Liputan6.com, Jakarta - Perum Bulog terus melakukan penyerapan gabah dan beras untuk mengantisipasi dampak dari El Nino. Hingga saat ini, realisasi penyerapan gabah oleh Bulog sudah mencapai 780 ribu ton.
Direktur Supply Chain dan Pelayanan Publik Perum Bulog Mokhamad Suyamto menjelaskan, Bulog melakukan berbagai upaya untuk mewujudkan pemenuhan Cadangan Beras Pemerintah sesuai penugasan melalui penyerapan gabah dan beras dalam negeri secara maksimal.
Baca Juga
Selain memaksimalkan penyerapan produksi dalam negeri, Bulog juga berkoordinasi secara intens dengan negara lain untuk percepatan kedatangan beras impor ke Indonesia.
Advertisement
Hal tersebut lantaran produksi gabah dan beras dalam negeri pada semester II mulai turun dibandingkan semester I yang berpotensi pada penyerapan dalam negeri di semester II akan lebih rendah dari semester I.
“Untuk itu, upaya pemenuhan kebutuhan stok cadangan beras pemerintah memang harus segera dipenuhi dari sumber lain yaitu importasi beras sesuai yang sudah diputuskan oleh pemerintah,” kata dia dikutip dari Antara, Jumat (11/8/2023).
Tercatat dari penugasan sebanyak 2,3 juta ton dengan rincian 300 ton sisa penugasan tahun 2022 dan 2 juta ton penugasan tahun 2023, saat ini sudah terealisasi sebanyak 1,6 juta ton. Sisa penugasan sebanyak 700 ribu ton akan didatangkan secara bertahap hingga akhir tahun 2023.
“Kebijakan pemerintah untuk mengimpor beras melalui Perum Bulog semakin memperkuat stok Cadangan Beras Pemerintah dan dipastikan memberikan dampak untuk menjaga stabilisasi harga beras dan menyikapi dampak El Nino,” tuturnya.
Pemerataan Ketersediaan Stok Beras
Suyamto juga menambahkan bahwa Bulog terus memaksimalkan seluruh instrumen yang ada sebagai langkah antisipasi bersama menghadapi El Nino serta untuk menjamin ketersediaan dan keterjangkauan pangan dengan melibatkan kelompok tani, penggilingan tradisional, serta para stakeholder lainnya.
Bulog juga terus berkoordinasi dengan pemerintah pusat maupun daerah guna menjaga pemerataan ketersediaan stok. Ia bahkan menegaskan agar masyarakat tidak khawatir mengenai El Nino karena stok beras yang dikuasai Bulog saat ini sebanyak 1,33 juta ton.
“Di samping itu, proses penyerapan produksi dalam negeri juga masih terus dilakukan dan masih ada sisa kontrak dan sisa kuota impor beras yang akan terus diupayakan bisa didatangkan lebih cepat ke Indonesia. Bulog juga terus menjamin kebutuhan pangan khususnya beras akan terus tersedia, terutama dalam kondisi rawan seperti saat ini," ujar dia.
Advertisement
Vietnam Pangkas Ekspor Beras, Bos Bulog: Insya Allah Aman
Sebelumnya, Vietnam berancang-ancang memangkas ekspor beras hingga 44 persen mulai 2030. Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso mengatakan rencana Vietnam tersebut tidak akan membahayakan ketersediaan beras di Indonesia.
“Insya Allah aman, karena kita kan membicarakan juga ini, tidak terus dengan kita menganggap enteng, tidak. Tapi kita juga antarnegara-negara itu kita sudah ada,” kata Budi Waseso dikutip dari Antara, Senin (12/6/2023).
Perum Bulog menjajaki kerja sama pengadaan beras dengan berbagai negara produsen lain seperti India, Pakistan, Thailand, Vietnam dan Myanmar.
Menurut dia, Indonesia sudah mengamankan kerja sama beras dengan sejumlah negara, sehingga jika terdapat kekurangan di dalam negeri, Indonesia memiliki opsi untuk melakukan impor.
“Kita jajaki semua, dan kita lakukan kontrak-kontrak, deal-deal yang bilamana kita butuhkan kita bisa ambil,” kata Budi.
Vietnam, bersama India dan Pakistan merupakan sumber impor beras terbesar bagi Indonesia. Pada 2022, nilai impor beras Indonesia dari Vietnam mencapai 81.828 ton.
Untuk diketahui, Vietnam bakal memangkas ekspor beras tahunannya hingga 44 persen mulai 2030 mendatang. Artinya, ekspor yang biasanya 7,1 ton hanya menjadi 4 juta ton per tahun.
Vietnam merupakan negara terbesar ketiga untuk ekspor beras dunia.
Berdasarkan laporan yang mengutip dokumen Pemerintah Vietnam tersebut, pengurangan ekspor dilakukan untuk memastikan ketahanan pangan di dalam negerinya, melindungi lingkungan dan beradaptasi dengan perubahan iklim, serta meningkatkan ekspor beras berkualitas.
Dengan kebijakan ini, maka ekspor beras Vietnam diperkirakan bakal turun menjadi USD 2,62 miliar per tahun pada 2030, dari sebelumnya mencapai USD 3,45 miliar.