pada akhir Juli, yang lain pada bulan September dan Oktober 2022.

Kabar pemangkasan tenaga kerja di UBS telah mencuat pekan lalu, salah satunya terhadap perbankan investasinya di Asia, serta pengurangan yang signifikan pada bankir investasi yang mencakup Australia dan China.

CEO UBS Sergio Ermotti juga telah memperingatkan awal bulan ini bahwa beberapa waktu mendatang kemungkinan besar akan muncul "gelombang", menambahkan adanya keputusan sulit, terutama terkait pekerjaan.