Sukses

10 Kota Termahal di Dunia untuk Ekspatriat

Berikut daftar kota di dunia yang termahal bagi ekspatriat di luar Amerika Serikat. Akan tetapi, meski kota termahal belum tentu menjanjian kualitas hidup yang lebih baik.

Liputan6.com, Jakarta - Bagi mereka yang ingin meninggalkan Amerika Serikat (AS), mengejar kehidupan sebagai ekspatriat sering kali menjadi pilihan yang menarik.

Dikutip dari CNBC, ditulis Minggu (13/8/2023),hal itu terutama bagi mereka yang tinggal di daerah mahal yakni New York City dan San Francisco. Di mana biaya hidup tetap tinggi. Nyatanya, New York terus menjadi kota termahal di Amerika Utara, peringkat keenam dunia.

Relokasi untuk bekerja di luar negeri, bagaimanapun juga dapat datang dengan harga yang lumayan, menurut Mercer’s 2023 Cost of Living Ranking, yang memeringkat 227 kota di lima benua, membandingkan biaya barang dan jasa di setiap lokasi.

Kota termahal di dunia untuk ekspatriat adalah Hong Kong yang menduduki puncak daftar untuk tahun kedua berturut-turut.

Berikut adalah 10 kota termahal untuk ekspatriat di luar Amerika Serikat:

  1. Hong Kong
  2. Singapura
  3. Zurich, Swiss
  4. Jenewa, Swiss
  5. Basel, Swiss
  6. Bern, Swiss
  7. Tel Aviv, Israel
  8. Kopenhagen, Denmark
  9. Nassau, Bahama
  10. Shanghai, China

Adapun Amerika Serikat, data menemukan biaya hidup telah meningkat di semua kota Amerika Serikat yang telah dianalisis. Dalam peringkat global, New York berada di posisi enam, diikuti oleh Los Angeles posisi ke-11, San Francisco berada di posisi ke-14, dan Honolulu tercatat di posisi ke-15.

Selain itu, Detroit, Houston dan Cleveland mengalami peningkatan biaya hidup terbesar di antara kota-kota Amerika Serikat pada 2023.

Namun, perlu diingat biaya hidup hanyalah salah satu faktor yang perlu dipertimbangkan saat ingin pindah ke luar negeri. Sementara Hong Kong adalah kota termahal yang masuk dalam daftar kota termahal bagi ekspatriat, itu berarti kualitas hidup lebih baik. Bahkan menempati urutan ke-78 dalam kategori tersebut.

Di sisi lain, beberapa kota global mungkin menawarkan ekspatriat biaya hidup lebih rendah, dan mungkin kualitas hidup yang lebih tinggi.

Barcelona, Spanyol, misalnya menempati urutan ke-75 untuk biaya hidup tertinggi, tetapi ke-47 untuk kualitas hidup terbaik.

2 dari 4 halaman

Inilah 5 Negara dengan Biaya Hidup Termahal Bagi Ekspatriat di Asia

Sebelumnya, Jepang menjadi negara dengan biaya hidup tertinggi di Asia untuk mengirim ekspatriat atau pekerja asing ke negara tersebut. Survei MyExpatriate Market Pay yang dilakukan oleh ECA International  mengungkapkan negara dengan biaya hidup termahal di Asia.

Survei tersebut mengungkapkan, rata-rata paket gaji dan tunjangan untuk pekerja asing di Jepang sebesar USD 370.183. Namun gaji ekspatriat di Jepang telah menurun 12 persen sejak tahun lalu, ketika yen Jepang melemah.

Akibatnya, Melansir CNBC International, Jumat (4/8/2023), ketika diukur dalam dolar AS, biaya gaji, tunjangan, dan pajak ekspatriat di Jepang turun dengan persentase dua digit, menurut laporan  ECA International.

Secara global, Jepang menempati peringkat kedua sementara Inggris mempertahankan posisi teratasnya sebagai negara termahal di dunia untuk mengirim ekspatriat.

Studi tersebut ECA International, yang memperhitungkan gaji tunai, tunjangan seperti akomodasi atau utilitas, dan pajak, dilakukan untuk membantu perusahaan dengan membandingkan paket mereka dengan pasar.

Lebih dari 340 perusahaan dan lebih dari 10.000 ekspatriat internasional mengambil bagian dalam survei tersebut.

Berikut adalah daftar negara termahal di Asia untuk mengirim pekerja ke luar negeri :

Jepang: USD 370.183

India: USD 354.028

China: USD 313.011

Hong Kong: USD 278.020

Korea Selatan: USD 275.727

 

3 dari 4 halaman

Singapura Catat Kenaikan Biaya Hidup

"Pada tahun 2022 beberapa negara di kawasan ini mengalami tingkat inflasi yang relatif tinggi, mengharuskan perusahaan untuk menaikkan tunjangan ini," ungkap laporan ECA international.

Selain kelima negara itu, Singapura juga melihat kenaikan biaya hidup dan menaikkan gaji dan tunjangan ekspatriat sebesar 4 persen dibandingkan tahun 2021, kata laporan itu.

Menurut direktur regional ECA International untuk Asia, Lee Quane, kenaikan gaji dalam mata uang lokal dapat dikaitkan dengan situasi inflasi negara tujuan.

"Lonjakan biaya akomodasi ekspatriat di Singapura dirasakan baik oleh penduduk lokal maupun ekspatriat, sebagaimana tercermin dari kenaikan 9 persebiaya tunjangan dalam paket ekspatriat jika diukur dalam USD,” jelas Quane. 

 

4 dari 4 halaman

Peningkatan Kompensasi

ECA International mengungkapkan, keseluruhan kompensasi meningkat rata-rata 7 persen di seluruh Asia antara tahun 2021 dan 2022 jika diukur dalam mata uang lokal.

Sementara itu, hanya ekspatriat di Laos, China, dan Hong Kong yang menerima paket gaji dan tunjangan yang lebih rendah pada tahun 2022 jika diukur dalam mata uang lokal.

"Beberapa perusahaan memberikan tunjangan biaya hidup untuk memastikan daya beli negara asal ekspatriat dapat terlindungi saat bekerja di luar negeri," beber Quane.