Sukses

Punya 2.492 Startup dan Terbesar ke-6 Dunia, Indonesia Kalahkan Jerman dan Prancis

Indonesia tercatat memiliki 2.492 start-up. Jumlah tersebut membuat Indonesia berada diperingkat ke-6 secara global.

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Koperasi dan UKM bersama dengan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi mempersembahkan acara: Road to Indonesia Startup Ecosystem Summit (ISES 2023), yang berlangsung di Solo, Jumat (11/8/2023).

Kegiatan tersebut dalam rangka memeriahkan perayaan Hari UMKM Nasional 2023 yang diperingati setiap 12 Agustus 2023. Selain itu, kegiatan ini untuk membantu para pelaku UMKM khususnya startup guna meningkatkan usahanya dengan baik, serta semakin adaptif dalam menghadapi perkembangan teknologi menuju transformasi UMKM masa depan.

Dalam sambutannya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, mengatakan start-up merupakan perusahaan rintisan yang perlu didukung oleh pemerintah.

Bahkan, kata Luhut, Presiden Joko Widodo pun memberikan perhatian khusus terhadap start-up sebagai upaya untuk mendorong UMKM dan perusahaan rintisan untuk melahirkan lebih banyak unicorn dan decacorn.

"Untuk itu perlu kolaborasi dari seluruh elemen dan harus berkelanjutan," kata Luhut yang hadir secara daring.

Luhut mengungkapkan, berdasarkan data Start-up Ranking, jumlah perusahaan rintisan di dunia per 10 Mei 2023 mencapai 144.688. Tercatat Amerika Serikat sebagai negara yang memiliki jumlah start-up terbanyak di dunia yakni 77.554 start-up.

Posisi kedua disusul India yang memiliki 17.209 startup. Kemudian, jumlah startup di Inggris dan Kanada masing-masing sebanyak 7.046 perusahaan dan 3.902 perusahaan.

Indonesia Punya 2.492 Startup

Sementara, untuk Indonesia tercatat memiliki 2.492 start-up. Jumlah tersebut membuat Indonesia berada diperingkat ke-6 secara global. Bahkan, Indonesia mampu melampaui jumlah startup di Jerman yang tercatat sebanyak 2.423 perusahaan. Lalu juga Perancis yang hanya memiliki 1.611 startup.

"Indonesia menempati urutan keenam dengan jumlah startup 2.492 tadi, sejumlah 2.423 untuk Jerman, dan Perancis diurutan ke delapan dengan urutan 1.611 start-up. Kita boleh bangga dengan jumlah startup di Indonesia yang menempati posisi keenam terbesar," ujarnya.

Menurut Luhut menjamurnya startup di tanah air tidak terlepas dari penetrasi internet yang sudah menjangkau 76,8 persen dari penduduk Indonesia.

Atas hal itulah, Presiden meyakinkan bahwa startup Indonesia bisa terus tumbuh dan menjadi pemain utama di Asia, sehingga bisa mendorong nilai ekonomi digital indonesia USD 130 miliar pada tahun 2025, dan USD 315 miliar dolar pada 2030.

2 dari 4 halaman

Jokowi: Punya 2.400 Startup, Indonesia Duduki Peringkat 6 Terbanyak di Dunia

Perkembangan ekonomi digital di Indonesia sudah tidak bisa dipandang sebelah mata lagi. Hal ini terbukti karena Indonesia sudah memiliki ribuan perusahaan rintisan atau startup dan dari beberapa startup tersebut sudah masuk ketegori unicorn bahkan decacorn.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjelaskan, perkembangan startup di Indonesia sangat meggembirakan. Sejauh ini Indonesia menduduki peringkat enam dunia sebagai negara dengan jumlah perusahaan rintisan atau startup terbanyak.

"Kita berada dalam peringkat keenam negara dengan jumlah startup terbesar di dunia," ujar Jokowi dalam acara Festival Keuangan Digital Indonesia 2023 di Jakarta, Senin (8/5/2023).

Jumlah startup di Indonesia secara keseluruhan mencapai 2.400 unit. Hal ini didukung oleh jumlah pengguna internet yang besar mencapai 76,8 persen dari total penduduk Indonesia.

"Dan Indonesia bisa terus berperan sebagai pemain utama di Asia potensi untuk tumbuh semakin maju," ungkapnya.

Jokowi memproyeksikan, nilai ekonomi digital Indonesia akan mencapai USD 130 miliar di 2025. Nilai ekonomi digital ini akan melompat tajam menjadi USD 315 miliar pada 2030 mendatang.

Oleh karena itu, Jokowi meminta kementerian/lembaga (K/L) hingga pemerintah daerah untuk terus melakukan inovasi pembayaran berbasis digital. Di sisi lain, K/L dan pemda juga diminta tetap untuk memperkuat sisi keamanan pembayaran digital untuk perlindungan terhadap konsumen.

