Liputan6.com, Jakarta Pertemuan Menteri Ekonomi ke-55 (55th ASEAN Economic Ministers' atau AEM) digelar pada 17-22 Agustus 2023 di Semarang, Jawa Tengah.
Terpilihnya Kota Semarang sebagainlokasi pertemuan memiliki cerita alasan maupun sejarah dibalik terpilihnya kota Lumpia ini menjadi tuan rumah.
Dirjen Perundingan Perdagangan Internasional Kemendag, Djatmiko Bris Witjaksono mengatakan, pelaksanaan pertemuan internasional terlalu biasa jika dilaksanakan di Bali, Yogyakarta, atau Jakarta.
Advertisement
“Kalau selama ini kita biasa memahami atau melaksanakan bahwa beberapa pertemuan internasional itu dilaksanakan misalnya di Bali, atau di Yogyakarta, atau di Jakarta. Itu hal yang mungkin sudah berubah, sudah biasa,” Kata Djatmiko kepada wartawan di Padma Hotel Semarang, Kamis, (17/8/2023).
Dia menyebutkan Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan beserta jajarannya ingin agar negara-negara ASEAN bisa melihat wajah lain dari kota di Indonesia yang patut disungguhi dari segi infrastruktur dan budaya.
“Nah, kami dari bidang perdagangan sama Pak Menteri, Pak Sekretaris Pembangunan dan lainnya, kita ingin juga menampilkan kota-kota lain di Indonesia yang memang sebenarnya memiliki nilai kesiapan juga infrastruktur dan budaya yang perlu diketahui oleh masyarakat dunia, paling tidak di ASEAN dan negara-negara ASEAN,” jelasnya.
Serta, dipilihnya Semarang menjadi tuan rumah di Dindonesia ini masih dilatar belakangi sejarah dibaliknya serta budaya yang masih terjaga.
“Semarang dipilih sebagai tuan rumah karena Indonesia ingin menampilkan wajah yang memiliki sejarah panjang yang kental dengan perkembangan sosial budaya dan hal itu terefleksikan di kota ini,” lanjutnya.
Pamerkan ke Dunia
Untuk informasi, Kota Semarang dikenal sebagai pusat perdagangan dan kota jasa. Di sisi sejarah, kota ini terkenal dengan "Pertempuran Lima Hari di Semarang". Beragam julukan juga disematkan kota ini, mulai dari Kota Atlas, Kota Lumpia, Venesianya Pulau Jawa, Pelabuhan-nya Jawa, hingga Semarang Pesona Asia.
“Sebagai ibu kota Provinsi Jawa Tengah, Kota Semarang memiliki sejarah panjang berakar pada leluhur di masa Kerajaan Demak. Sebagai kota atlas, dahulu Semarang dikenal sebagai pintu gerbang dan sentra perdagangan Jawa Tengah,” sebutnya.
Menurutnya, dengan berbagai kesiapan dari aspek tatanan infrastruktur inilah membuat pilihan pantas dipamerkan kepada dunia.
“Dengan deretan sejarah ciamik dan diimbangi dengan kesiapan infrastruktur yang tertata apik, tanpa keraguan berarti Semarang sangat pantas menjadi tempat yang ingin kami tunjukkan kepada dunia,”imbuh Djatmiko.
Diharapkan, dengan menunjukan pesona Indonesia dari sisi kota lumpia ini, bisa menunjukan kepada negara-negara ASEAN menjadi kawasan yang dinamis.
“Melalui Semarang, Indonesia ingin mengajak negara-negara ASEAN dan dunia untuk menunjukkan bahwa ASEAN tetap bisa menjadi kawasan yang tumbuh dinamis dan sangat baik,” pungkasnya.
Advertisement