Liputan6.com, Jakarta Kekayaan global, yang diukur dalam kepemilikan aset pribadi dari real estat hingga saham, diproyeksikan akan meningkat hingga 38 persen pada tahun 2027.
Hal itu diungkapkan dalam sebuah studi kekayaan global yang diterbitkan oleh Credit Suisse dan UBS. Studi Credit Suisse dan UBS menunjukkan, naiknya kekayaan global ini sebagian besar akan didorong pasar di negara berkembang.
Baca Juga
Melansir US News, Rabu (16/8/223), laporan Kekayaan Global tahunan Credit Suisse dan UBS, yang memperkirakan kepemilikan kekayaan 5,4 miliar orang dewasa di 200 pasar, mengatakan kekayaan global akan mencapai USD 629 triliun selama lima tahun ke depan.
Advertisement
Prospek optimis datang meskipun 2022 lalu terjadi penurunan pertama dalam kekayaan bersih rumah tangga secara global, sejak krisis keuangan pada tahun 2008 silam.
Secara nominal, kekayaan bersih pribadi turun 2,4 persen tahun lalu, dengan kerugian terkonsentrasi di wilayah yang lebih makmur seperti Amerika Utara dan Eropa. Dolar AS yang lebih kuat menjadi faktor besar dalam penurunan tersebut.
Peningkatan kekayaan terbesar tahun lalu tercatat di Rusia, Meksiko, India, dan Brasil.
Laporan Credit Suisse dan UBS juga memperkirakan kekayaan di negara berkembang, termasuk negara-negara anggota BRICS - Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatanakan meningkat 30 persen pada tahun 2027.
Kedua bank itu optimis pada peningkatan lebih lanjut di pasar negara berkembang, berkontribusi pada pengurangan ketidaksetaraan kekayaan global di tahun-tahun mendatang.
Â
Penurunan Terbesar Berasal dari Aset Keuangan
Penurunan terbesar pada kekayaan global tahun lalu berasal dari aset keuangan, berlawanan dengan aset non-keuangan seperti real estat, yang tetap tangguh.
Jika dipecah secara individual, ini berarti orang dewasa bisa mengalami penurunan kekayaan hingga USD 3.198 pada akhir tahun lalu.
"Namun, rata-rata kekayaan global, yang bisa dibilang merupakan indikator yang lebih bermakna tentang bagaimana keadaan orang pada umumnya, sebenarnya meningkat sebesar 3 persen pada tahun 2022 dibandingkan dengan penurunan kekayaan sebesar 3,6 persen per orang dewasa," jelas laporan itu.
Advertisement
Jangan Sepelekan, Kekayaan Intelektual Punya Nilai Ekonomi Masa Depan
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia, Sandiaga Uno mengapresiasi upaya Yayasan Langgar Art Banyuwangi, ArtOs Nusantara dalam meningkatkan kesadaran masyarakat tentang perlindungan hak cipta.
Sandiaga Uno mengatakan, hak kekayaan intelektual mencakup perlindungan karya yang muncul dari kemampuan intelektual manusia di berbagai bidang seperti seni, sastra, ilmu pengetahuan, estetika dan teknologi.
"Karya-karya ini adalah kreasi tak berwujud yang merupakan hasil dari kemampuan intelektual individual atau kolektif," kata Sandiaga S Uno saat memberikan sambutan pada webinar bertajuk 'Perlindungan Aset Digital & Hak Cipta NFT' yang digelar oleh Platform WiseArt NFT bekerjasama dengan IMProduction, Selasa (04/07/2023).
Sejak disahkannya Undang Undang nomor 24 tahun 2019 dan Peraturan Pemerintah nomor 24 tahun 2020, di Indonesia masyarakat telah menunjukkan peningkatan kesadaran dan kepedulian akan pentingnya kekayaan intelektual.
Menyadari pentingnya hal tersebut, kekayaan intelektual telah menjadi bagian integral dari ekonomi masa depan yang menghadirkan peluang dan tantangan bagi sektor ekonomi kreatif.
Menteri Sandiaga S Uno mengucapkan selamat kepada ArtOs Nusantara dan RPM yang telah meluncurkan video klip ArtOs yang dibawakan oleh Farel Prayoga.
"Saya berharap mereka sukses dalam melaksanakan acara Wise Art Webinar yang diselenggarakan oleh IMProduction berkolaborasi dengan ArtOs Nusantara, yang bertujuan untuk menyoroti manfaat teknologi NFT untuk seni, khususnya seni lukis," ujar Sandiaga Uno.