"Kunci untuk terus tumbuh dan berkembang adalah inovasi dan kepercayaan. Inovasi dalam penyediaan sistem pembayaran berbasis digital serta keamanan dan perlindungan masyarakat," pungkasnya.\

 

3 dari 4 halaman

Indonesia Punya 2.400 Startup, Tapi Kesulitan Bangun Tim IT hingga Harus Rekrut Talenta Asing

Iklim startup di Indonesia dinilai masih cukup bagus, di mana beberapa startup baru kerap bermunculan. Hal itu terlihat dari total 260 startup di Indonesia yang mendapatkan pendanaan sepanjang 2022, 34 persen pendanaan disalurkan untuk startup seed funding.

Artinya, di tengah ketidakpastian ekonomi global, masih banyak startup-startup lokal yang berupaya terus bertumbuh dengan agresif.

Bahkan, menurut data dari Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, saat ini Indonesia menduduki peringkat ke-6 sebagai negara dengan jumlah startup terbanyak, yakni 2.400 startup pada 2022.

Namun, jumlah startup yang cukup banyak di Indonesia justru memicu masalah sulit membangun tim IT, sebagai fondasi utama para perusahaan rintisan.

Hal itu disebabkan hampir semua startup saat ini berlomba-lomba ingin meningkatkan skala bisnisnya dengan tujuan untuk menggapai pangsa pasar tertinggi hingga dilirik oleh investor baru, meski kondisi ekonomi secara global masih cukup menantang.

Namun, supply talent IT di Indonesia masih sangat terbatas. Belum lagi masalah proses perekrutan yang juga berhubungan dengan headhunter berpotensi memakan biaya tinggi.

Tidak hanya itu, membangun sistem pendukung untuk tim IT juga bukanlah perkara mudah, dibutuhkan rekrutmen teknologi, manajemen kualitas produk, hingga proses mengintegrasikan produktivitas antar tim IT umumnya membutuhkan waktu yang lama. Artinya, startup yang ingin tumbuh lebih cepat akan lebih sulit untuk dipantau hingga maintain.

Akhirnya, banyak startup mengambil jalan pintar dengan merekrut talenta IT andalan dari kompetitor dengan tawaran gaji selangit. Kondisi itu, membuat beban gaji startup meningkat, sedangkan keberadaan talent IT itu pun belum tentu menyelesaikan masalah.

Buktinya, beberapa perusahaan teknologi besar di ASEAN mencatat beban karyawan bisa mencapai 30-50 persen dari total beban operasional.

Berkaca dari banyaknya tantangan dalam mencari talenta IT lokal, beberapa startup memilih merekrut konsultan IT dari luar negeri (talenta asing), seperti India.

Harapannya, konsultan dari luar negeri bisa lebih capable karena sudah sering mengerjakan proyek di luar negeri dan tidak ada masalah soal bahasa dan budaya. Namun, tetap saja, solusi itu memakan biaya yang tidak murah. 

4 dari 4 halaman

Telenta Lokal Kalah dari Asing

Masalah itu pun menginspirasi Barito Integra Teknologi (BIT), sebagai konsultan pengembangan perangkat lunak untuk mengakomodasi permasalahan tersebut.

Chairman and Co-Founder Barito Integra Teknologi, Prasetyo Gema, mengatakan dengan pengalaman di level enterprise, perusahaan siap membantu startup yang sedang kesulitan untuk scale up bisnis dengan menyediakan talenta IT yang capable dan tak kalah dengan talenta asing.

“Dengan pengalaman lebih dari 8 tahun dalam membantu pembentukan serta pengembangan tim IT dari berbagai industri, kami mengetahui semua best practice untuk mendorong startup bisa tumbuh lebih cepat. Hasilnya, selama tahun 2023, terdapat kenaikan permintaan sebanyak 2-3x lipat dari klien untuk membentuk tim IT di startup maupun perusahaan besar,” ungkapnya melalui keterangan tertulis, Jumat (5/5/2023).

Prasetyo mengklaim perusahaan diperkuat oleh SDM yang berpengalaman di bidang IT dan mudah beradaptasi dengan model bisnis setiap klien. Hal itu terepresentasikan dengan sistem yang transparan untuk mencapai tujuan klien.

Cara mencapai tujuan klien dibahas secara sistematis dan transparan, seperti apa yang diekspektasikan klien, bagaimana cara untuk mencapai ekspektasi tersebut, serta report perkembangan selanjutnya.

Di sisi lain, tingkat ketidakpastian ekonomi yang tinggi, seperti risiko resesi global pada 2023, membuat BIT meluncurkan layanan terbaru yang disebut foster services, yakni sebagai penghubung antara perusahaan startup atau besar dengan talenta IT lokal yang andal.

Co-founder Barito Integra Teknologi, Philipus Martin, menjelaskan layanan foster services akan memberikan fleksibilitas bagi klien untuk memilih, dan membangun tim IT sendiri dengan dibantu BIT atau menyerahkan sepenuhnya pekerjaan ke pihaknya.

  

Video Terkini