Sukses

Kalah Jauh dari Vietnam, UMKM Indonesia yang Terhubung Global Value Chain Cuma 4,1%

Berbagai upaya dilakukan untuk mengembangkan UMKM di Indonesia serta membantu mengatasi permasalahan yang dihadapi UMKM dalam usahanya. Kolaborasi menjadi kunci utama pengembangan UMKM.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki menginginkan pengusaha skala besar untuk melirik kerja sama dengan UMKM. Mengingat, kini sudah semakin banyak UMKM yang mengantingi izin.

Teten menyebut, Kementerian Koperasi dan UKM sudah mendorong dari sisi perizinan, pembiayaan, dan pendampingan pada UMKM. Harapannya, pelaku usaha skala besar tak lagi ragu untuk mau mengadakan kerja sama bisnis dengan UMKM

“Selama ini kami terus mendorong UMKM agar naik kelas. Salah satunya terkait upaya mempermudah perizinan bagi UMKM melalui pendampingan. Sehingga tak ada lagi UMKM informal, paling tidak mereka punya NIB (Nomor Induk Berusaha), bahkan memudahkan mereka untuk mendapat sertifikasi halal termasuk pembiayaan,” kata Teten Masduki dalam acara Opening Ceremony Festival UMKM Sampoerna, di Jakarta, ditulis Selasa (22/8/2023).

Kondisi ekonomi global tahun depan masih dilanda ketidakpastian. Namun Indonesia masih tetap optimistis pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen. Bahkan sudah sekitar 7 triwulan terakhir Indonesia tumbuh di atas 5,2 persen.

Berkaca pada negara G20, hanya Indonesia negara berkembang yang mengalami pertumbuhan di atas 5 persen, selain India dan China. Kontribusi terbesar pertumbuhan ekonomi Tanah Air adalah dari konsumsi rumah tangga yang erat kaitannya dengan UMKM.

“Sebesar 97 persen lapangan kerja diserap di sektor UMKM. Ternyata fenomena struktur ekonomi yang ditopang oleh UMKM bukan hanya di Indonesia tetapi terjadi juga di Korea Selatan dan Jepang. Sisanya hanya 1 persen ekonomi dikuasai usaha besar," ungkapnya.

"Lantas bagaimana ini agar tetap berjalan? Ekonomi yang dikuasai ekonomi besar yang 1 persen ini harus terus berinovasi dan mengembangkan bisnisnya agar rantai pasok tetap berjalan,” imbuh Teten.

 

2 dari 4 halaman

Belum Terhubung

Teten mengungkap hingga saat ini, UMKM Indonesia masih banyak yang melakukan usaha mandiri. Artinya, UMKM yang terhubung dengan rantai pasok baru sekitar 7 persen, sementara UMKM yang terhubung dalam global value chain baru 4,1 persen.

“Vietnam yang negaranya tergolong baru menuju modern, UMKM yang sudah masuk dalam global value chain di negara itu mencapai 24 persen. Namun Indonesia masih berkutat di teknologi rendah. Hal semacam ini yang harus kita ubah bersama,” ucap Teten.

Berdasarkan data KemenKopUKM pada 2019, terdapat kurang lebih 64 juta unit Usaha Mikro (99,9 persen dari total populasi usaha) telah berkontribusi terhadap perekonomian nasional di antaranya, PDB (61,07 persen), Tenaga Kerja (96,9 persen), Ekspor Non Migas (14,4 persen), UMKM yang masuk dalam Rantai Nilai Global (4,1 persen), Investasi UMKM Nasional (60 persen), Kemitraan UMK dan UMB (7 persen), Rasio Kewirausahaan Nasional (3,47 persen).

 

3 dari 4 halaman

Kolaborasi Jadi Kunci

Berbagai upaya dilakukan untuk mengembangkan UMKM di Indonesia serta membantu mengatasi permasalahan yang dihadapi UMKM dalam usahanya. Kolaborasi menjadi kunci utama pengembangan UMKM yang jumlahnya sangat besar ini. Untuk itu saat ini, seluruh kegiatan pemberdayaan UMKM mengedepankan kolaborasi.

Menteri Teten menegaskan, postur UMKM yang didominasi oleh pelaku usaha mikro ini menjadikan pola kemitraan antara usaha mikro dan usaha kecil dengan usaha besar sebagai strategi untuk UMKM baik kelas. KemenKopUKM kata Teten, terus menginisiasi terwujudnya kemitraan tersebut. Pihaknya juga mendorong pelaku UMK untuk menghasilkan produk yang dibutuhkan di sepanjang rantai nilai bisnis usaha besar.

“Selain itu kami mendorong usaha besar untuk memberikan dukungan transfer teknologi bagi UMK agar ada peningkatan usaha pelaku UMK. Jadi ke depan pelaku UMK tidak selalu menjadi produsen barang jadi, namun dapat menjadi pemasok kebutuhan di industri besar,” tuturnya.

 

4 dari 4 halaman

Festival UMKM

Untuk itu, KemenKopUKM turut mendukung Sampoerna yang terus terhubung dengan pelaku UMKM. Hingga saat ini Sampoerna Grup dinilai menjadi salah satu usaha besar yang turut berkontribusi bagi kemajuan UMKM.

Menteri Teten mencontohkan, Festival UMKM menjadi wujud dukungan nyata Sampoerna untuk berkontribusi dalam pengembangan UMKM di Indonesia. Festival ini bukan hanya terbatas pada upaya mengenalkan produk berkualitas yang dihasilkan UMKM namun memiliki multiplier effect kepada pelaku UMKM.

“Produk UMKM yang berkualitas harus diangkat, diperkenalkan, dan dijual dengan harga kompetitif, agar kita selalu bangga membeli produk bangsa sendiri dan akhirnya dapat memenangkan persaingan global,” ujarnya.