Liputan6.com, Jakarta - Kebakaran hutan Maui Hawaii telah menewaskan puluhan warga dan ribuan warga lainnya mengungsi telah sebabkan kerugian sekitar USD 1,3 miliar atau sekitar Rp 19,78 triliun (asumsi kurs Rp 15.219 per dolar AS). Perkiraan kerugian tersebut terjadi pada kerusakan 3.088 rumah,dan berdasarkan perkiraan awal dari CoreLogic.
Dikutip dari CNN, ditulis Minggu (13/8/2023), CoreLogic merupakan sebuah firma riset yang menilai data properti menemukan sebagian besar kerusakan properti terjadi di Lahaina, pusat wisata dan ekonomi, ada sekitar tempat tinggal 9.000 warga.
Perusahaan perkirakan lebih dari 2.808 rumah perlu kembali dibangun dengan biaya rekonstruksi USD 1,1 miliar. Pulehu mengalami kerusakan sekitar USD 147 juta dan Pukalani mengalami kerusakan sekitar USD 4,2 juta, menurut perkiraan CoreLogic.
Advertisement
Kebakaran hutan melanda Maui Hawaii menewaskan sedikitnya 80 orang. Pejabat perkirakan jumlah korban meninggal akan meningkat dan mengatakan butuh waktu bertahun-tahun untuk pulih sepenuhnya.
Badai dahsyat juga menghancurkan bisnis yang tak terhitung jumlahnya di pulau itu yang tidak termasuk perkiraan dari CoreLogic.
Berdasarkan penilaian kerusakan dari the Pacific Disaster Center (PDC) dan FEMA pada Sabtu, 12 Agustus 2023, Maui diperkirakan butuh USD 5,52 miliar atau sekitar Rp 84,01 triliun yang merupakan perkiraan biaya untuk kembali membangun setelah kerusakan akibat kebakaran Lahaina. Adapun Maui memiliki populasi sekitar 165.000.
FEMA mengeluarkan pernyataan Sabtu malam menuturkan angka itu tidak akurat dan masih terlalu dini untuk menentukan biaya Pembangunan kembali.
“Angka USD 5,5 miliar yang dilaporkan oleh beberapa media, dan dikutip ke Pacific Disaster Center, bukanlah jumlah dolar dari FEMA dan tidak mencerminkan perkiraan kerusakan dari agensi kami,” ujar juru bicara FEMA dalam sebuah pernyataan.
Nilai untuk Pembangunan Kembali Belum Dipastikan
Pernyataan itu mengatakan angka tersebut sebagai capital expose yang menurut FEMA bukanlah ukuran biaya pembangunan. Badan federal mengatakan belum melakukan perkiraan biaya.
“Kami masih dalam respons aktif dan fase pemulihan awal, dan masih terlalu dini untuk melakukannya. Setelah semua kebutuhan penyelamatan hidup dan kelangsungan hidup terpenuhi, kami akan mulai menilai kerusakan dan merumuskan perkiraan awal,” demikian bunyi pernyataan itu.
CNN telah menghubungi the Pacific Disaster Center untuk klarifikasi.
Lebih dari 2.200 bangunan rusak dan hancur, dan 2.170 hektar telah terbakar akibat kebakaran Lahaina, menurut PDC dan FEMA.
Struktur properti Lahaina, dikombinasikan dengan angin topan dan hembusan yang mematikan memungkinkan badai api menghancurkan banyak bangunan di daerah itu.
“Banyak properti hunian di Lahaina kayu dan beberapa di antaranya memiliki teras yang ditinggikan dengan kisi-kisi di bawahnya,” ujar CoreLogic Princial Wildfire Scientist, Thomas Jeffrey.
“Keduanya adalah karakteristik yang membuat hunian sangat rentan terhadap api dan kobaran api langsung,” ia menambahkan.
Ia menuturkan, tingkat kerusakan penuh masih belum diketahui. “Butuh beberapa waktu untuk mengetahuinya, CoreLogic menekankan. CoreLogic membuat perimeter kebakaran awal untuk studinya yang dapat berubah,” ujar dia.
Advertisement
KCC: Kebakaran Hutan Hawaii Sebabkan Kerugian Asuransi Terbesar Kedua dalam Sejarah
Sebelumnya, total kerugian yang diasuransikan dari kebakaran hutan di pulau Maui diperkirakan menjadi terbesar kedua dalam sejarah Hawaii. Hal itu berdasarkan perusahaan pemodelan bencana Karen Clark & Company (KCC).
Dikutip dari Yahoo Finance, ditulis Sabtu (12/8/2023), kebakaran yang bergerak cepat pada awal pekan ini menghancurkan kota resor bersejarah Lahaina yang pernah menjadi ibu kota Hawaii.
KCC menyebutkan, dampak kebakaran akan menjadi terbesar kedua setelah Badai Iniki yang menerjang Hawaii pada 1992.Perusahaan perkirakan total area yang terbakar sekitar 2.200 hektar, sementara sekitar 3.500 bangunan berada di batas kebakaran.
Tim pencari di Maui pada Jumat akan menyisir reruntuhan Lahaina yang hangus untuk mencari lebih banyak korban kebakaran. Sebelumnya pejabat prediksi jumlah korban tewas mencapai 55 orang, dan diperkirakan meningkat. Berdasarkan laporan BBC, jumlah korban yang meninggal dunia telah mencapai 67 orang, dan diprediksi juga bertambah.
Pialang asuransi Aon mengatakan, kehancuran ekstrem pada rumah, bisnis dan bangunan lain di Lahaina akan mendorong kerugian ekonomi dan yang diasuransi menjadi ratusan juta dolar Amerika Serikat.
Dampak situasi kebakaran yang masih berlangsung, kerugian diprediksi dapat terus meningkat dan gangguan signifikan terhadap pariwisata di Maui, bagian utama dari ekonomi lokal ke depan, demikian disebutkan Aon dalam laporannya.
Dikutip dari BBC, Hawaii tidak asing dengan kebakaran hutan, tetapi beberapa hari terakhir disebut sebagai yang terburuk dalam sejarah pulau tersebut. Hal ini melihat dampak kebakaran terhadap korban.
Pemicu Kebakaran Masih Diselidiki
Namun, apa yang memicu kebakaran mematikan itu masih dalam penyelidikan.
Angin topan dan cuaca kering berdampak terhadap kobaran api. Kekeringan atau kondisi kering yang tidak normal di sebagian besar Hawaii termasuk seluruh pulau Maui juga berperan.
Kebakaran hutan bisa terjadi karena percikan api, cuaca seperti angin yang menggerakkan api, dan tumbuh-tumbuhan atau pohon yang dapat jadi pemicu kebakaran.
Berdasarkan the US Drought Monitor, sekitar 14 negara bagian menderita kekeringan parah dan sedang. Sedangkan 80 persen Hawaii digolongkan sebagai kering tidak normal.
Cuaca kering menyedot kelembapan dari tumbuh-tumbuhan yang berarti dapat lebih mudah terbakar dan menyebar.
Ilmuwan telah hitung kalau 90 persen dari Hawaii mendapatkan curah hujan lebih sedikit daripada yang terjadi seabad lalu dengan periode kering sejak 2008.
Maui juga berada di bawah peringatan bendera merah yang berarti suhu hangat, kelembapan sangat rendah, dan angin kencang akan bergabung sehingga meningatkan risiko bahaya kebakaran sebelum kebakaran terjadi.
Advertisement