Liputan6.com, Jakarta - PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) yakin bisnis perhotelan dan pusat perbelanjaan akan semakin bertumbuh pada 2023. Bisnis mal dan hotel telah menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam kinerja operasional sebagai tanda pemulihan pasca-pandemi yang kuat.
Group CEO Lippo Karawaci John Riady menjelaskan, meredanya efek pandemi Covid-19 membuat bisnis hotel dan mal Lippo Karawaci meningkat. Kembalinya aktivitas masyarakat dan menggeliatnya kegiatan wisata dapat menumbuhkan kinerja hotel dan mal ke depannya.
Baca Juga
John juga mengatakan bahwa tren bisnis perhotelan Lippo Karawaci naik karena didukung oleh pembukaan kembali Aryaduta Bali, serta peningkatan pengunjung baik pelancong bisnis maupun rekreasi di seluruh hotel Lippo Karawaci di Indonesia.
Advertisement
"Selain itu, pelonggaran wisatawan asal Asia Timur dapat mendongkrak kinerja Hotel Aryaduta Manado," jelas dia dalam keterangan tertulis, Kamis (10/8/2023). Untuk diketahui, melalui brand Aryaduta, Lippo Karawaci saat ini mengelola 10 hotel.
Di bisnis hotel, Lippo Karawaci fokus pada segmen keluarga, pebisnis, dan wisatawan, sambil mempertahankan upaya untuk meningkatkan pendapatan dalam acara sosial, pertemuan bisnis, dan pernikahan.
Pada Semester I 2023, okupansi hotel Lippo Karawaci mencapai 64%, naik dari 61% pada Semester I 2022, dan 53% pada Semester I 2021. Raihan pada Semester I2023 hanya 4% di bawah okupansi sebelum Covid-19, yakni 67% pada Semester I 2019.
Dari sisi pendapatan, Lippo Karawaci mencatatkan pendapatan hotel naik 28% YoY pada Semester I 2023 menjadi Rp 201 miliar, EBITDA tumbuh 39% YoY menjadi Rp 73 miliar.
Pertumbuhan bisnis hotel juga ditopang tren menginap saat liburan sekolah, serta acara MICE dari pemerintah dan swasta. Bisnis mal dan hotel telah menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam kinerja operasional sebagai tanda pemulihan pasca-pandemi yang kuat.
Seperti diketahui, Presiden Joko Widodo mengumumkan bahwa pemerintah secara resmi mencabut status pandemi Covid-19 di Indonesia. Selanjutnya, Presiden menyebut bahwa mulai 21 Juni 2023, Indonesia dinyatakan telah beralih dari masa pandemi menjadi endemi.
Selain perubahan status endemi, menurut riset Colliers International, bisnis hotel mendapat keuntungan yang cukup banyak menjelang tahun 2024. Diperkirakan permintaan hotel akan meningkat terutama pada Semester II 2023.
Colliers juga menyebut bahwa pada akhir tahun 2022 okupansi hotel sudah mendekati tingkat keterisian yang normal seperti sebelum pandemi. Oleh karena itu, potensi pertumbuhan bisnis perhotelan pada tahun 2023 semakin terbuka.
Lippo Karawaci Kantongi Laba Rp 1,15 Triliun pada Semester I 2023
Sebelumnya, PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) melaporkan kinerja keuangan perseroan untuk periode enam bulan yang berakhir pada 30 Juni 2023. Pada periode tersebut, perseroan membukukan pendapatan Rp 8,01 triliun. Pendapatan itu naik 18,50 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 6,76 triliun.
Bersamaan dengan itu, beban pokok pendapatan ikut naik menjadi Rp 4,6 triliun dari Rp 3,9 triliun pada semester I 2022. Sehingga perseroan membukukan laba kotor Rp 3,4 triliun, masih naik dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tercatat sebesar Rp 2,78 triliun.
Pada periode ini, beban usaha tercatat sebesar Rp 2,09 triliun, penghasilan lainnya tercatat sebesar Rp 1,37 triliun, dan beban lainnya sebesar Rp 153,12 miliar. Sehingga diperoleh laba usaha Rp 2,52 triliun, naik signifikan dibandingkan semester I 2022 yang tercatat sebesar Rp 87,21 miliar.
Â
Advertisement
Liabilitas
Melansir laporan keuangan perseroan, Jumat (28/7/2023), pada paruh pertama tahun ini perseroan membukukan beban keuangan sebesar Rp 894,19 miliar dan bagian laba dari entitas asosiasi sebesar Rp 47,67 miliar.
Setelah dikurangi beban pajak, Lippo Karawaci berhasil mengantongi laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 1,15 triliun.
Berbanding terbalik dengan periode yang sama tahun lalu, di mana perseroan membukukan rugi Rp 1,21 triliun. Aset perseroan sampai dengan 30 Juni 2023 naik menjadi Rp 49,89 triliun dari Rp 49,87 triliun pada Desember 2022.
Liabilitas susut menjadi RP 29,5 triliun dari sebelumnya Rp 30,73 triliun. Bersamaan dengan itu, ekuitas sampai dengan 30 Juni 2023 naik menjadi Rp 20,38 triliun dibanding posisi akhir tahun lalu sebesar Rp 19,14 triliun.