Sukses

Subsidi Energi Habiskan Duit Negara Rp 145,9 Triliun per Juli 2023

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mencatat, realisasi pembayaran subsidi per Juli 2023 untuk energi mencapai Rp 145,9 triliun.

Liputan6.com, Jakarta Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mencatat, realisasi pembayaran subsidi per Juli 2023 untuk energi mencapai Rp 145,9 triliun. Hal itu disampaikan Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTa Edisi Agustus, Jumat (11/8/2023).

Untuk rinciannya, anggaran dibayarkan untuk subsidi LPG 3 Kilogram (kg) sampai Juli 2023 sudah mencapai Rp 37,7 triliun dari anggaran yang disiapkan mencapai Rp 117,85 triliun.

"Kemudian mereka yang mengkonsumsi LPG 3 kg mendapatkan subsidi sangat besar Rp 37,7 triliun. Artinya, 5,4 triliun per bulan," kata Menkeu.

Sebagai informasi, beberapa waktu yang lalu, ketersediaan stok LPG 3 kg langka di beberapa wilayah Indonesia. Pasalnya, realisasi penyaluran tabung gas melon subsidi itu secara rata-rata kabupaten/kota masih di bawah 50 persen.

Subsidi Listrik

Lebih lanjut, Menkeu menyampaikan, Pemerintah juga telah mencairkan dana subsidi listrik untuk 39,2 juta pelanggan. Jumlahnya mencapai Rp 48,5 triliun. Kemudian, untuk subsidi dan kompensasi BBM telah direalisasikan sebesar Rp 59,7 triliun. Sehingga total realisasi subsidi energi baru mencapai Rp 145,9 triliun.

Selain itu, Pemerintah juga melakukan pembayaran subsidi non energi, diantaranya subsidi dalam bidang pertanian dalam bentuk bantuan benih, mulsa, dan pupuk organik sebanyak Rp 463,7 miliar.

Kemudian, bantuan alat dan mesin pertanian sebesar Rp 250 miliar berupa 3.220 traktor dan 1.350 cultivator. Lalu, subsidi ternak sebesar p 62,4 miliar. Selanjutnya, Pemerintah juga memberikan subsidi benih ikan, kepiting, dan udang sebesar Rp 19,2 miliar.

2 dari 3 halaman

Pemerintah Sudah Habiskan Rp 1.020 Triliun Buat Subsidi BBM hingga Bayar Pensiun

Kementerian Keuangan mencatat realisasi belanja pemerintah pusat sampai Juli 2023 mencapai Rp 1.020,4 triliun atau sekitar 45,4 persen dari pagu anggaran.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan realisasi tersebut telah dinikmati oleh masyarakat. Dari total belanja pemerintah pusat terbagi menjadi dua bagian besar yakni untuk belanja Kementerian/Lembaga (K/L) sebesar Rp 493 triliun dan belanja non K/L senilai Rp 527,4 triliun. 

"Belanja non K/L yang isinya adalah untuk belanja subsidi kompensasi BBM (bahan bakar minyak) dan listrik, program kartu prakerja, serta subsidi pupuk dan juga untuk membayar pensiun," ujar Sri Mulyani, dalam acara APBN KiTa, Jakarta, Jumat (11/8/2023).Bendahara negara itu, menyatakan bahwa total belanja Rp 1.020,4 triliun sedikit kontraksi dibandingkan belanja pemerintah pusat tahun 2022. "Jadi total dari belanja kita sedikit lebih rendah dibandingkan tahun lalu yaitu 1 persen lebih rendah," terang dia.

Dari Rp 1.020,4 triliun sebanyak Rp 562,6 triliun itu adalah belanja yang langsung diterima manfaatnya oleh rakyat baik dalam bentuk kartu sembako, program keluarga harapan, serta pelayanan kesehatan.

"Untuk program keluarga harapan ini Rp 14,9 triliun untuk 9,8 juta KPM (keluarga penerima manfaat). Selain itu mereka juga mendapatkan kartu sembako Rp 22,2 triliun untuk 18,7 triliun KPM. Ini jumlahnya lebih besar dari penerima kartu keluarga harapan," jelasnya.

 

3 dari 3 halaman

Bayar Iuran BPJS Kesehatank

Selain mendapatkan PKH dan kartu sembako, kata Menkeu, kelompok rentan ini juga diberikan BPJS Kesehatan dengan iuran yang dibayarkan oleh APBN yaitu Rp 27 triliun untuk 96,7 juta peserta.

"Artinya setiap bulan APBN mengeluarkan Rp 3,9 triliun bagi 96,7 juta peserta yang tidak mampu. Sehingga apabila mereka sakit, mereka tetap bisa mendapatkan perlakuan dan pelayanan kesehatan tanpa mereka membayar. Itu adalah APBN yang hadir bagi kelompok yang paling rentan," imbuhnya.