Liputan6.com, Jakarta Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki menilai kerja sama internasional di bidang bisnis inklusif pada berbagai aspek bisa bawa dampal positif. Pada sektor pertanian, misalnya, yang diharapkan mampu memberdayakan petani skala kecil.
Hal ini jadi respons Teten menanggapi kerja sama antara Komisi Ekonomi dan Sosial PBB untuk Asia dan Pasifik (UNESCAP) bersama Yayasan Bill & Melinda Gates. Keduanya gandengan mempromosikan model bisnis inklusif sektor pertanian dan pangan.
Baca Juga
“Dengan mengadopsi prinsip-prinsip bisnis inklusif, kita memiliki kesempatan untuk mengembangkan sektor pertanian, memberdayakan petani kecil, koperasi, dan UKM sebagai pemain kunci dalam transformasi menuju bisnis inklusif,” ucapnya saat menjadi pembicara kunci di acara Regional Investment Forum for Inclusive Business in Agriculture and Food Systems di Nusa Dua, Bali, dikutip dari keterangan resmi, Kamis (24/8/2023).
Advertisement
Peluang di Wilayah ASEAN
Teten melanjutkan, ASEAN merupakan pasar yang menjanjikan dengan banyak potensi yang belum dimanfaatkan. Sehingga penting bagi Indonesia untuk dapat menggali berbagai peluang di wilayah ASEAN.
Dengan mengeksplorasi inovasi untuk nilai tambah dan mengembangkan SDM yang dimiliki, maka dapat membuka peluang baru untuk pertumbuhan dan kesejahteraan masyarakat ASEAN.
“Pertanian merupakan salah satu sektor terbesar dan memainkan peran penting di Asia Tenggara, dimana sektor ini menyediakan lapangan kerja dan kesempatan hidup bagi jutaan orang, terutama di daerah pedesaan,” katanya.
Penerapan bisnis berkelanjutan dan inklusif di sektor pertanian, kata Teten, mampu menjamin ketahanan pangan, menjaga lingkungan, sekaligus meningkatkan kesejahteraan pedesaan.
“Dengan memanfaatkan potensi sektor pertanian, kita dapat mengatasi masalah-masalah mendesak seperti kemiskinan, kesenjangan, dan ketahanan pangan, seiring menjaga lingkungan kita untuk generasi mendatang,” ucap Teten.
Bisnis Pertanian
Sementara itu, Under Secretary General UNESCAP Armida Salsiah Alisjahbana mengaku bangga telah terlibat dalam kemitraan yang signifikan dengan Bill & Melinda Gates Foundation untuk mempromosikan model bisnis inklusif di bidang pertanian.
Mengutip data UNESCAP, pada 2022, terdapat 7 persen dari 198 miliar dolar Amerika Serikat (AS) aset yang dikelola di seluruh dunia dialokasikan untuk pangan dan pertanian. Bahkan investasi di AgriTech juga sangat signifikan.
Investasi global dalam start-up AgriTech melampaui 90 miliar dolar AS pada awal 2021, dan dua tahun terakhir menyumbang setengah dari investasi. Data juga menunjukkan bahwa pendapatan bisnis inklusif di sektor ini tumbuh, demikian pula pendapatan petani.
“Di ESCAP, kami berkomitmen untuk mengarusutamakan bisnis inklusif sebagai sarana penting untuk membangun perekonomian yang lebih berkelanjutan, inklusif, dan tangguh,” kata Armida.
“Investasi untuk bisnis inklusif dalam sistem pertanian dan pangan sangat tepat. Meskipun pendanaan darurat untuk mengatasi kenaikan harga pangan dan pupuk diperlukan, investasi transformasional di bidang pertanian akan sangat penting untuk mencegah krisis di masa depan dan untuk memastikan penghidupan yang layak bagi petani kecil,” sambung dia.
Advertisement
Ajak Swasta Terlibat
Senada dengan hal tersebut, Senior Programme Officer, Global Development Bill & Melinda Gates Foundation Srivalli Krishnan menyakinkan, model bisnis inklusif mengambil peran yang baik. Terutama di critical area sejalan dengan langkah lembaganya yang berkomitmen meningkat ekonomi tingkat bawah, mengajak pihak swasta untuk mengembangkan petani-petani kecil.
Dukungan Bill & Melinda Gates Foundation terhadap bisnis inklusif mendukung peningkatan produktivitas pertanian, memperkuat posisi pertanian kawasan ASEAN, agar tetap kokoh dan bisa bertahan dari berbagai goncangan krisis dunia.
“Agenda ini penting dengan memanfaatkan dalam meningkatkan jaringan, melakukan kerja sama dengan organisasi, lembaga/kementerian, pihak swasta mendapat mentor dan spnsor untuk berkembang,” ujar Krishnan.