Liputan6.com, Jakarta Bencana kekeringan sedang melanda Papua Tengah, tepatnya di Distrik Agandugume dan Distrik Lambewi. Akibat dari bencana kekeringan tersebut membuat warga terancam kelaparan karena pertanian dan perkebunan warga yang terdampak menjadi rusak.
Untuk itu, Kementerian Pertanian memberikan bantuan pangan sebanyak 2,3 ton berupa beras, minyak goreng, biskuit, mi instan dan buah-buahan. Bantuan pangan tersebut merupakan instruksi langsung dari Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo yang menginginkan kondisi wilayah tersebut pulih.
Baca Juga
"Pak Mentan SYL langsung meminta kami bergerak membantu masyarakat yang tengah kesulitan. Semoga ini menjadi awal bangkitnya masyarakat setempat dalam menghadapi krisis cuaca ini," ujar Kepala Badan Standarisasi Instrumen Pertanian (BSIP) Papua, Martina Lestari.
Advertisement
"Semua bantuan akan segera dikirim menuju titik lokasi terdampak, yaitu Distrik Agandugume di Puncak Papua. Saya berharap, bantuan ini bisa meringankan beban masyarakat setempat dan mempercepat pemulihan dari krisis cuaca yang ada," jelas Martina.
Berkaitan dengan itu, Ketua Tim Terpadu Tanggap Darurat Bencana Kabupaten Puncak, Darwin Tobing menyampaikan terima kasih kepada Kementan yang secara cepat mengirim bantuan pangan terhadap masyarakat terdampak cuaca ektrem di Puncak Papua.
"Kami sampaikan terima kasih karena kementan memberi bantuan terhadap masyarakat terdampak cuaca ektrem secara cepat. Saya kira ini sangat bermanfaat untuk masyarakat di tiga distrik yang terdampak yaitu Agandugume, Lambewi dan Oneri," ucapnya.
Disebabkan oleh Diare
Sebelumnya, Wakil Presiden M'aruf Amin menegaskan bahwa meninggalnya enam orang di Distrik Agandugume dan Lambewi, Kabupaten Puncak, Papua Tengah dipastikan karena terjangkit diare. Kepastian ini sekaligus meluruskan disinformasi pejabat Kemensos yang menyebut penyebab kematian akibat kelaparan.
"Bukan kelaparan, tetapi diare dan karena cuaca," tegasnya.
M'aruf mengatakan memang ada cuaca ekstrem atau El nNino di wilayah puncak yang mengakibatkan pertanian terganggu.
"Masalah kematian yang menimpa enam orang itu bukan karena kekurangan pangan alias kelaparan," katanya.
Selaras dengan itu, Mentan SYLÂ memastikan bahwa kematian enam jiwa warga puncak jaya itu karena diare. Berdasarkan penelusuranya, mereka sempat muntah pada waktu siang hari hingga 20 kali.
"Laporan yang saya terima di hari pertama dia muntah siangnya 10-20 kali, malamnya diare. Dehidrasi. Itu yang saya tahu," ujarnya.
Â
(*)
Advertisement