Liputan6.com, Jakarta - Indeks dolar Amerika Serikat atau USD melemah pada Rabu, 9 Agustus 2023. USD melemah menyusul indeks harga konsumen (CPI) China menyusut 0,3 persen dalam 12 bulan hingga Juli. Ini menandai kontraksi pertama dalam hampir dua tahun.
Pejabat China mengatakan penurunan tersebut hanya bersifat sementara, namun data tersebut masih mengisyaratkan memburuknya kondisi ekonomi di negara ekonomi terbesar kedua.
Baca Juga
Inflasi IHK tumbuh sedikit di bulan Juli dari bulan sebelumnya, sementara inflasi indeks harga produsen juga menyusut dengan laju yang lebih lambat.
Advertisement
"Pembacaan tersebut mendorong beberapa optimisme atas kenaikan inflasi China selama beberapa bulan mendatang, terutama karena Beijing meluncurkan lebih banyak langkah stimulus," kata Direktur PT. Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi dalam keterangan tertulis pada Rabu (9/8/2023).
"Selain itu, pejabat The Fed menyarankan bank sentral untuk berhenti sejenak juga menyebabkan dolar mundur adalah sinyal dovish dari pejabat Fed semalam, dengan Presiden Fed Philadelphia Patrick Harker menyarankan suku bunga sudah cukup tinggi, menggemakan pandangan Presiden Fed Atlanta Raphael Bostic," lanjutnya.
Sementara itu, Gubernur Fed Michelle Bowman mensinyalkan kemungkinan kenaikan lebih lanjut.
Ketua The Fed Jerome Powell sebelumnya menyebutkan, bank sentral sedang mengamati dengan cermat data ekonomi yang akan datang untuk panduan menjelang pertemuan ulan September.Â
Ibrahim melihat, Pedagang pasar uang masih sangat menyukai kenaikan suku bunga seperempat poin pada pertemuan kebijakan berikutnya di bulan September, dengan peluang sebesar 86,5 persen.
Dalam penutupan pasar sore ini, Rupiah ditutup menguat 28 point, walaupun sebelumnya sempat menguat 30 point dilevel Rp. 15.189 dari penutupan sebelumnya di level Rp 15.217.
"Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang Rupiah fluktuatif namun ditutup menguat direntang Rp 15.160-Rp 15.230," ungkap Ibrahim.
Sejumlah Ekonom Ramal Pertumbuhan Ekonomi RI Melambat di Kuartal III 2023
Di dalam negeri, Bank Indonesia (BI) melaporkan kinerja penjualan eceran secara tahunan diprakirakan tetap kuat pada Juli 2023.
Hal tersebut tecermin dari Indeks Penjualan Riil (IPR) Juli 2023 sebesar 212,7, atau tumbuh positif sebesar 6,3 persen yoy. Tetap kuatnya kinerja penjualan eceran tersebut didorong oleh Kelompok Makanan, Minuman dan Tembakau dan Subkelompok Sandang yang tetap tumbuh positif.
Secara bulanan, penjualan eceran menunjukkan perbaikan meski berada pada fase kontraksi sebesar 0,3 persen mtm. "Perbaikan tersebut terjadi pada beberapa kelompok, terutama Subkelompok Sandang, Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau," jelas Ibrahim.
"Dari sisi harga, responden memprakirakan tekanan inflasi akan menurun pada September 2023, namun diprakirakan akan meningkat pada Desember 2023 sejalan dengan ekspektasi penjualan ke depan," ungkapnya.
Adapun sebagian ekonom yang mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi di kuartal ketiga 2023 akan lebih rendah yaitu dikisaran 4,8 persen.
"Hal ini dikarenakan tantangan di kuartal ketiga dan kuartal keempat 2023 akan jauh lebih berat dikarenakan ekspor yang menurun," kata Ibrahim.
Â
Advertisement
Ekspor RI Menurun
Adapun, hingga Juni 2023 Badan Pusat Statstik (BPS) mencatat ekspor menurun 5,08 persen atau sebesar USD20,61 miliar, dibandingkan dengan bulan sebelumnya Mei 2023 sebesar USD21,71 miliar.
Namun, melihat potensi pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun 2023 ini jauh lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya yang sebesar 4,8 persen menjadi 4,9 persen.
Sedangkan untuk inflasi diprediksi berkisar di 3 persen, nilai tukar rupiah sebesar Rp15.000 per USD, angka pengangguran sekitar 5,3 persen, dan tingkat kemiskinan sebesar 9,3 persen hingga akhir tahun ini.