Liputan6.com, Jakarta Indonesia dibidik menjadi hub penyimpanan karbon melalui penerapan teknologi Carbon Capture Storage (CCS). Mengingat kondisi wilayah Indonesia yang dinilai cocok untuk menyimpan emisi karbon dalam jumlah besar.
Director Indonesia CCS Center (ICCSC) Belladonna Troxylon Maulianda mencatat Indonesia secara geologis kaya akan akuifer asin (saline aquifer), cocok untuk penyimpanan CO2-dengan kapasitas 80 hingga 100 Giga Ton.
Baca Juga
CCS meeupakan teknologi yang terbukti dapat memungkinkan beberapa sektor dengan emisi tertinggi mengurangi emisinya. Contohnya, industri manufaktur, pembangkit listrik, penyulingan, petrokimia, baja, dan semen serta sangat menjanjikan dalam upaya mitigasi perubahan iklim.
Advertisement
“Visi kita menjadikan Indonesia sebagai pelopor, pemimpin CCS Hub di kawasan. Kita terus berkolaborasi, sebagai katalisator, menyuarakan dan mendorong percepatan penerapan CCS di Indonesia," ujar dia dalam keterangannya, Jumat (25/8/2023).
Lapangan Pertamina
Pada sektor industri, PT Pertamina (Persero) sudah memulai studi CCS/CCUS di wilayah kerja nya. Salah satunya pelaksanaan studi di Lapangan Jatibarang dalam wilayah kerja Pertamina EP Cirebon, Jawa Barat.
"Teknologi Enhanced Oil Recovery (EOR) dengan menggunakan CO2 di lapangan Jatibarang telah menunjukkan indikasi positif dari reservoir terhadap injeksi CO2 dengan metode Huff and Puff," kata Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati.
"Sistem ini telah dilakukan pada dua sumur di Lapangan Jatibarang pada bulan Oktober dan Desember 2022. Selanjutnya, akan dilakukan pilot interference 2 wells untuk CO2 flooding dan full field scale CO2 EOR," tambah Nicke.
Sementara itu, di sektor swasta ExxonMobil tengah mengkaji potensi CCS Hub di Indonesia. Dengan kolaborasi yang baik, Indonesia berpotensi besar menjadi ujung tombak pertumbuhan industri rendah karbon di kawasan. "Hal ini memungkinkan Indonesia menjaga pertumbuhan ekonomi sambil menjawab tantangan perubahan iklim,” ujar President ExxonMobil Indonesia Carole Gall.
Tantangan
Kendati begitu, penerapan CCS di Indonesia juga menghadapi sejumlah tantangan. Misalnya berupa tata kelola dan regulasi, kerja sama komersial, fiskal yang atraktif dan bersaing, transportasi karbon, teknologi berskala industri.
Kemudian ada pula tantangan dari sisi pengembangan CCS Hub di Indonesia, yang menghubungkan berbagai sumber emisi ke lokasi injeksi di Indonesia.
Kolaborasi dan komitmen aksi yang kuat dari Pemerintah Indonesia, lembaga akademik, sektor swasta dan masyarakat, berperan penting mendorong penerapan CCS di Indonesia.
Advertisement
PHE Tekan Emisi Karbon Melebihi Target
Diberitakan sebelumnya, PT Pertamina Hulu Energi (PHE) selaku Subholding Upstream Pertamina mencatatkan pengurangan emisi sampai bulan Juli 2023 mencapai 480 Kilo Ton C02eq atau 110% dari target di bulan Juli lalu yang dilakukan baik dari Regional maupun Anak Perusahaan terafiliasi.
Direktur Pengembangan dan Produksi PHE Awang Lazuardi menyampaikan strategi yang dimiliki perusahaan dalam mendukung dekarbonisasi.
''PHE telah menjalankan 6 pilar dekarbonisasi yaitu energy demand & efficiency, gas recovery & asset integrity, low carbon power, low carbon heat, CCUS/CCS dan offsetting melalui natural based solution. Pencapaian PHE ini merupakan salah satu bukti komitmen Pertamina Hulu dalam melaksanakan dekarbonisasi bersamaan dengan pelaksanaan program kerja untuk mendukung ketahanan energi nasional," jelas Awang dikutip Minggu (20/8/2023).
Subholding Upstream Pertamina konsisten dan berkomitmen dalam mendukung program Pemerintah untuk mencapai target penurunan emisi sebesar 29% pada tahun 2030 dan Net Zero Emission pada tahun 2060.
Lokasi Lainnya
Selain peresmian uji coba injeksi CO2 yang telah dilakukan pada Oktober 2022 di Pertamina EP Jatibarang Field, beberapa program kerja dalam mendukung dekarbonisasi juga dilaksanakan di lingkungan Subholding Upstream Pertamina.
''Regional Sumatera memiliki proyek optimalisasi pemanfaatan gas suar untuk bahan bakar turbin pada 2 fasilitas operasi dan pembangunan pembangkit listrik tenaga surya WK Rokan fase 1 bekerja sama dengan Pertamina Power Indonesia," tambah Awang.
Selain itu, PHE juga melakukan optimalisasi pengoperasian gas fuel yang dilakukan secara bertahap setiap tahun dan low carbon fuel switching melalui penggunaan biosolar B30 sebagai bahan bakar untuk marine fleet di Mahakam.
Program eksisting dekarbonisasi ini merupakan fase pertama sembari meletakan fundamental untuk fase 2 dan 3 terkait implementasi ccs ccus dan carbon trading yang termasuk si pilar strategy ESG PHE
Pertamina Hulu Energiselaku Subholding Upstream Pertamina juga telah terdaftar dalam United Nations Global Compact (UNGC) sebagai partisipan/member sejak Juni 2022. PHE akan terus mengembangkan pengelolaan operasi di dalam dan luar negeri secara profesional untuk mewujudkan pencapaian menjadi perusahaan minyak dan gas bumi kelas dunia yang Environmental Friendly, Socially Responsible dan Good Governance.
Advertisement