Sukses

India Tarik Pajak Ekspor Bawang Merah hingga 40 Persen

Kebijakan pajak ekspor hingga 40 persen pada bawang merah India berlaku hingga 31 Desember.

Liputan6.com, Jakarta - India mengenakan pajak ekspor hingga 40 persen untuk bawang imbas tingginya harga sayuran domestik. Analis menyoroti dampak global dari kebijakan tersebut, terutama pada importir utama.

Melansir CNBC International, Selasa (22/8/2023) langkah Kementerian Keuangan India pada kebijakan pajak ekspor bawang dilakukan untuk memastikan ketersediaan domestik dan mendinginkan inflasi, dan berlaku segera hingga 31 Desember.

Data dari Departemen Perdagangan India menunjukkan, harga eceran bawang merah di India pada 19 Agustus telah meningkat sekitar 20 persen year-on-year, atau rata-rata sekitar 30,72 rupee India per kilogram, dibandingkan dengan 20,44 rupee pada periode yang sama tahun lalu.

"Curah hujan yang tinggi pada bulan Juli 2023 di daerah penghasil utama Maharashtra dan Karnataka menyebabkan kerusakan pada tanaman bawang yang disimpan," ungkap Pushan Sharma, direktur penelitian di CRISIL Market Intelligence and Analytics, sebuah perusahaan riset India yang merupakan anak perusahaan dari S&P global.

Menurut Departemen Meteorologi India, beberapa wilayah India dilanda curah hujan selama bulan Juli 2023.

Sementara itu, angka inflasi India untuk bulan Juli mencapai level tertinggi dalam 15 bulan sebesar 7,44 persen dibandingkan tahun lalu, sebagian besar disebabkan oleh lonjakan biaya pangan dalam negeri.

Pada bulan April 2023, harga bawang sempat menurun 32,2 persen year-on-year karena kelebihan pasokan akibat pematangan tanaman lebih awal, menurut laporan Mintec.

“Pemerintah ingin mengendalikan harga dan memastikan ketersediaan yang cukup di pasar domestik. Musim hujan yang terlambat juga berdampak pada tanaman bawang merah saat ini," kata Samarendu Mohanty, direktur regional Asia di perusahaan pertanian International Potato Center (CIP).

Bangladesh, Malaysia, Sri Lanka, dan sebagian negara di Timur Tengah diketahui bergantung pada bawang merah dari India, dan pajak dipastikan akan menaikkan harga bawang di negara-negara tersebut, ungkapnya.

2 dari 3 halaman

Harga Beras Global Melonjak Gara-Gara India Tutup Keran Ekspor

Harga beras dan gandum internasional telah melonjak ke level tertinggi dalam beberapa pekan terakhir, didorong oleh larangan ekspor dari India pada beras putih non basmati.

Melansir laman Nikkei Asia, Jumat (4/8/2023) harga beras Bangkok diperdagangkan pada USD 607,50 per ton pada 27 Juli 2023, dengan patokan melonjak ke USD 62,50.

Kenaikan ini terjadi sepekan setelah India mengumumkan larangan ekspor beras putih non-basmati pada 20 Juli lalu, mencapai harga tertinggi sejak Mei 2012.

Sebagai informasi, India merupakan pengekspor beras terbesar di dunia, dengan pengiriman 22,5 juta ton atau 40 persen dari total global untuk musim tanam 2022-23, menurut laporan Departemen Pertanian AS.

Thailand menempati peringkat kedua sebagai pengekspor beras terbesar di dunia, dengan 8,5 juta ton pengiriman.

Larangan ekspor terjadi di tengah kondisi El Nino yang kembali terjadi untuk pertama kalinya dalam tujuh tahun, meningkatkan risiko kelangkaan beras.

3 dari 3 halaman

Stok Beras Global

Persediaan beras global diperkirakan turun menjadi 170,42 juta ton pada akhir musim panen 2023-2024, terendah sejak musim 2017-18, karena mengantisipasi penurunan pasokan.

Jika kondisi cuaca di masa depan mendorong penurunan lebih lanjut pada proyeksi persediaan, harga beras global diprediksi akan naik lebih tinggi lagi karena pasar mengantisipasi pasokan yang lebih ketat di masa mendatang.

Selain beras, gandum juga ikut naik harga setelah Rusia membatalkan kesepakatan ekspor di Laut Hitam bulan lalu. Harga gandum berjangka di Chicago Board of Trade, patokan internasional, telah melampaui USD 7,70 per gantang di akhir Juli, menandai harga tertinggi sejak akhir Februari.