Sukses

LRT Jabodebek Punya 27 Train Set, Tapi Baru Dioperasikan 10 Rangkaian Saja

Di Stasiun LRT Cikoko ini nantinya Pemprov DKI Jakarta akan membangun sejumlah fasilitas pendukung, diantaranya yaitu fasilitas park and ride.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengecek kesiapan layanan Lintas Raya Terpadu Jakarta, Bogor, Depok, Bekasi (LRT Jabodebek) pada Selasa kemarin. Peresmian LRT Jabodebek diharapkan dapat dilakukan pada akhir Agustus 2023.

“Kami menjajal kembali LRT hari ini dan laju kereta berjalan dengan mulus. Saya berhenti di Stasiun LRT Cikoko, di sini diproyeksikan akan sangat ramai karena merupakan perlintasan antar moda seperti Transjakarta dan KRL Jabodetabek,” ucap Budi Karya dalam keterangan tertulis, Rabu (23/8/2023).

Di Stasiun LRT Cikoko ini nantinya Pemprov DKI Jakarta akan membangun sejumlah fasilitas pendukung, diantaranya yaitu fasilitas park and ride.

Peresmian LRT Jabodebek diharapkan dapat dilakukan pada akhir Agustus 2023.

“Pengoperasian LRT Jabodebek ini nantinya akan dilakukan secara konservatif. Artinya, jumlah perjalanan akan akan terus ditingkatkan secara bertahap,” katanya.

LRT Jabodebek memiliki total 27 kereta per train set. Direncanakan, pada tahap awal operasi akan dioperasikan sebanyak 10 hingga 12 kereta/train set dan akan terus ditingkatkan jumlahnya dengan memperhatikan animo masyarakat.

Ditargetkan, pada bulan Oktober mendatang, kereta telah dioperasikan seluruhnya.

2 dari 4 halaman

Calon Penumpang LRT Jabodebek Sebenarnya Mampu Bayar Rp 30 Ribu, Tapi Cuma Mau Bayar Rp 15 Ribu

Sebelumnya, pemerintah telah menetapkan tarif LRT Jabodebek yang dikenai subsidi dengan membiayai selisih dari biaya yang diusulkan pihak operator. Pemberian subsidinya pun bervariasi untuk tiap rute. Paling besar untuk rute terjauh LRT Jabodebek Stasiun Harjamukti-Jatimulya yang mendapat subsidi hingga 37 persen, dari seharusnya Rp Rp 43.923 menjadi Rp 27.400.

Direktur Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Mohamad Risal Wasal menyampaikan, pihaknya telah melakukan studi dalam menetapkan tarif LRT Jabodebek.

Sejumlah kajian dilakukan dalam penghitungan tarif tersebut, antara lain ability to pay (ATP) atau kemampuan untuk membayar, willingness to pay (WTP) atau kemauan untuk membayar, berapa tarif moda transportasi lainnya sebagai pembanding, dan berapa biaya operasional yang dikeluarkan oleh operator.

"Tarifnya sekarang ada beberapa metode yang kita cari. Ada ATP, ability to pay, WTP, willingness to pay. Dari sini kita lihat juga berapa tarif dari angkutan sekitarnya yang moda lainnya. Ketiga, berapa layanan tambahan yang dikeluarkan oleh operator," jelas Risal di Jakarta, dikutip Sabtu (19/8/2023).

 

3 dari 4 halaman

Ada Biaya Tambahan

Hasilnya, ditemukan calon penumpang LRT Jabodebek dari Bekasi maupun Cibubur punya kemampuan membayar hingga Rp 30.000. Tapi, kemauan membayarnya ada di angka Rp 15.000-25.000.

Namun begitu, Risal tidak mempermasalahkan hal itu. Sebab, calon pengguna LRT Jabodebek juga nantinya butuh ongkos tambahan untuk berangkat menggunakan angkutan feeder dari rumahnya ke stasiun, maupun sebaliknya.

"Ternyata wah, kemampuannya Rp 30.000 pengen Rp 15.000, bahkan ceban. Masuk di akal sekarang, karena ini dia bicara first mile, last mile, dari rumahnya ke stasiun, dari stasiun ke kantor. Kalau di sini (tarif LRT Jabodebek) Rp 15.000, berarti artinya dari rumah Rp 7.500, dari kantor Rp 7.500. Dia berani Rp 30.000," ungkapnya.

4 dari 4 halaman

Willingness to Pay

Oleh karenanya pemerintah turut memperhatikan willingness to pay calon pengguna agar ongkos naik LRT Jabodebek masuk kantong. Sehingga moda transportasi baru tersebut bukan jadi opsi terakhir guna menghindari kemacetan.

"Itu makanya ada WTP ATP. Jadi kemampuannya Rp 30.000, keinginan bayarnya dia hanya posisi Rp 15-25.000, karena dia ngitung dari rumah naik Gojek dan lain-lain," ujar Risal.

Adapun dari hasil kajian tersebut, Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 67 tahun 2023 menetapkan besaran tarif LRT Jabodebek yakni Rp 5.000 untuk 1 km pertama, dan Rp 700 untuk km selanjutnya.

Sebagai contoh, perbandingan tarif usulan dari operator (belum disubsidi) dengan tarif bersubsidi di beberapa rute. Semisal untuk rute Stasiun Dukuh Atas-Jatimulya sepanjang 28 km, dimana tarif usulan operator sebesar Rp 37.268, sementara tarif bersubsidinya sebesar Rp 23.900 (PSO 36 persen).

Kemudian untuk rute Stasiun Dukuh Atas-Harjamukti sepanjang 25 km, tarif usulan dari operator sebesar Rp 33.275, sementara tarif bersubsidinya sebesar Rp 21.800 (PSO 34 persen). Selanjutnya, untuk rute Stasiun Harjamukti-Jatimulya sepanjang 33 km, tarif usulan operator sebesar Rp 43.923, sementara tarif bersubsidinya sebesar Rp 27.400 (PSO 37 persen). 

Video Terkini