Liputan6.com, Jakarta Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri alias Kadin Indonesia, Arsjad Rasjid menilai pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini turut didorong oleh pelemahan yang sedang dialami banyak negara maju akibat konflik geopolitik hingga krisis ekonomi.
Namun, Arsjad mengingatkan bahwa sebenarnya ekonomi Indonesia terlihat baik di tengah krisis global, lantaran Indonesia belum sepenuhnya terintegrasi dengan ekonomi global.
Baca Juga
"Jadi ketika ekonomi global melemah, dampak yang dirasakan ekonomi Indonesia masih relatif kecil. Tapi sebaliknya, ketika ekonomi global mulai membaik, negara seperti Indonesia tentu tidak akan menikmati dampaknya seperti negara-negara berkembang lainnya," ujarnya dalam acara Forum Sinergi BUMN-Swasta di The Ritz Carlton Jakarta, Pacific Place, Senin (14/8/2023).
Advertisement
Yang ada, Indonesia akan kembali tertinggal dalam persaingan global jika di lapangan tidak melakukan sesuatu," tegas Arsjad.
Arsjad mengatakan, Indonesia saat ini masih dalam konteks terjebak di perangkat negara berpendapatan menengah. Atau, masih dalam kondisi untuk mencari peluang menjadi advance country.
"Jadi kita masih mempunyai tantangan untuk keluar dari middle income trap," imbuh dia.
Negara Maju
Padahal, Arsjad menambahkan, negara maupun sektor swasta punya cita-cita bersama menjadikan Indonesia sebagai negara maju dengan ekonomi terbesar nomor empat dunia pada 2045.
"Untuk mencapai cita-ini, kita butuh kerjasama semua pihak, termasuk BUMN dan juga pelaku swasta dalam mendorong ekonomi nasional. Yang kita perlukan adalah gotong royong bersama," pungkas Arsjad.
Punya Startup Inovatif, Indonesia Bisa Ngebut Jadi Negara Maju
Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki mengatakan penciptaan usaha rintisan (startup) yang berkualitas, inovatif, dan berwawasan teknologi mempercepat Indonesia mewujudkan diri menjadi negara maju.
“Oleh karena itu, hal ini menjadi prioritas Pemerintah agar dapat mendorong potensi ekonomi digital Indonesia menuju negara maju di tahun 2045. Maka menjadi penting untuk berkolaborasi dan bersinergi antar Kementerian/Lembaga (K/L) dalam mewujudkan hal tersebut,” kata MenKopUKM Teten Masduki dalam acara: Road to Indonesia Startup Ecosystem Summit (ISES 2023), yang berlangsung di Solo, Jumat (11/8/2023).
MenkopUKM menyebut saat ini Pemerintah sedang mendorong rasio kewirausahaan mencapai sebesar 3,95 persen di tahun 2024. Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) pun turut aktif berkerja sama dengan semua pihak, K/L, para inkubator swasta dan kampus, dalam menciptakan usaha-usaha rintisan baru.
“Entrepreneur Hub disiapkan dalam melahirkan entrepreneur dan start-up baru yang inovatif dan berwawasan teknologi. Kita beruntung, saat ini di Indonesia terdapat 2.600 start-up dan menjadi yang terbesar keenam dunia. Indonesia punya embrio terbaik untuk dikembangkan melahirkan start-up hingga entrepreneur berkualitas,” jelasnya.
KemenKopUKM bersama Kemenkomarves (Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi) menggelar Road To Indonesia Startup Ecosystem Summit 2023.
Acara tersebut merupakan bagian dari rangkaian perayaan Hari UMKM Nasional yang berlangsung pada 10 - 13 Agustus 2023.
Pembukaan acara Road To Indonesia Startup Ecosystem Summit 2023 (ISES 2023) dihadiri oleh MenKopUKM, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno, Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan, Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi, serta Walikota Surakarta Gibran Rakabuming Raka.
Advertisement
Startup Berkualitas
MenKopUKM Teten Masduki melanjutkan, salah satu pendorong lahirnya startup berkualitas adalah dengan menghubungkannya ke modal ventura. Ia menyebut, Korea Selatan (Korsel) dan Jepang sudah membuka peluang kerja sama dengan Indonesia dalam pengembangan start-up.
“Kita juga buka pintu. Saya optimistis dengan kebijakan substitusi impor dan hilirisasi bisa menjadi peluang besar yang dimanfaatkan oleh para pelaku usaha termasuk start-up. Karena itu start-up potensial kita koneksikan dengan investor asing,” ujarnya.
Oleh karena itu, menurut Menteri Teten, inkubator kampus harus bisa melahirkan entrepreneur berbasis inovasi dan teknologi. Apalagi saat ini Indonesia sudah diserbu produk luar yang harganya di bawah standar, sehingga sulit bagi pelaku usaha dalam negeri untuk berkompetisi.
“Padahal ekonomi nasional itu sebesar 53 persennya didorong oleh konsumsi rumah tangga. Kalau produksi belanja lokal kita terus diperkuat, maka ekonomi dalam negeri juga ikut kuat. Jadi harus diproteksi dan disiapkan produk UMKM yang berkualitas,” ujarnya.
Pertumbuhan Startup
Diakui MenKopUKM, memang masalah utama pertumbuhan usaha startup itu adalah dari sisi pembiayaan. Untuk itu, pihaknya terus mempromosikan kepada perbankan untuk menerapkan credit scoring, sehingga para pelaku usaha rintisan ini tidak lagi dipusingkan soal agunan saat akan mengakses pembiayaan.
“Pembiayaan ini harus ada inovasi. Ternyata di 145 negara sudah diterapkan credit scoring. Jadi bukan aset yang dijadikan jaminan, tetapi track record digital mengenai kesehatan usaha yang menjadi penilaian. Kami akan terus berkoordinasi dengan OJK (Otoritas Jasa Keuangan) dan BI (Bank Indonesia) untuk kepentingan ini. Jadi yang harus didorong adalah inovasi perbankan yang masih jadul,” pungkas MenKopUKM.
Advertisement