Sukses

USD Menguat 18 Agustus 2023, Rupiah Bakal Perkasa ke Rp 15.350 Senin Besok

Untuk perdagangan senen depan, mata uang Rupiah fluktuatif namun ditutup menguat direntang Rp. 15.240- Rp. 15.350.

Liputan6.com, Jakarta - Indeks dolar Amerika Serikat atau USD melanjutkan penguatan menjelang akhir pekan pada Jumat, 18 Agustus 2023. Sedangkan Senin depan, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS diperkirakan akan menguat.

"Data yang dirilis pada hari Kamis menunjukkan bahwa klaim pengangguran mingguan turun lebih dari yang diperkirakan, mengindikasikan berlanjutnya ketahanan di pasar tenaga kerja," papar Direktur PT. Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi dalam keterangan tertulis pada Jumat (18/8/2023).

"Pasar tenaga kerja yang kuat memberi Federal Reserve lebih banyak ruang untuk terus menaikkan suku bunga. Data tenaga kerja yang kuat juga datang tepat setelah risalah pertemuan Juli The Fed menunjukkan bahwa sebagian besar pembuat kebijakan mendukung suku bunga yang lebih tinggi untuk mengekang inflasi yang kaku," lanjutnya.

Adapun data inflasi AS yang menunjukkan kenaikkan pada bulan Juli. 

Ibrahim menyoroti kenaikan suku bunga AS yang lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama menjadi pertanda buruk bagi pasar Asia, karena kesenjangan antara imbal hasil berisiko dan berisiko rendah menyempit. 

Bahkan, benchmark imbal hasil Treasury AS diperdagangkan mendekati level tertinggi sejak krisis keuangan 2008.

Kebijakan Bank Sentral Eropa

Sementara itu, Bank Sentral Eropa kemungkinan akan menghentikan kampanye kenaikan suku bunga lebih dari setahun pada bulan September setelah petunjuk dari Presiden Christine Lagarde.

Selain itu, komentar bank sentral tentang lebih banyak stimulus datang hanya beberapa hari setelah secara tak terduga memangkas suku bunga pinjaman jangka pendek dan menengah. 

Langkah seperti itu biasanya menandai pemotongan suku bunga pinjaman PBOC, dengan keputusan yang akan jatuh tempo minggu depan. 

Diperkirakan, PBOC akan memangkas suku bunga pinjaman jangka menengah dan panjang masing-masing sebesar 15 basis poin.

"Apa yang dilakukan oleh PBOC karena perekonomian China juga bergulat dengan disinflasi di tengah pemulihan pasca-COVID yang melambat, yang juga memperburuk sentimen terhadap matauangnya, karena kekhawatiran akan krisis utang di pasar properti besar negara tersebut," ibrahim menjelaskan.

Dalam penutupan pasar akhir pekan, Rupiah ditutup melemah 8 poin, walaupun sebelumnya sempat melemah 30 poin di level Rp. 15.290 dari penutupan sebelumnya di level Rp.15.281.

"Sedangkan untuk perdagangan senen depan, mata uang Rupiah fluktuatif namun ditutup menguat direntang Rp. 15.240- Rp. 15.350," ungkap Ibrahim.

2 dari 2 halaman

Stabilitas Makro Terjaga

Di Indonesia, pada penyampaian Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Tahun Anggaran 2024 beserta Nota Keuangan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi 2024 diperkirakan sebesar 5,2 persen.

"Salah satu faktor yang mempengaruhi adalah stabilitas ekonomi makro yang terus terjaga. Situasi kondusif dan damai pada Pemilu dan Pilkada Serentak 2024 harus diwujudkan demi meningkatkan optimisme perekonomian jangka pendek," jelas Ibrahim.

Selain itu, dia juga menyoroti implementasi Undang-Undang Harmonisasi Peraturan Perpajakan, Undang-Undang Hubungan Keuangan Pusat dan Daerah, dan Undang-Undang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan juga akan memberikan manfaat positif pada penguatan struktural.

Namun, menurutnya, proyeksi pertumbuhan ekonomi 2024 sebesar 5,2 persen sangat bertentangan dengan proyeksi berbagai lembaga internasional, yang memperkirakan perekonomian Indonesia pada 2024 akan tumbuh di level 5 persen.

Salah satunya ada Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) yang memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mencapai 5 persen pada tahun depan. 

Kemudian ada Asian Development Bank (ADB) yang juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2024 akan mencapai 5 persen, sejalan dengan laju inflasi yang terkendali pada level 3 persen.

Sementara itu, Bank Dunia memperkirakan ekonomi pada 2024 cenderung melambat dengan pertumbuhan yang lebih rendah sebesar 4,9 persen. 

Perkiraan tersebut seiring dengan perlambatan ekonomi global yang diperkirakan hanya tumbuh sebesar 2,4 persen pada 2024.

Video Terkini